TUGAS AGAMA
“SUSILA’
Disusun Oleh Kelompok:
v Ni Ketut Kembar Handayani (19)v Ni Wayan Julianingsih (16)
v Ni Made Sekarini (29)
v Ni Luh Sri Sintya Dewi (32)
SMA NEGERI 1 SUKAWATI
TAHUN AJARAN
2009/2010
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul “Susila” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian paper ini kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami sehingga paper ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan paper ini di kemudian hari. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih.
“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”
Sukawati, 12 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Susila………………………………………………………………………….. 3
2.2 Memahami beberapa ajaran-ajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan Susila 4
2.3 Contoh-contoh perbuatan susila……………………………………………………. 34
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………… 37
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………. 37
3.2 Saran-saran………………………………………………………………………………. 37
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………… 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di lembaga pendidikan formal maupun nonformal serta masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Ajaran agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal dengan tiga kerangka dasar, di mana bagian yang satu dengan lainnya saling mengisi, dan satu kesatuan yang bulat, sehingga dapat dihayati, dan diamalkan untuk mencapai tujuan yang disebut Moksa. Tiga kerangka dasarnya, yaitu: (1) tattwa, (2) susila, dan (3) upacara. Ketiganya secara sistematik merupakan satu kesatuan yang saling memberi fungsi atas sistem agama Hindu secara keseluruhan. Dalam paper ini akan menjelaskan tentang susila.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan Susila?
- Apa hubungannya didalam kehidupan sehari-hari?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam paper ini adalah untuk mengetahui:
- Untuk memenuhi nilai pelajaran Agama.
- Mempelajari dan memahami susila itu.
- Mengetahui contoh-contoh dari susila.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Susila
Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan.
Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada.
Demi tegaknya kebenaran dan keadilan di dunia ini manusia yang ber-Susila atau bertingkah laku yang baik sangat diharapkan. Manusia yang susila adalah penyelamat dunia (Tri Buana) dengan segala isinya. Apapun yang dilakukan oleh orang Susila tentu akan tercapai. Sebab, Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu menyertainya. Orang-orang di sekitarnya selalu hormat dan menghargainya. Kalau saja di dunia ini tidak ada orang yang Susila maka sudah tentu dunia ini akan hancur dilanda oleh ke-Dursilaan atau kejahatan. Sebab, Susila merupakan alat untuk menjaga Dharma.
Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.
Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan.
2.2 Memahami Beberapa Ajaran Agama Hindu yang Berhubungan dengan Susila
Ada banyak pelajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan pemahaman susila di antaranya:
2.2.1 Tat Twam Asi
Tat Twam Asi berasal dari kata “Tat” yang berarti “Itu”, “Twam” berarti “Kamu”, dan “Asi” berarti “adalah”. Jadi Tat Twam Asi dapat diartikan menjadi “Itu adalah Kamu”. Kata “Itu” dapat pula diartikan sebagai “Dia” sehingga Tat Twam Asi dapat bermakna “Dia adalah Kamu”. Secara bebas dapat pula diterjemahkan menjadi “Kamu adalah Dia” jadi kamu adalah dia itu adalah sama saja. Ini berarti bahwa semua manusia pada hakekatnya adalah sama. Jika dilihat dari segi Atman atau jiwanya, maka Tat Twam Asi dapat diartikan sebagai “jiwa orang itu adalah jiwa kamu”. Jadi Atman orang ini dan Atman orang itu adalah sama. Atman itu memang sama karena bersumber dari percikan sinar suci Tuhan Yang Satu. Semua manusia sebenarnya memang bersaudara.
Dalam filsafat Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan prikemanusiaan dan Pancasila. Konsepsi sila prikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajaran Tat Twanm Asi yang terdapat dalam kitab seci Weda. Dengan demikian, dapat dikatakan mengerti dan memahami serta mengamalkan/melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Weda. Karena maksud yang terkandung di dalam ajaran Tat Twain Asi ini “ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama”, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran Agama Hindu Wujud nyata/rill dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan prilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keingina: (kama) manusia yang bersangkutan. Sebutan manusia sebagai makhluk hidup banyak jenis, sifat, dan ragamnya, seperti sebutan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, ekonomis, dan budaya. Semua itu harus dapat di penuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi serta keterbatasan yang dimilikinya. Betapa pun susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Di sinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berar masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan dalam hidup dan kehidupan ini. Kita tahu bahwa berat dan ringan. (Rwabhineda) itu ada dan selalu berdampingan serta sulit dipisahkan keberadaannya. Demikian adanya maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu saling tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.
2.2.2 Tri Kaya Parisudha
- A. Pengertian Tri Kaya Parisudha.
Pikiran yang kotor perlu dikendalikan agar dapat berpikir yang baik dan benar. Ucapan yang kotor perlu dikendalikan agar dapat berkata yang baik dan benar. Dan perbuatan yang kotor juga harus dikendalikan agar menimbulkan perbuatan yang baik dan benar. Pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik dan benar dianjurkan dalam ajaran agama. Ajaran ini disebut Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga perilaku / perbuatan yang harus disucikan.
- B. Pembagian Tri Kaya Parisudha.
Tri Kaya Parisudha ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
ü Kayika Parisudha artinya perbuatan atau laksana yang baik dan benar.
ü Wacika Parisudha artinya ucapan atau perkataan yang baik dan benar
ü Manacika Parisudha artinya pikiran yang baik dan benar yang akan menimbulkan kesucian hati.
- C. Contoh-contoh Perbuatan Tri Kaya Parisudha.
- Kayika Parisudha.
a) Tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, misalnya: menyakiti hewan hingga mati, meracuni hewan sampai mati berdasarkan pikiran jahat.
b) Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda, misalriya : mencuri, merampok, merampas, menjambret, mencopet, korupsi hanya untuk memenuhi keinginan. Menggunakan secara paksa dengan mencuri benda-benda yang tidak habis dicari seperti hutan, tanah, air, udara hanya untuk memuaskan dan memenuhi keinginan.
c) Tidak melakukan pemerkosaan, berzinah, paksaan atau tekanan terhadap orang yang lemah untuk menuruti hawa nafsu seperti: memperkosa hingga merampas kehormatan orang lain, berjudi, mabuk-mabukan, narkoba dan lain-lain.
- Wacika Parisudha.
- dari perkataan akan memperoleh kebahagiaan.
- dari perkataan akan memperoleh kematian.
- dari perkataan akan memperoleh kesusahan.
- dari perkataan akan memperoleh sahabat.
a) Tidak berkata buruk yang dapat menyakiti hati/perasaan orang yang mendengar, seperti: mencaci maki, mencela, mengejek dll.
b) Tidak berkata kasar kepada makhluk lain, seperti : mengancam, menghina,menghardik.
c) Tidak memfitnah misalnya: tidak membuat laporan palsu untuk mengadu teman supaya bertengkar atau bercekcok.
d) Tidak ingkar janji atau ucapan, misalnya : menepati waktu sesuai dengan janji, yang telah diucapkan dan tidak berkata bohong.
- Manacika Parisudha.
a) Tidak menginginkan sesuatu yang tidak kekal, rnisal: tidak ingin terhadap hal-hal yang terlarang, tidak iri dan dengki terhadap kepunyaan orang lain.
b) Tidak berpikir buruk terhadap makhluk lain, misal: tidak mempunyai niat marah terhadap sesama manusia, tidak mempunyai niat marah terhadap makhluk lain.
c) Tidak rnengingkari karma phala, misal : percaya dan yakin akan adanya akibat dari perbuatan bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil.
- D. Akibat Perilaku Tri Kaya Parisudha.
Adapun manfaat yang diperoleh adalah:
- Kayika Parisudha
- Setiap orang tidak berani menyiksa, menyakiti dan rnernbunuh makhluk lain.
- Setiap orang tidak berani mempergunakan kekerasan, untuk merebut benda yang diinginkan dari orang lain.
- Setiap orang tidak berani memaksa orang untuk berjudi, mabuk-mabukan, mempergunakan narkoba dan sejenisnya.
- Wacika Parisudha.
- Setiap orang selalu berusaha berkata yang baik tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Setiap orang takut berkata-kata kasar, menghina, mengancam dan menghardik.
- Setiap orang tidak berani memfitnah, mengadakan laporan palsu untuk mengadu teman.
- Setiap orang selalu satya wacana, satya semaya, tidak berbohong dan selalu menepati janji.
- Manacika Parisudha.
- Seseorang akan selalu berpikir untuk memperoleh sesuatu secara halal.
- Selalu berpikir baik terhadap makhluk lain yang dilandasi bahwa semua makhluk adalah ciptaan Hyang Widhi.
- Mempercayai dan meyakini hukum karma phala yaitu setiap perbuatan pasti memperoleh hasil.
- Setiap orang akan selalu berpikir dahulu sebelum berkata dan berbuat.
- Setiap orang akan menjadi sopan-santun dalam kehidupannya.
- Kehidupan di dunia akan menjadi tertib, sehingga menjadi aman, tentram, damai.
- Setiap orang tidak merasa takut, was-was atau curiga, karena masing-masing telah dapat mengendalikan dirinya.
2.2.3 Tri Mala
- A. Pengertian Tri Mala.
Kata-kata itu sangat tidak pantas diucapkan karena kata itu amat kotor, kotor sama dengan mala. Dalam agama Hindu mengenal tiga perbuatan kotor yang disebut Tri Mala. Tri mala itu bersumber dari pikiran, perkataan dan perbuatan yang kotor seperti berpikir buruk terhadap orang lain, berkata kasar dan kotor, memaki, memfitnah, memukul, membunuh, mencuri.
Jadi segala perbuatan yang dipengaruhi oleh pikiran, ucapan dan perbuatan kotor disebut Tri Mala.
- B. Pembagian dan Contoh-contoh Perbuatan Tri Mala.
a) Moha artinya kejahatan dalam pikiran.
b) Mada artinya kejahatan karena ucapan.
c) Kasmala artinya kejahatan karena perbuatan.
Tri Mala ini patut kita hindari karena jika tidak dihindari dapat menghancurkan hidup kita. Bagaimana sesungguhnya wujud dari perilaku Tri Mala?
Contoh-contoh tri mala.
a) Moha adalah bingung. Kebingungan muncul karena pikiran yang tidak terkendali. Pikiran yang tergolong moha adalah :
ü Menginginkan sesuatu yang tidak halal, misal: mencuri, merampok, merampas, menjambret.
ü Berpikir buruk terhadap orang lain, misal : menganggap orang lain benci kepada kita, menganggap orang lain iri kepada kita.
ü Mengingkari hukum karma pala yaitu tidak percaya akan akibat perbuatan akan mendatangkan hasil.
b) Mada artinya congkak, kecongkakan atau kesombongan muncul karena ucapan yang tidak terkendali. Misainya :
ü Mencaci maki, menghardik, berkata jahat dan kotor kepada orang lain.
ü Suka memfitnah, suka menceritakan kejelekkan orang lain.
ü Suka bohong, sering ingkar janji dan ucapan yang membuat orang lain tidak senang.
Pertengkaran membuat seseorang mengeluarkan kata-kata kasar, memaki, berkata kotor. Agar tidak menimbulkan pertengkaran hati-hatilah mengeluarkan kata, hindarilah kata yang kasar dan kotor, yang membuat orang lain tidak senang mendengarnya.
c) Kasmala artinya kotor atau buruk. Kasmala dalam Tri Mala artinya perbuatan kotor atau jahat, milsalnya:
ü Membunuh atau menyiksa makhluk lain berdasarkan pikiran jahat disebut himsa karma.
ü Melakukan kecurangan terhadap harta benda, menipu, korupsi, mencopet, merampok, melakukan perbuatan yang menimbulkan keonaran di masyarakat.
ü Melakukan perbuatan jinah diluar pernikahan misalnya: kumpul kebo, melakukan hubungan sex sebelum nikah, melakukan pemerkosaan sampai merusak kehormatan orang lain.
Perkelahian antar siswa atau antar massa dapat menimbulkan keonaran dalam masyarakat. Perbuatan yang demikian merugikan semua pihak. Kejadian seperti itu diakibatkan oleh pikiran yang kotor dan kata-kata yang kotor. Hindarilah semua itu kendalikanlah pikiran dan ucapan agar menimbulkan kedamaian, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat.
Demikianlah uraian mengenai Tri Mala yang semua unsurnya menunjukkan perbuatan yang jahat dan kotor bertentangan dengan ajaran kebenaran.
2.2.4 Sapta Timira
A. Pengertian Sapta Timira.
Sapta Timira adalah tujuh macam kegelapan atau kemabukan yang mempengaruhi pikiran kita. Penyebabnya antara lain rupa yang tampan / cantik, kekayaan, kepandaian keturunan atau kebangsawanan, keremajaan, minuman keras dan keberanian.
Bila seseorang dapat menghindari ketujuh penyebab kemabukan / kegelapan pikiran ini maka disebut orang utama dan bijaksana. Oleh karena itu marilah kita kendalikan pikiran kita dari kemabukan oleh sapta timira itu agar kita menjadi orang yang utama dan bijaksana.
B. Bagian-bagian Sapta Timira.
Sapta Timira terdiri dari tujuh bagian yakni:
a) Surupa adalah rupa yang tampan atau cantik
b) Dana adalah harta benda.
c) Guna adalah kepandaian.
d) Kulina adalah keturunan dan kebangsawanan
e) Yowana adalah keremajaan.
f) Sura adalah minuman keras.
g) Kasuran adalah keberanian.
Demikianlah bagian-bagian Sapta Timira,sekarang marl kita bahas satu persatu.
a) Surupa adalah rupa yang tampan atau cantik.
Kita tidak boleh sombong bila memiliki wajah tampan atau cantik karena semua itu adalah anugrah Sang Hyang Widhi. Kecantikan dan ketampanan itu hendaknya disertai dengan perilaku yang baik. Kecantikan dan ketampanan itu tidak kekal, dia hanya bersifat sementara. Bila kita sudah tua hilanglah semua itu yang tinggal hanya badan yang renta, wajah keriput, tidak memiliki lagi kecantikan /ketampanan, tinggal menunggu kapan waktunya kita berpulang (meninggal) dan akan terlupakan.
Seseorang yang berprilaku baik akan dikenang sepanjang jaman. Seperti Dewi Sita yang kecantikannya sulit disamai, tetapi karena prilakunya baik, jujur dan setia kepada suaminya Sang Rama maka hingga kini beliau dikenang sebagai tokoh yang berbudi luhur. Walaupun sekian lama berada di puri Alengka, dewi Sita tetap mempertahankan kesuciannya untuk tidak dijamah oleh Sang Rahwana. Tidak pernah kecantikannya itu dipergunakan untuk menggoda laki-laki. Tetapi Dewi Sita tetap teguh iman, berbudi luhur dan sangat taat terhadap kewajibannya sebagai istri Sang Rama.
Demikian pula dengan kita bila memiliki rupa yang cantik/tampan kita harus tetap berbudi luhur, agar kita tidak terjerumus kehal-hal yang menyimpang dari dharma. Bila rupa yang cantik/tampan tidak disertai prilaku yang baik sehingga dia menjadi sombong dan angkuh merasa diri paling cantik/tampan, orang lain diremehkan dan direndahkan. Inilah yang disebut mabuk surupa.
b) Dhana adalah harta benda.
Orang tua kita bekerja keras tidak kenal lelah, bekerja untuk mendapatkan uang agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi berbagai cara ditempuh oleh orang-orang untuk mendapatkan uang. Ada dengan berdagang, ada dengan bekerja menjadi buruh, menjadi pegawai, menjadi sopir dll. Bagaimana dengan orang yang mendapat uang dari hasil merampok, mencuri, korupsi atau menipu?
Dalam agama Hindu diajarkan bahwa harta benda itu hendaknya dicari dengan jalan yang benar berdasarkan dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma. Harta yang diperoleh dengan cara yang menyimpang dari dharma dan cara penggunaannyapun menyimpang dari dharma, misalnya berfoya-foya menghamburkan uang, menggunakan harta bendanya hanya untuk kepentingan sendiri. Orang yang demikian menganggap harta benda yang diperolehnya adalah miliknya sendiri. Orang yang seperti inilah yang disebut mabuk karena harta (dhana).
Dalam agama Hindu juga diajarkan mengenai penggunaan harta benda itu dengan dharma, yakni: harta benda yang kita miliki hendaknya dibagi tiga. Sepertiga bagian adalah untuk beryadnya, sepertiga bagian adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sepertiganya lagi untuk disimpan dan dikelola untuk persiapan hidup masa depan. Demikianlah dhana itu agar dicari dengan cara dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma pula.
c) Guna adalah kepandaian.
Pernahkah kamu menonton tari legong atau sendratari? Tariannya begitu indah bukan? Keindahan tarian itu disebabkan oleh kepintaran penarinya menarikan tarian itu. Pernahkah kamu pergi ke musium lukisan? Disana akan kamu lihat lukisan yang sangat indah dan bagus, harganyapun sangat mahal dan tergantung dari bagus tidaknya lukisan itu. Lukisan itu bagus karena pelukisnya pandai melukis.
Seorang penyanyi akan mendapat bayaran mahal bila dia bisa bernyanyi dengan baik. Seorang penyanyi bisa bernyanyi dengan baik karena mereka belajar. Kepandaian itu sangat penting dan berguna bagi kita. Kepandaian itu dapat mempermudah hidup kita. Kepandaian menari, menyanyi, melukis dapat mendatangkan uang dan mempermudah hidup kita.
Bagaimana dengan orang yang menggunakan kepandaiannya untuk hal-hal yang tidak baik? Misalnya orang pintar merakit bom, setelah bomnya jadi digunakan untuk ngebom suatu tempat yang menyebabkan rakyat resah dan menimbulkan banyak korban. Orang yang pandai membuat senjata dan senjatanya itu digunakan untuk merampok. Orang seperti inilah yang disebut mabuk karena kepandaian.
Dalam ajaran agama Hindu diajarkan agar kepandaian itu untuk digunakan untuk kepentingan bersama, untuk memajukan bangsa, untuk mengharumkan nama bangsa. Bukan sebaliknya kepandaian yang di miliki untuk menghancurkan bangsa dan untuk menyengsarakan orang lain.
Demikianlah bahwa kepandaian itu sangat penting dalam kehidupan kita. Hendaknya kepandaian itu digunakan untuk hal-hal yang baik berdasarkan dharma.
d) Kulina adalah keturunan / kebangsawanan.
Keturunan menentukan asal usul seseorang. Seseorang yang berasal dari keturunan yang baik akan dihormati oleh orang. Keturunan dapat menjadi kebanggaan seseorang, akan tetapi kebanggaan yang berlebihan akan asal-usul keturunan menyebabkan kita menjadi sombong dan angkuh. Orang yang merasa diri keturunan bangsawan atau dari keturunan pejabat merasa lebih tinggi derajadnya dari orang lain. Mereka menganggap orang rendah dari dirinya, sehingga dia memperlakukan orang dengan seenaknya saja.
Orang seperti inilah yang disebut mabuk karena keturunan (kulina). Orang seperti ini akan dijauhi oleh teman-temannya. Seseorang yang berasal dari keturunan baik disertai dengan prilaku yang baik akan dihormati oleh orang lain. Demikianlah keturunan / kebangsawanan bukan jaminan bagi kita untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain. Tetapi yang terpenting adalah perilaku kita. Darimanapun asal keturunan kita bila perilaku kita baik sesuai dengan dharma, orang yang demikian akan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
e) Yowana / Kayowanan adalah keremajaan.
Masa remaja adalah masa yang paling indah. Orang remaja hidupnya senang, tenaganya kuat, pikirannya tajam dan jiwanya labil, mudah terpengaruh. Bila imannya tidak kuat mereka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk dan akan merugikan dirinya sendiri. Coba kamu perhatikan remaja pengguna narkoba, peminum minuman keras, suka kebut-kebutan, suka berantem, suka bolos sekolah.
Bagaimana masa depan mereka? Tentu suram bukan?
Orang seperti inilah yang disebut mabuk kayowanan. Mereka tidak bisa menggunakan masa remajanya dengan baik bahkan mereka terjerumus pada hal-hal yang buruk. Apakah yang perlu kamu lakukan agar masa mudamu bermanfaat? Seorang remaja hendaknya memanfaatkan keremajaannya untuk melakukan hal-hal yang baik atau hal-hal yang bersifat positif. Misalnya: belajar dengan tekun, taat beribadah, mengisi diri dengan kegiatan-kegiatan positif seperti: olahraga, berorganisasi, belajar ketrampilan dll yang bermanfaat.
Bila semua itu kamu lakukan maka tentu masa depanmu cerah dan kamu akan dapat menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Seorang petinju yang baik dan kuat dapat mengharumkan nama daerah atau nama bangsa karena mereka berhasil menang dalam pertandingan. Seorang ilmuwan akan berguna untuk memajukan perekonomian bangsanya dengan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Misalnya: Pak Oles, beliau memiliki ketrampilan bidang tanaman dan obat-obatan tradisional, melalui obat bokasinya beliau mengharumkan nama Bali.
Jadi masa remaja itu hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang positif agar kamu menjadi orang yang berguna dan masa depanmu cerah.
f) Sure adalah minunam keras.
Pernahkah kamu melihat orang yang mabuk karena minum arak? Orang yang mabuk, bicaranya ngawur, pikirannya kacau dan sering berbuat diluar kontrol. Sering kita dengar atau baca dikoran pengendara sepeda motor nabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang disebabkan karena orang itu mabuk.
Arak adalah termasuk minuman keras artinya minuman yang mengandung alkohol. Bila diminum berlebihan dia akan mempengaruhi sistem saraf kita dan hal inilah yang menyebabkan mabuk. Karena pengaruh alkohol dalam tubuh maka pikiran menjadi gelap. Sulit membedakan mana yang baik mana yang buruk, tubuh menjadi lemas, mata berkunang-kunang. Bila terlalu sering minum minuman keras maka alkoholnya akan dapat merusak jaringan saraf kita dan orang pemabuk akhirnya menjadi seperti orang gila. Dia suka bicara sendiri, matanya selalu merah, cepat marah dan mengamuk.
g) Kasuran adalah keberanian.
Perlukah keberanian itu pada diri kita? Tentu sangat perlu. Orang penakut adalah orang pengecut. Orang penakut selalu ragu-ragu dalam bertindak karena takut salah, takut ditertawai, takut dimarahi, takut diejek dll. Orang penakut hidupnya tidak bisa maju. Keberanian itu perlu kita miliki. Kita harus berani mengambil resiko dari apa yang kita lakukan kita harus berani mengeluarkan pendapat, kita harus berani membela kebenaran, kita harus berani menunjukkan karya kita. Seorang pemberani hidupnya selalu bergairah dan maju.
Bagaimana halnya dengan orang yang berani melawan orang tua, berani melawan hukum, berani melanggar peraturan lalu-lintas. Keberanian seperti inilah yang perlu kita hindari. Sebab mabuk karena keberanian akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik, misalnya: terjadi pengrusakan, kerusuhan, kecelakaan dan lain-lain.
2.2.5 Sad Atatayi
- A. Pengertian Sad Atatayi.
Sad atatayi terdiri dari enam bagian yakni:
- Agnida : membakar sampai menimbulkan kematian,
- Wisada : meracuni,
- Atharwa : melakukan ilmu hitam.
- Sastrghna : mengamuk dengan senjata sampai menimbulkan kematian.
- Bratikrama : menyiksa atau memperkosa.
- Raja Pisuna : memfitnah.
- B. Bagian-bagian Sad Atatayi.
- Agnida adalah membakar milik orang lain.
- Wisada adalah meracuni yang mengakibatkan kematian orang lain.
- Atharwa adalah melakukan ilmu hitam.
- Sastraghna adalah mengamuk.
- Pratikrama adalah menyiksa atau memperkosa.
- Raja pisuna adalah memfitnah.
2.2.6 Panca Yama Bratha
- A. Pengertian Panca Yama Bratha
Panca Yama Bratha terdiri dari kata Panca artinya lima, Yama artinya pengendalian diri, dan Bratha berasal dari kata Wrata. Kata Wrata berasal dari akar kata “Wri” artinya kemauan atau keinginan. Jadi Panca Yama Bratha itu artinya lima macam pengendalian keinginan untuk tidak melakukan perbuatan melanggar susila guna mencapai kesempurnaan jasmani dan rohani.
Dalam Kitab Wrhaspati Tattwa disebutkan:
Ahimsa brahmacaryanca,
Satyam away waharikam,
Astainyamiti pancaite,
Yama Rudrena bhasitah.
Artinya:
Ahimsa, Brahmacari, Satya, Awyawaharika, dan Asteniya.
Itulah Panca Yama Bratha disebut pengetahuan yang benar oleh Dewa Rudra. Demikianlah yang disebut Panca Yama Bratha itu.
B. Bagian-bagian Panca Yama Bratha
1. Ahimsa
Dalam Kitab Wrhaspati Tattwa disebutkan “Ahimsa ngaranya tan pamati-mati”. Artinya: yang disebut ahimsa adalah tidak melakukan kekerasan, baik melalui pikiran, perkataan, maupun dengan perbuatan. Dengan kata lain ahimsa itu berarti perbuatan mengasihi penuh dengan hati yang damai terhadap sesama ciptaan Tuhan.
Mungkin diantara kita timbul pertanyaan, mengapa umat Hindu dalam setiap upacara sering membunuh hewan? Apakah hal tersebut tidak bertentangan ajaran ahimsa?
Terhadap pertanyaan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam lontar Wrtisesana diuraikan perbuatan membunuh hewan untuk kepentingan yadnya dapat dibenarkan, antara lain:
- Untuk”Dewa Puja”, persembahan kepada dewa.
- Untuk”Athiti Puja”, persembahan kepada tamu.
- Untuk “Pitra Puja, persembahan kepada leluhur.
- Untuk menyelamatkan tanam-tanaman dari serangan hama penyakit (Dharma Wighata).
- Untuk disantap.
2. Brahmacari
Kewajiban seorang murid adalah belajar. Seorang pelajar datang ke sekolah dengan tujuan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Tingkah laku menuntut ilmu pengetahuan dalam agama Hindu disebut Brahmacari. Apakah tujuanmu datang ke sekolah setiap hari? Brahmacari disebut juga masa menuntut ilmu atau masa aguron-guron (masa berguru).
Seorang siswa pada masa Brahmacari ini dituntut memiliki pikiran yang bersih, dilarang kawin, tidak berdagang, dan tidak berpolitik. Dalam belajar harus disiplin, tekun, tertib, dan sopan. Semua ini merupakan aturan dalam belajar. Barang siapa siswa yang melanggar aturan itu, tidak rajin, tidak tekun pada masa Brahmacari pasti akan gagal.
Dalam hubungan sosial masyarakat, seorang siswa diharapkan memasuki tahap berikutnya yaitu hidup Grahasta yakni masa hidup berumah tangga. Dalam hubungannya dengan masalah ini, Brahmacari dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
Sukla Brahmacari : orang yang tidak pernah kawin sejak kecil sampai ia meninggal dunia.
Sewala Brahmacari : orang yang kawin beristri atau bersuami hanya sekali selama hidupnya walaupun istri atau suaminya meninggal dunia, dia tidak kawin lagi.
Tresna atau Kresna Brahmacari : orang yang kawin lebih dari satu kali, sebanyakbanyaknya sampai empat kali.
Selain tiga macam pengertian Brahmacari dalam perkawinan di atas juga disebutkan seorang yang menuntut hidup Grahastha (Masa berumah tangga) harus kuat mengekang hawa nafsu dan kuat mengendalikan diri agar tidak menyimpang dari kesusilaan, sehingga menimbulkan dosa besar, seperti:
- Gurwanggamana adalah kawin dengan istri guru, bekas, istri guru, anak guru dan cucu guru.
- Gamyagamana adalah beristri dengan orang yang tidak boleh dipakai istri, misalnya kawin dengan ibu kandung, anak, cucu, kakak, dan saudara.
- Paradaragamana adalah melakukan perkawinan dengan istri orang lain.
3. Satya
Dalam membina hubungan antara sesama hendaknya menjaga sikap yang baik, setia, dan jujur Kesetiaan dan kejujuran akan mernbuat orang lain senang. Kesetiaan dan kejujuran dalam ajaran agama Hindu disebut Satya. Bagaiman akibatnya jika seseorang sering berbohong? Orang yang sering berbohong akan tidak dipercaya oleh teman-temannya. Tuhan tidak menyukai orang yang suka berbohong. Tuhan adalah sumber dari kebenaran yang tertinggi. Itulah sebabnya kejujuran atau satya adalah sifat yang selalu dituntut oleh orang-orang baik budi, karena sifat-sifat seperti itu dapat menuntun orang mencapai ketenangan hati.
Ada lima macam Satya yang patut dikembangkan dan dilatih dalam kehidupan sehari-hari. Kelima Satya itu disebut Panca Satya, terdiri dari:
a) Satya Hridaya : setia atau jujur terhadap kata hati
b) Satya Wacana : setia atau jujur terhadap perkataan
c) Satya Semaya : setia atau jujur terhadap janji yang diucapkan
d) Satya Laksana : setia atau jujur terhadap perbuatan
e) Satya Mitra : setia atau jujur terhadap teman
Kelima ajaran satya tersebut merupakan kebenaran dan hukum alam semesta. Semua yang ada di alam ini mengikuti hukum kebenaran. Contohnya : api memiliki sifat panas, air cair, dan angin bertiup adalah suatu kebenaran. Apabila sifat-sifat kebenaran yang telah dimiliki berubah mengakibatkan benda-benda itu kehilangan identitasnya.
4. Awyawahara
Manusia dilahirkan memiliki dua sifat yang bertentangan dalam dirinya. Kedua sifat tersebut yakni : sifat keraksasaan yang ciri-cirinya cepat marah, beringas, kasar, bengis, kejam, curang, rakus, suka mengumbar hawa nafsu, dan sifat-sifat kurang peduli terhadap norma ajaran kesusilaan. Dan yang kedua adalah sifat-sifat kedewataan, ciri-cirinya antara lain rendah hati, jujur, welas asih, tenang, budinya sangat luhur, dan dalam melakukan usaha selalu bersumber pada kedamaian dan ketulusan hati.
Pada bagian keempat Panca Yama Bratha, yakni Awyawahara atau Awyawaharika artinya melakukan usaha menurut dharma. Untuk mendapatkan rasa hati yang damai penuh kebahagian, seseorang dianjurkan jangan melakukan perselisihan dan tidak menggunakan kepandaian yang dimiliki untuk berbuat dosa. Mengapa perselisihan itu dijauhi oleh orang-orang yang berbudi luhur? Oleh karena perselisihan tersebut selamanya tidak mendatangkan kedamaian hati.
Dari perselisihan akan menimbulkan pertentangan dan permusuhan. Perrnusuhan merupakan awal bencana bagi kehidupan. Tidak sedikit korban yang ditimbulkan dari perselisihan. Maka dari itu usahakanlah berpikir, berkata, dan berprilaku yang mendatangkan kedamaian bagi semua ciptaan Sang Hyang Widhi.
5. Asteya
Bagian kelima dari Panca Yama Bratha mengajarkan agar manusia selalu bertingkah laku jujur terhadap harta benda. Asteya ( Astenya ) artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain, masyarakat, dan negara. Adakah orang yang senang harta miliknya dicuri orang lain? Barangkali semua orang yang berpikiran normal akan sangat tidak senang uang atau harta bendanya dicuri.
Seorang pencuri dan koruptor walaupun perbuatannya belum diketahui orang lain, akan tetapi hati nuraninya yang jujur akan selalu memprotes perbuatannya itu. Hati nuraninya akan selalu mengingatkan dan berkata, “Wahai manusia perbuatanmu itu melanggar ajaran agama yang sudah kamu anut. Perbuatanmu ini merugikan orang lain. Tahukah kamu bahwa seseorang dengan susah payah bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi dan mengumpulkan uang agar punya bekal untuk anaknya?” Dan banyak lagi pertanyaan sejenis itu mengusik pikiran orang jahat yang suka melakukan kecurangan.
Antara kata hati yang mewakili kebenaran akan selalu bertarung melawan pikiran yang jahat dalam diri seseorang. Apabila sang kata hati yang menang, maka orang itu akan memiliki perbuatan yang baik. Tetapi apabila pikiran kotor yang menang, menyebabkan seseorang sering mengambil putusan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
“jika ada orang yang merampas kekayaan orang lain dengan berpegang dengan kekuatannya dan banyak pengikutnya, malahan bukan harga kekayaan hasil curiannya saja yang dirampas darinya, tetapi juga dharma, artha dan kamanya itu turut terampas oleh karena perbuatannya (Sarasamuscaya 149).
Dalam Pancasiksa ada disebutkan beberapa macam yang disebutkan Steya yaitu:
a) Angalap : Mencuri atau mengambil dengan paksa milik orang
b) Akon, Anuduhaken : Menyuruh atau memerintahkan mencurian hak milik orang lain.
c) Aweh pangan : Memberi makan kepada pencuri
d) Wruha ring maling : Berkenalan dengan pencuri
e) Amitra maling : Bersahabat dengan pencuri
f) Aneleng drewyaning sanak tur tan angulihaken : Meminjam kepunyaan dan tidak mengembalikan.
Dengan demikian bekerjasama dengan pencuri berarti sama pula halnya dengan mencuri, itu amat besar dosanya. Orang yang mencuri saja dan di mana saja berada akan selalu merasa takut dan was-was kalau perbuatannya itu diketahui orang lain. Pikirannya tidak tenang.
- C. Contoh-contoh prilaku Panca Yama Bratha
- Contoh prilaku Ahimsa
- Contoh prilaku Brahmacari
- Contoh prilaku Satya
a) Berkata jujur mengatakan apa adanya
b) Berpendirian teguh, mendengar kata hati, teguh iman, dan tidak terpengaruh hal-hal yang buruk
c) Berani bertanggung jawab dengan segala perbuatan
d) Setia kepada teman, mau berteman dalam keadaan suka maupun duka
e) Selalu menepati janji dan tidak pernah ingkar janji
- Contoh prilaku Awyawahara
a) Melakukan prilaku menurut dharma
b) Jangan melakukan perselisihan dengan siapapun
c) Jangan menggunakan pengetahuan atau kepandaian yang dimiliki untuk berbuat dosa
d) Jangan memupuk perselisihan dengan siapapun
- Contoh prilaku Asteya ( Astenya )
Jujur terhadap harta benda yang kita miliki
Tidak mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain, milik perusahaan, atau milik Negara
Bertanggung jawab terhadap penggunaan keuangan orang lain, perusahaan, negara,dll
2.2.7 Panca Nyama Bratha
- A. Pengertian Panca Nyama Bratha
Inti ajaran Panca Nyama Bratha bertujuan untuk membina atau mengembangkan sifat-sifat bhakti kepada Tuhan dengan berbagai perwujudan-Nya melalui berbagai cara pengendalian kemauan, melakukan pantangan-pantangan dalam ajaran agama Hindu. Apabila latihan disiplin tersebut sudah menjadi kebiasaan yang baik secara bertahap, keadaan bathin menjadi tenang ibarat nyala api lilin yang bersinar terang tidak lagi ditiup oleh angin.
- B. Bagian-bagian Panca Nyama Bratha
- Akrodha
Seorang pemimpin yang bertindak ngawur dapat menghancurkan keselamatan negara dan rakyatnya. Oleh sebab itulah orang-orang suci selalu mengendalikan pikirannya agar tidak dikuasai oleh kemarahan, yang dalam ajaran Panca Nyama Bratha disebut “Akrodha”. Orang yang sudah dapat membersihkan hatinya dari pengaruh luar akan merasa tenteram, tenang, dan bahagia. Janganlah sifat ego dalam diri sering dibiarkan berkuasa. Jika ego sudah menjadi raja dan memperbudak diri kita, sedikit saja kita dihina, dicaci maki, direndahkan, atau orang lain berbeda pendapat, maka kemarahan itu akan muncul. Itulah sebabnya akrodha atau sifat tidak marah selalu dijaga dengan penuh kesadaran jiwa.
- Guru Susrusa
- Guru Reka / Guru Rupaka : ibu dan bapak yang menyebabkan kita lahir kedunia. Seorang anak patut berbakti kepada orang tua. Jadilah anak yang suputra. Anak yang baik dan berbudi luhur adalah cahaya bagi keluarga.
- Guru Pengajian / Guru Waktra : ibu dan bapak guru yang mendidik dan mengajar di sekolah, para Sulinggih, serta para Rsi yang berjasa menerima wahyu Tuhan.
- Guru Wisesa : adalah pemerintah yang memberikan perlindungan kepada setiap warga negara. Betapa beratnya pemerintah mengatur negara Indonesia yang sangat luas. Pemerintah membangun sekolah dan memberikan prasarana untuk mencerdaskan bangsa. Untuk itu umat Hindu dalam memenuhi kewajibannya menjalankan Dharma Negara patut mematuhi peraturan dan Undang-Undang yang berlaku.
- Guru Swadhyaya : merupakan guru alam semesta, tiada lain Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Kitab suci Weda yang ajarannya dipakai tuntunan suci umat Hindu adalah wahyu dari Sang Hyang Widhi yang diterima oleh para Rsi pada zaman dahulu. Betapa Mahabesar kasih Sang Hyang Widhi kepada umat manusia. Itulah sebabnya kita patut seialu berbhakti dengan mengucapkan puji syukur dan wajib menjaga kelestarian ciptaanNya.
- Sauca
Tiga prilaku yang hendaknya dijaga kesuciannya yakni : pikiran (manacika), perkataan (wacika), dan perbuatan (kayika). Apabila ketiga aspek prilaku tersebut telah menjadi kebiasaan yang dilatih setiap hari, berangsur-angsur dan pasti kesucian itu akan timbuh dan mekar dalam diri pribadi seseorang yang menekuninya.
- Aharalaghawa
Mungkin ada yang mau bertanya, apa hubungan antara Aharalaghawa yang kita bahas dengan ketiga kelompok makanan tadi? Jawabannya tentu diantara kita sudah ada yang tahu. Jelasnya bahwa Aharalaghawa merupakan disiplin makan makanan yang sehat, bersih, dan bergizi secara teratur dan secukupnya saja. Jadi tidak makan berlebihan.
Dalam hal ini makanan yang bersifat sangat baik untuk dikonsumsi agar kesehatan dan kesegaran tubuh tetap baik. Contoh makanan satwika antara lain: nasi, sayur, buah-buahan, susu, madu, umbi-umbian, atau beberapa jenis bunga yang baik energinya bagi kesehatan dan kesucian tubuh. Makanan yang tergolong rajasika yakni makanan yang pedas, terlalu panas, daging, bawang merah, bawang putih, serta makanan dan minuman yang dapat merangsang nafsu seksual. Perlu ditekankan bahwa bagi seorang olahragawan atau seorang pekerja yang membutuhkan tenaga besar sangat cocok megkonsumsi makanan yang tergolong satwika dan rajasika tersebut. Oleh karena disamping memberikan tenaga, juga pengaruhnya terhadap pikiran untuk berkonsentrasi lebih baik. Sedangkan makanan yang tergolong tamasika adalah makanan yang hanyak berlemak, makanan yang sudah busuk, sudah basi, dan berbagai jenis obat terlarang seperti ganja, heroin, kokain, rokok, serta alcohol. Jenis-jenis makanan dan obat-obatan terlarang itu hanya dipakai atas petunjuk dokter dengan tujuan pengobatan.
Demikian besar pengaruh makanan dan minuman bagi kesehatan. Dari makanan pula memberikan pengaruh sangat besar terhadap kesucian bathin seseorang. Oleh sebab itu dalam hal makanan, orang yang mencari kesehatan dan ketenangan rohani menjaga disiplin serta memilih makanan yang memberikan kesehatan.
- Apramada
Oleh karena itu, tidak baik menjadi orang yang takabur serta merendahkan orang lain. Sifat waspada, rendah hati, dan suci seperti Sang Rama patut dicontoh. Tuhan pasti akan menuntun orang yang disiplin, sabar, waspada, dan berbakti menuju tujuan yang lebih tinggi dengan selamat.
Setelah kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang siswa yang tidak boleh diabaikan agar tercapai kesempurnaan lahir bathin adalah
a) Adhyaya artinya belajar
b) Arcana artinya memuja
c) Adhyapaka artinya mengajar adik-adik
d) Swadhyaya artinya belajar sendiri
e) Asteya artinya tidak mencuri
Brata artinya melakukan pantangan-pantangan misalnya mengurangi makan dan tidur, berbuat yang jahat. Itulah yang harus dilakukan sebagai siswa kerohanian.
- Contoh Prilaku Panca Nyama Bratha
- Contoh prilaku Akrodha
ü Mengendalikan keinginan
ü Mengendalikan pikiran
ü Berusaha menghadapi masalah dengan tenang
- Contoh prilaku Guru Susrusa
v Berbhakti kepada orang tua
v Melaksanakan perintah dan ajaran guru
v Taat terhadap peraturan tata tertib sekolah
v Mematuhi peraturan dan Undang-Undang yang berlaku
v Rajin berdoa
v Menjaga lingkungan agar tetap bersih
v Mau memahami dan melaksanakan ajaran agama
- Contoh prilaku Sauca
Mandi dengan teratur ,
Rajin bersembahyang
Selalu bersikap jujur
Selalu bersikap tenang dan bijaksana
Rajin berlatih memusatkan pikiran seperti melakukan pranayama dan semadhi
- Contoh prilaku Aharalaghawa
- Selalu merasa nikmat dengan apa yang dimakan
- Makan-makanan yang bergizi
- Makan secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh
- Contoh prilaku Apramada
- Melaksanakan kewajiban dengan baik dan ikhlas
- Selalu taat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
- Tidak pernah lalai dan takabur
Di dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa contoh perbuatan Susila antara lain:
- Memberi sedekah
- Memberi pelajaran dan nasihat-nasihat kepada orang-orang miskin
- Memberikan pertolongan kepada orang lain
- Melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha
Memberi sedekah adalah kewajiban bagi umat Hindu. Sedekah juga disebut dana. Dalam ajaran agama Hindu umatnya diharuskan untuk kepentingan orang yang menderita, dan hidup dalam serba kekurangan. Bersedekah dalam agama Hindu juga disebut yadnya.
2. Memberi Pelajaran dan Nasihat Kepada Orang Miskin
Lebih baik memberi daripada meminta. Demikian kata-kata yang sering kita dengar. Sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan beriman, apabila suatu ketika ada orang miskin datang ke rumah kita atau ke tempat kita bekerja hendaknya kita tidak segan-segan memberikan nasihat-nasihat yang berguna bagi dirinya, sehingga orang tersebut menjadi sadar bahwa mengemis atau meminta-minta adalah perbuatan yang tidak baik.
Janganlah hanya pandai memberi nasihat saja, tetapi hendaknya dilaksanakan dengan sungguh dan keteguhan iman. Hendaknya tidak ragu-ragu untuk memberikan nasihat kepada orang-orang miskin dan nasihat-nasihat tersebut hendaknya diikuti dengan contoh-contoh sehinnga dapat ditiru oleh orang lain terutama dalam hal bersedekah atau berdana punya. Sebab, apabila manusia meninggal dunia semua harta kekayaannya tidak akan dibawa mati, yang menyertai manusia setelah meninggal adalah perbuatan baik (Susila) dan perbuatan buruk (Asusila).
3. Memberikan Pertolongan Kepada Orang Lain
Memberikan pertolongan kepada orang lain adalah salah satu contoh ajaran Susila. Menolong orang lain yang sedang dalam keadaan susah atau menderita akan menyebabkan jiwa seseorang apabila meninggal akan mendapat alam sorga.
4. Melakukan Tri Kaya Parisudha
Sebagai manusia yang Susila harus dapat melaksanakan Tri Kaya Parisudha, yaitu tiga perbuatan yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha terdiri dari:
v Manacika Parisudha yaitu berfikir yang baik
v Wacika Parisudha yaitu berkata yang baik
v Kayika Parisudha yaitu berkata yang baik dan benar
Orang yang dapat melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia ini maupun di alam akhirat. Orang yang melakukan ajaran Tri Kaya Parisudha akan dikenal oleh lingkungan tempat orang itu berada.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang bisa kami rangkum adalah:
- Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan. Susila adalah tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia.
- Beberapa ajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan susila adalah tat twam asi, tri Kaya Parisudha, Tri Mala, Sapta Timira, Sad Atatayi, Panca Yama Bratha, Panca Nyama Bratha.
- Contoh-contoh beberapa perbuatan susila adalah memberikan sedekah, memberi pelajaran dan nasihat-nasihat kepada orang-orang miskin, memberikan pertolongan kepada orang lain, melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha.
3.2 Saran-saran
Saran yang dapat kami berikan adalah dalam kehidupan sehari-hari kita sangat perlu melaksanakan susila itu, dengan melaksanakan ajaran susila akan dapat memberikan manfaat yang bagus dikehidupan kita. Pahami dan laksanakan ajaran susila tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarni, dkk (2004). Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah SD Kelas 4. Penerbit Tri Agung, Denpasar, Bali
Mardana, dkk (2004). Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah SD Kelas 5. Penerbit Tri Agung, Denpasar, Bali
Sumartawan, Cs (2004). Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah SD Kelas 6. Penerbit Tri Agung, Denpasar, Bali
http://www.babadbali.com/canangsari/pa-susila.htm
http://kmhdjogja.wordpress.com/belajar-filsafat/
Artikel Terkait:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN %28RPP%29
- FORMULIR JEJAK ALUMNI JURUSAN MATEMATIKA FPMIPA IKIP PGRI BALI
- RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas IX terbaru
- Silabus dan RPP SMP berkarakter terbaru
- Profil Admin
- RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) bahasa bali
- RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Bahasa Bali
- Penggunaan metode dalam RPP
- RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran)
- paper INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA
- paper “Interferensi Bahasa Indonesia Terhadap Bahasa Daerah Dalam Tinjauan Sosiolinguistik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar