Rabu, 06 Juni 2012

paper makalah karya ilmiah PROSES BELAJAR MENGAJAR ( Strategi Belajar Mengajar II )


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbagai upaya pembenahan sistem pendidikan dan perangkatnya di Indonesia terus dilakukan, akibatnya muncul beberapa peraturan pendidikan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan peraturan-peraturan yang sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan saat ini. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja para guru dalam menyongsong era tinggal landas.
Kemampuan profesional guru amatlah penting dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tetapi, hal ini tidak mungkin tercapai apabila tidak disertai usaha dari guru itu sendiri untuk senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.
Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu, dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian, pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa guru sebagai tenaga kependidikan punya kewajiban untuk senantiasa meningkatkan kemampuan profesional guru sejalan dengan kemampuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Keberhasilan pendidikan formal akan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Kegiatan belajar-mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar-mengajar ini banyak upaya yang dapat dilakukan guru seperti pemahaman guru terhadap pola kegiatan belajar-mengajar yang disarankan mulai dari kegiatan intra kurikuler, kokurikuler, sampai ekstra kurikuler.


1.2  Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan, maka kami menemukan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah Proses Belajar Mengajar tersebut ?

1.3  Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas presentasi untuk matakuliah "Strategi Pembelajaran Bahasa Bali II"

1.4  Manfaat
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa, calon guru dan guru pada khususnya serta masyarakat pada umumnya dapat mengetahui dan memahami Proses Belajar-Mengajar dengan baik dan benar.

1.5  Hipotesa
Proses Belajar Mengajar merupakan dua aktivitas yang berbeda namun padu apabila terjadi interaksi di dalamnya.

















BAB II
ISI

2.1 Pengertian Proses Belajar Mengajar
            2.1.1 Hakikat Belajar Mengajar
a. Konsep Belajar
Secara umum, belajar adalah bentuk aktivitas manusia yang dilakukan manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan yang aktif dan positif pada tingkah laku seseorang. Belajar dikatakan bersifat aktif karena dilakukan secara sengaja, sadar dan bertujuan. Belajar dikatakan bersifat positif karena orang yang belajar akan memperoleh hasil dari tidak tahu menjadi tahu, kurang cakap menjadi lebih cakap, memiliki pengertian tentang sesuatu sehingga akhirnya seseorang yang belajar memiliki suatu kemajuan. Oleh karena itu, apabila suatu perbuatan belajar itu bersifat negative, maka itu bukanlah suatu perbuatan belajar karena perubahan tingkah laku yang menyerupai tindakan belajar meliputi perubahan kematangan, pertumbuhan, dan penyesuaian diri.

a. Beberapa Definisi Belajar menurut Para Ahli :
1.      Menurut L. Crow & Crow, belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh konsep, pengetahuan, dan sikap. Perubahan tingkah lakunya lebih bersifat progresif dan belajar dengan arah vertikal dan horizontal.
Belajar dengan arah horizontal (mendatar) artinya memperkaya atau memperluas pengetahuan dan pengalaman belajar, yaitu :
a.       memperoleh kemampuan dalam skill attitude keterampilan baru
b.      menguasai berbagai ilmu pengetahuan
c.       mengembangkan sikap-sikap untuk menghadapi situasi dan kondisi baru
d.      menentukan minat baru untuk menemukan teknik pemecahan masalah yang baru
Belajar dengan arah vertikal (meninggi) artinya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki, antara lain :
a.       mengembangkan dan memajukan keterampilan khusus
b.      menambah pengetahuan dalam suatu bidang yang berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dipelajari
c.       melakukan intensifikasi dan memperluas minat, sikap, dan kemampuan teknis yang dimiliki.

2.      Menurut J. Cronbach, belajar menunjukkan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan-perubahan tersebut meliputi respons dan stimulus yang terkait. Perubahan tingkah laku melalui suatu proses, urutan kejadian, dan hasil yang diperoleh menjadi pengalaman. Belajar itu membawa perubahan tingkah laku (behavioral changes) secara aktual maupun potensial. Perubahan tersebut diperoleh dengan sengaja karena suatu usaha sadar.
3.      Menurut Ernest R. Hilgrad, belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud disini mencakup pengetahuan kecakapan, tingkah laku. Perubahan diperoleh melalui latihan dan pengalaman. Jadi, bukan perubahan yang terjadi dengan sendirinya, karena pertumbuhan, kematangan, atau keadaan sementara.
4.      Menurut C. Witherington dan Buchori, belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang dinyatakan penguasaan-penguasaan pola respons (sambutan) atau tingkah laku yang baru, yang berupa perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan, kesanggupan, dan pemaksaan.
5.      Menurut Prof. Dr. Sumadi Suryabroto, belajar adalah mengandung hal-hal pokok sebagai berikut :
a.       Belajar adalah kegiatan yang membawa perubahan yang bersifat aktual dan potensial.
b.      Perubahan yang terjadi karena adanya usaha sadar dan disengaja, bertujuan, dan,
c.       Perubahan itu pada intinya adalah diperolehnya kecakapan baru.
6.      Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad, mengemukakan bahwa belajar ditujukan pada :
a.       Pengumpulan pengetahuan
b.      Penanaman konsep dan kecakapan baru, dan
c.       Pembentukan sikap dari perbuatan atau tingkah laku.
7.      Menurut James O. Whittker, belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
8.      Menurut Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
9.      Belajar Skinner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology The Teaching Learning Process mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F. Skinner percaya behwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia memberi penguatan (reinforce).
10.  Menurut Sardiman (1992 : 22), belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, dan lain-lain.

            b. Konsep Mengajar
Suatu perbuatan dapat dikatakan tindakan mengajar bila tindakan itu didasarkan atas suatu perencanaan yang matang dan teliti. Rencana itu disusun dengan maksud untuk menimbulkan perbuatan belajar. Banyak orang mengatakan atau menyamakan tindakan mengajar sama dengan kegiatan lain yang sekedar melakukan tindakan keterampilan.
a.      Beberapa Definisi Mengajar Menurut Para Ahli :
1.      Definisi Lama :
a.       Menurut L. Crow and A. Crow, mengajar ialah penyerahan kebudayaan yang berupa pengalaman, kecakapan, dan tradisi kepada anak didik atau generasi penerus.
b.      Menurut Prof. Dr. De Quelyu dan Prof. Gazali, MA, disebutkan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat dan cepat. Mengajar dengan pola ini mengutamakan singkat waktu, cepatnya bahan yang diterima siswa. Guru kurang memperhatikan perbedaan individual murid. Bahan yang diberikan sama dalam waktu belajar yang sama pula.
2.      Definisi Baru :
a.       Menurut Alvin W. Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan atau mengembangkan keterampilan, ide (pendapat), sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan.
b.      Menurut A. Morrison D. Mac Intyre, mengajar diartikan sebagai aktivitas personal yang unik. Dalam mengajar dilukiskan sesuatu dengan menarik, dicari teknik yang sesuai dengan karakteristik siswa, agar diperoleh pribadi yang mantap dan praktis.
c.       Menurut John R. Pancella, mengajar adalah suatu usaha membuat keputusan dan kebijaksanaan (decision making) agar terjadi ikatan interaksi yang kuat serta bertanggung jawab. Tanggung jawab guru meliputi :
1.      Memberi bantuan dengan menyampaikan sesuatu yang baik sehingga dapat menjamin kehidupannya dengan tentram.
2.      Memberi jawaban secara langsung sesuai dengan kemampuan daya tangkap siswa.
3.      Memberi kesempatan berpendapat dan mengevaluasi.
4.      Menghubungkan dengan pengalaman siswa.
d.      Menurut Y.L. Mursell, mengajar diartikan sebagai aktivitas mengorganisasikan belajar. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai organisator. Seorang organisator yang baik memiliki ciri-ciri :
1.      Bukan bersikap sebagai penguasa yang membuat keputusan sendiri, lebih baik kiranya bersikap demokratis.
2.      Membantu sekelompok siswa untuk mencari, menemukan, merumuskan sendiri apa yang dipelajari.
3.      Bertanggung jawab, membagi tanggung jawab seluas mungkin, bahwa orang lain juga mampu
4.      Berinisiatif dan inovatif serta memiliki pendapat yang konsekuen.
5.      Memelihara etik, kritik, mampu mengevaluasi diri serta melakukan pengawasan secara kontinyu.
e.       Menurut Robert M. Gagne, mengajar ialah suatu usaha membuat siswa belajar, yakni mengubah tingkah laku dari diri siswa. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
f.       Menurut Nasution (1982 : 8) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
g.      Menurut Usman (1994 : 3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
h.      Menurut Pasaribu (1983 : 7), mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
i.        Menurut William H. Burton merumuskan pengertian mengajar sebagai suatu upaya dalam memberi perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
j.        Menurut Morse and Wingo (1970 : 7) merumuskan pengertian mengajar sebagai suatu upaya untuk memahami dan membimbing siswa, baik secara perseorangan, maupun secara kelompok dalam upaya memperoleh bentuk-bentuk pengalaman belajar tertentu yang berguna bagi kehidupannya.
Kegiatan belajar mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya perlu menghadirkan seorang guru. Mengajar pun merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak anak didik, siapa yang akan di ajar? Guru yang mengajar dan siswa yang belajar merupakan dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan murid.

2.2 Ciri-ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
  1. Belajar Mengajar memiliki tujuan, yakni tujuan untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
  2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  3. Kegiatan Belajar Mengajar ditandai dengansatu penggarapan materi yang khusus.
  4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
  5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
  6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
  7. Ada batas waktu.
  8. Evaluasi.

2.3 Implementasi Belajar Mengajar
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang siswa agar mau mengadakan proses belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar adalah job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.

2.4 Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam menghadapi siswa yang memiliki heterogenitas, diperlukan kepekaan berwawasan kependidikan lebih luas. Tugas dan peranan guru harus dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip mengajar. Banyak ahli yang mengungkapkan tentang prinsip-prinsip belajar secara bervariasi.
J.L.Mursell mengemukakan prinsip mengajar dalam 6 prinsip yaitu :
  1. Prinsip Konteks (hubungan)
  2. Prinsip Fokus (Terpusat)
  3.  Prinsip Sosialisasi
  4. Prinsip Individualisasi
  5. Prinsip Sequen (urutan pelajaran)
  6. Prinsip Evaluasi
Selain prinsip mengajar yang dikemukakan oleh J.L.Murshell, perlu diketahui prinsip mengajar lainnya, yaitu :
  1. Prinsip Motivasi
  2. Kesiapan Mental
  3. Keterlibatan siswa (aktivitas)
  4. Perbedaan Individual

2.5 Komponen-komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi :
  1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif (mengandung nilai-nilai yang harus ditanamkan pada anak didik yang akan mempengaruhi sikapnya dalam lingkungan sosial. Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989 : 44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) para siswa yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang diajarkan.
  1. Bahan Pelajaran
Bahan Pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.
  1. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
  1. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya apabila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991 : 72).
  1. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad. D. Marimba, 1989 : 51).
  1. Sumber Pelajaran
Belajar Mengajar, telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan, di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar. Segala bentuk aktivitas yang bisa menjadi sumber belajar adalah aktivitas yang membuat seorang individu mau belajar. Sumber belajar banyak sekali terdapat dimana-mana, sesuai dengan pendapat Drs. Sudirman, dkk.(1991 : 203), pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lain. Bermacam-macam sumber belajar itu adalah manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan, dan aktivitas. Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989 : 53) mengatakan sumber-sumber belajar adalah manusia, buku/perpustakaan, mass media, dalam lingkungan, alat pengajaran, dan museum. Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991 : 165) juga berpendapat bahwa sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu : manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.

  1. Evaluasi
Evaluasi atau evaluation dalam buku Essentials Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown, dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Jadi, menurut Wand and Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

2.6 Pendekatan dalam Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarang yang bisa merugikan anak didik. Ada beberapa pendekatan yang dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu :
  1. Pendekatan Individual
Memberikan pendekatan kepada masing-masing individu sesuai dengan hakikatnya sebagai peserta didik.
  1. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik.
  1. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bervariasi.
  1. Pendekatan Edukatif
Pendekatan Edukatif adalah pendekatan yang bertujuan mendidik karakter anak didik.
  1. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan Keagamaan adalah pendekatan yang ditujukan untuk membina jiwa keagamaan anak didik.
  1. Pendekatan Kebermaknaan
Pendekatan Kebermaknaan adalah pendekatan yang bertujuan untuk memecahkan masalah kegagalan dalam pengajaran.

2.7 Keberhasilan Belajar Mengajar
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, apabila tujuan instruksional khususnya tercapai. Berikut ini adalah beberapa strategi dalam menentukan keberhasilan belajar mengajar, yaitu :
  1. Indikator Keberhasilan
Indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap dan perilaku siswa.
  1. Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
  1. Tingkat Keberhasilan
Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar dihasilkan melalui proses belajar. Tingkatan keberhasilan tersebut kriterianya adalah maksimal (istimewa), optimal (baik sekali), minimal (baik), dan kurang.
  1. Program Perbaikan
Program perbaikan diberikan apabila taraf atau tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar kurang memuaskan.



  1. Faktor-faktor Keberhasilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi.



















BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pengertian Proses Belajar Mengajar
Dari penjelasan tentang hakikat belajar mengajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya. Dari definisi para ahli di atas, semua definisinya mengarah kepada definisi belajar sebagai suatu bentuk aktivitas yang dilakukan individu (manusia) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara sengaja, secara keseluruhan, secara sadar, sengaja, dan bertujuan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (keterampilan). Perubahan tersebut bersifat sebagai berikut :
  1. Perubahan dilakukan secara sadar
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang psikologi pendidikan. Begitu juga, setelah dia belajar Psikologi Pendidikan, dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan psikologi pendidikan.
  1. Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah mempelajari tentang Psikologi Pendidikan tentang “Hakikat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan tentang “Strategi Belajar Mengajar”, maka kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliknya tentang “Hakikat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan pada mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar".
  1. Perubahan bersifat aktif dan positif
Perubahan bersifat aktif maksudnya adalah perubahan yang dilakukan secara sengaja,sadar,dan bertujuan serta memiliki nilai positif. Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan ke arah kemajuan yang bersifat positif. Sebagai contoh, belajar merokok tidak dikategorikan sebagai belajar, karena dilihat dari nilai dalam norma yang berlaku, merokok bukan suatu tingkah laku yang dibenarkan, apalagi jika yang merokok adalah anak-anak di bawah umur.
  1. Perubahan bukan karena proses kematangan, pertumbuhan dan perkembangan, serta bukan temporer (sementara)
Perubahan yang terjadi karena proses kematangan, pertumbuhan dan perkembangan, bukan termasuk belajar karena itu merupakan kodrati manusia sebagai individu. Misalnya contoh, bila seorang siswa kecelakaan akibat lalai dalam mengendarai sepeda bukan contoh belajar karena merupakan hasil dari kematangan, pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan tersebut jika sementara juga bukan belajar, karena belajar bersifat permanen karena perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, seorang siswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
  1. Perubahan dalam belajar terarah pada tujuan
Individu dalam melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, seorang siswa belajar berbahasa bali di sekolah, tujuan jangka pendek dan sedangnya mungkin ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan berbahasa bali yang diwujudkan dalam bentuk nilai memuaskan saat penerimaan rapor. Kemudian dia senang belajar berbahasa bali dan tertarik menjadi guru bahasa bali, merupakan tujuan jangka panjang, sehingga dia akan melakukan aktivitas yang terarah untuk mencapai tujuan tersebut.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga lingkungan belajar menjadi kondusif dan dapat mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada definisi lama, mengajar lebih cenderung membuat anak didik berlaku pasif, karena peranan guru di sana hanya menstransfer ilmu dan tidak memperhatikan karakter masing-masing individu,sehingga disepakati untuk memilih definisi baru, karena definisi para ahli tersebut sesuai dengan kurikulum yang sedang diterapkan saat ini. Karena menyadari tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga sekaligus membimbing, agar proses belajar anak lebih terarah. Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang, dan ada anak yang lambat mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
Kesimpulannya, apabila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Dua konsep itu menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru – siswa dan siswa-siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Sehingga, proses belajar mengajar adalah proses yang mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa saat belajar yang diselaraskan dengan cara mengajar guru yang optimal agar terciptanya keberhasilan belajar mengajar.

3.2  Ciri-ciri Belajar Mengajar
  1. Belajar mengajar memiliki tujuan, hal ini dimaksudkan kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
  2. Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi), agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatannya tidak cocok kalau anak didik di suruh membaca dalam hati.
  3. Kegiatan belajar mengajar (suatu penggarapan materi yang khusus), dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen yang lain, materi harus sudah di desain dan disiapkan sebelum berlakunya kegiatan belajar mengajar.
  4. Ditandai dengan aktivitas anak didik, anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar kegiatan. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif, karena anak didiklah yang belajar.
  5. Guru sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik.
  6. Displin, suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan proseur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berartisuatu indicator pelanggaran disiplin.
  7. Batas waktu, menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
  8. Evaluasi, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus sering dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

3.3  Implementasi Belajar Mengajar
Job description adalah penggambaran tugas seorang guru di dalam mengimplementasikan suatu proses belajar mengajar. Job description tersebut adalah :
a.       Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar. Guru harus mempersiapkan sebelum mulai mengajar dengan mantap agar media dan alat yang digunakan dapat difungsikan dengan baik.
b.      Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar. Misalnya, proses belajar mengajar dengan metode role playing, bagaimana nantinya guru tersebut bisa mengorganisasikan jalannya role playing.
c.       Menggerakkan anak didik yang merupakan memancing, mengarahkan, dan memotivasi belajar siswa. Misalnya, saat pelajaran tanya jawab, guru harus pintar mengatur agar murid ikut aktif, misalnya dengan memberi penguatan berupa simbol (+) diabsennya saat benar menjawab, atau pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa terasa bosan, maka guru sebagai motivator, selipkanlah humor atau beristirahat sejenak untuk menghidupi suasana.
d.      Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menugaskan, membantu, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai perencanaan instruksional yang telah desain sebelumnya.
e.       Mengadakan assessment dan evaluasi diakhir pelajaran untuk menguji kemampuan siswa sejauh mana ada saat itu.
3.4  Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar
Pembahasan mengenai 6 prinsip mengajar menurut J.L. Mursell, sebagai berikut :
  1. Prinsip Konteks (hubungan) : Dalam mengajar guru hendaknya mampu memanfaatkan situasi yang konkret, agar siswa cenderung mengalami sendiri. Prinsip konteks ini bermanfaat untuk mengajarkan bahan yang operasional, melalui suatu proses, problem solving, bahkan dalam pengajaran mengarang.
  2. Prinsip Fokus (Terpusat) : Menunjukkan pemusatan perhatian pada obyek tertentu, sehingga siswa mempunyai isi pokok pelajaran dengan jelas, tidak samar-samar. Dalam mengajar memfokuskan suatu pelajaran dapat dibantu dengan memberikan tugas atau latihan, pemecahan masalah yang dipelajari bersama.
  3. Prinsip Sosialisasi : Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar di saat itu. Jiwa tanggung jawab mendorong siswa untuk melakukan tugas dengan kesungguhan dan berhati-hati.Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan dengan “perencanaan yang kooperatif”. Kooperatif mencakup hubungan guru dan murid.
  4. Prinsip Individualisasi : Guru hendaknya memperhatikan taraf kesungguhan masing-masing individu siswa. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanakan bersesuaian dengan ciri-ciri individu baik bakat, minat, kemampuan dasar.
  5. Prinsip Sequen (urutan pelajaran) : Selain prinsip-prinsip di atas, terdapat prinsip yang mementingkan squen atau urutan bahan pelajaran. Bahan diambil dari yang dekat dengan lingkungan siswa.Dari segi psikologis, urutan bahan pelajaran sesuai dengan pertumbuhan mental proses belajar-mengajar.
  6. Prinsip Evaluasi : Segala tindakan perlu dievaluasi, begitu pula dalam mengajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dalam pengajaran. Penilaian yang dilakukan oleh guru tercapai tidaknya tujuan.
Selain prinsip mengajar yang dikemukakan oleh J.L.Murshell, perlu diketahui prinsip mengajar lainnya, yaitu :
  1. Prinsip Motivasi : Menurut Ernest Hilgrad, motif adalah suatu keadaan pada diri individu yang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan, Frandsen menyebutkan bahwa motif merupakan alasan untuk bertindak dalam mencapai tujuan. Motivasi menurut Hilgrad adalah pemberian dorongan atau kekuatan agar muncul suatu motif pada diri individu.
Peranan motivasi dalam belajar-mengajar,yaitu :
1.      Menghubungkan bentuk motif yang timbul pada diri individu.
2.      Memperkuat siswa dan dalam perbuatan belajar.
3.      Meningkatkan tanggung jawab pada siswa dalam proses pembelajaran.
Motif sangat erat berhubungan dengan minat dan kehendak. Minat adalah suatu motif yang menyebabkan individu berbuat karena sesuatu yang menarik. Maka guru diharapkan dapat menyiapkan pelajaran yang menarik dan membangkitkan perhatian belajar siswa.
  1. Kesiapan Mental : Tingkat kematangan yang telah dicapai merupakan faktor yang menentukan bagi pencapaian hasil belajar seorang individu. Kesiapan mental mendasari kecakapan yang lain, termasuk kemampuan belajar. Kesiapan mental dimiliki secara herediter maupun hasil dari pengalaman. Kesiapan yang terpenting dalam belajar adalah :
1.      Kemampuan kecerdasan
2.      Bakat
3.      Minat
4.      Pengalaman belajar
Bagi seorang guru faktor kesiapan mental sangat diperlukan dalam mengajar, merupakan kondisi yang mempengaruhi hasil belajar.
  1. Keterlibatan siswa (aktivitas) : Pada hakikatnya, dalam proses belajar-mengajar yang belajar adalah murid (siswa). Belajar akhirnya terwujud dalam keaktifan siswa, meskipun berbeda derajat keaktifan dan keterlibatan dalam proses belajar.
Keterlibatan siswa atau partisipasi aktif siswa nampak dalam :
1.      Menetapkan tujuan
2.      Mencapai dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
3.      Bentuk interaksi antar siswa atau kelompok
4.      Kekompakkan dalam kelompok
5.      Usaha menanggulangi masalah pribadi siswa dalam  kegiatan belajar-mengajar
Oleh karena itu, keterlibatan siswa dalam belajar sangat menguntungkan dan meningkatkan hasil belajarnya. Guru perlu mengubah strategi yang mendominasi kegiatan mengajar menjadi usaha peningkatan kegiatan belajar.
  1. Perbedaan Individual : Masalah perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh guru. Siswa yang belajar memiliki keragaman dalam kemampuan dasar maupun kemampuan awal, pribadi, jasmani, pengalaman dan sebagainya. Dengan melihat individual ini, mungkin belajar dilakukan oleh siswa atau pengelompokkan dengan jalan pengelompokkan siswa cenderung memiliki kesamaan (secara relatif dapat diberi tugas-tugas yang sama atau seimbang.
3.5  Komponen-komponen Belajar Mengajar
Penjelasan dari komponen-komponen Belajar Mengajar adalah sebagai berikut:
  1. Tujuan
Seorang guru tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan jika ingin memprogramkan pengajaran, karena tanpa tujuan layaknya layangan putus yang tak tahu akan jatuh dimana, maka begitulah pengajaran tanpa tujuan. Proses belajar mengajar tidak akan berlangsung jika tidak bertujuan.  
  1. Bahan Pelajaran
Guru yang mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya kepada anak didik. Guru harus menguasai dua jenis penguasaan bahan pelajaran yaitu bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai profesinya (displin ilmunya). Sedangkan bahan pelajaran penunjang atau pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pokok pelajaran. Sehingga kedua bahan harus sesuai agar dapat memotivasi sebagian bahkan semua anak didik.
Biasanya aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsidan korelasi, dan lain-lain. Hendaknya seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran, memakai bahasa yang dipahami siswa, hindari memakai bahasa yang sulit dimengerti siswa, karena akan mempengaruhi situasi dan kondisi belajar mengajar menjadi tidak kondusif.
  1. Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam interaksi belajar mengajar, guru dan murid terlibat langsung, dan hendaknya dipahami bahwa yang berperan aktif adalah siswa, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah contoh sistem pengajaran dengan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) dalam pendidikan modern (masa kini). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan erbeaan individual anak didik, yaitu aspek biologis, intelektual, dan psikolgis. Hal ini dilakukan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan murid, sehingga memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang ingin dicapai.
  1. Metode
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku pada satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan yang bervariasi agar proses belajar mengajar tidak membosankan, tetapi menarik perhatian para siswa. Tetapi perlu dipahami, walaupun penggunaan metode bervariasi, namun jika penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai, maka penggunaan metode itu malah akan mencapai tidak menguntungkan dan malah menjadi boomerang bagi seorang guru yang kurang memahami suatu metode.
Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M.Sc. Ed., mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
a.       Tujuan dalam metode tersebut akan berbeda-beda.
b.      Setiap anak didik berbeda tingkat kematangan berpikirnya.
c.       Berbagai situasi pendukung penggunaan metode.
d.      Fasilitas menurut kuantitas dan kualitas pada saat menggunakan metode
e.       Kemampuan profesionalisme guru yang berbeda-beda dalam menggunakan sebuah metode.
  1. Alat
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pengajaran dapat berupa globe, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Para ahli membagi alat pendidikan dan pengajaran menjadi dua, yaitu : alat material dan non material.
a.       Alat Material termasuk alat audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat ini sangat didukung oleh Dawyer (1967), salah satu tokoh Realisme. Beliau berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekatkan realitas. Didukung oleh Miller, dkk. (1957), lebih banyak sifat bahan audiovisual yang menyerupai realisasi maka makin mudah terjadi belajar. Sehingga seorang guru cenderung untuk memberikan bahan pelajaran yang banyak dengan memberikan penjelasan mendekati realisasi kehidupan dan pengalaman anak didik.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut :
a.       Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
b.      Kemampuan meningkatkan pengertian
c.       Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar
d.      Kemampuan untuk memberi penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai.
e.       Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
b.      Alat non material adalah alat bantu pengajaran yang tidak berupa benda melainkan berupa motivasi, nasehat-nasehat, suruhan, perintah dan lain-lain yang bukan benda.
  1. Sumber belajar
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang ingin ditetapkan. Segala bentuk aktivitas yang bisa menjadi sumber belajar adalah aktivitas yang membuat seorang individu mau belajar. Berdasarkan pendapat para ahli pada bab II maka, kesimpulannya sumber-sumber belajar itu adalah :
1.      Manusia (people), dalam hal ini adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Manusia bisa dijadikan sumber belajar karena setiap manusia memiliki pengalaman dan tingkat perkembangan yang berbeda-beda dalam tiga ruang lingkup itu. Misalnya, ada seorang teman yang memiliki masalah keluarga, orang tuanya bercerai, siswa yan mendengarkan akan belajar dari pengalaman siswa yang terkena masalah agar mampu menumbuhkan keluarga harmonis dalam keluarganya.
2.      Buku/perpustakaan, buku juga bisa dijadikan sumber belajar apabila digunakan pada waktu proses belajar mengajar, begitupun di perpustakaan juga merupakan sumber belajar, apabila saat belajar itu menggunakan perpustakaan sebagai medianya.
3.      Mass media, mass media yang dimaksud adalah sumber belajar itu dapat berupa majalah, surat kabar, radio, televise, dan lain-lain. Melalui mass media, informasi maupun peristiwa dapat dijadikan sumber belajar. Misalnya, dalam Bali Post hari minggu ada mimbar agama Hindu, dari sana seseorang dapat belajar bagaimanakah agama Hindu tersebut.
4.      Alat dan perlengkapan dalam pengajaran, alat yang dimaksud adalah media pembelajaran yang dijadikan sebagai sumber belajar, misalnya peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, dan lain sebagainya. Buku juga termasuk apabila buku dipakai sebagai sumbernya bukan penunjangnya.
5.      Lingkungan (setting), lingkungan yang dimaksud di sini adalah :
1.      Lingkungan terbuka, apabila lingkungan tersebut di pakai pada saat belajar outdoor, misalnya wisata alam, study tour, PTD, dan lain-lain.
2.      Lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah, misalnya dengan dating ke museum, apabila ingin mengetahui benda-benda bersejarah dan peninggalan bersejarah. Selain museum, tempat lain yang bisa di kunjungi adalah : Taman Makam Pahlawan, Pusat Dokumentasi Warisan Budaya, dan lain-lain.
3.      Lingkungan manusia, dalam hal ini adalah kehidupan sehari-hari, kadang seseorang bisa belajar dari lingkungan internal pada dirinya, karena pengalaman sendiri biasanya merupakan sumber untuk belajar lebih baik lagi.
6.      Aktivitas (activities), aktivitas yang dapat menjadi sumber belajar biasanya meliputi, pengajaran berprogram, yaitu pengajaran yang berpedoman pada program pengajaran yang telah ditetapkan, simulasi, karyawisata, dan sistem pengajaran modul.

  1. Evaluasi
Pengertian evaluasi pada bab II merupakan evaluasi secara umum, menurut Ny. Drs. Roestiyah N.K, (1989 : 85) lebih menekankan kepada proses belajar mengajar, bahwa evaluasi tersebut adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Bukan berarti pendapat dari Wand and Brown kurang tepat, karena kedua definisi yang berbeda tersebut ditemukan adanya kesamaan tujuan penggunaan evaluasi. Tujuan evaluasi yang ditemukan ada 2, yaitu :
1.      Tujuan umum dari evaluasi adalah :
a.       mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b.      memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang di dapat.
c.       menilai metode mengajar yang dipergunakan.
2.      Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
a.       Merangsang kegiatan siswa
b.      Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
c.       Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
d.      Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua atau lembaga pendidikan.
e.       Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar.
Dalam dua tujuan di atas, maka pelaksanaan evaluasi belajar mengajar bermanfaat besar. Manfaat tersebut dapat ditinjau dari pelaksanaannya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan proses belajar mengajar di masa mendatang (maksudnya dalam proses belajar mengajar selanjutnya).
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, evaluasi yang ditekankan adalah evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses dilakukan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses tersebut ditemui kendala, dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk dilakukan untuk menilai bagaimana hasil belajar yang telah dicapai siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
3.6  Pendekatan dalam Belajar Mengajar
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan mengenai pendekatan belajar mengajar, sebagai berikut :
a.      Pendekatan Individual
Setiap anak didik tidak sama karakteristik individualnya, sebagai contoh pengalaman di kelas. Ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi masing-masing dan berkelompok dari dua sampai lima orang, di depan mereka ada meja dan bangku untuk tempat menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Walaupun satu kelompok, pastilah gaya belajar mereka berbeda-beda, perilaku mereka bermacam-macam, bahkan tingkat perkembangan dan intelegensinya berbeda, selalu ada variasinya.
Jadi, contoh di atas memberikan gambaran sebagai seorang guru, hendaknya mengerti dan paham kerakteristik individual siswanya di kelas, apabila sudah dipahami maka guru juga diberikan wawasan bahwa strategi yang diperlukan juga harus bervariasi. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Pendekatan individual bermanfaat untuk menangani masalah belajar, misalnya untuk menghentikan anak didik yang suka bicara sembarangan di kelas. Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu anak didik tersebut ke tempat yang dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan Individual sangat penting artinya untuk proses belajar mengajar, pemilihan metode tanpa melakukan pendekatan individual, maka metode tersebut tidak akan bisa digunakan secara maksimal, mengapa? Karena masalah belajar lebih sering terpecahkan apabila menggunakan pendekatan individual.
b.      Pendekatan kelompok
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat memupuk rasa sosial dan kekeluargaan pada setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan emosi dan perasaan pada saat berinteraksi dengan sesamanya.
Guru dalam memberikan tugas berkelompok merupakan salah satu bentuk pendekatan kelompok, melalui kelompok belajar diharapkan siswa mampu berinteraksi dan saling membantu apabila ada temannya yang lain agak kurang mampu dalam menangkap penjelasan guru sehingga timbul keakraban berkelompok. Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain. Selaras dengan itu maka akrab atau keakraban merupakan satu-satunya yang menyebabkan kelompok bersatu. Akhirnya dapat disimpulkan guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.
c.       Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan pada masalah anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi, karena setiap permasalahan yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Masalah belajar-mengajar timbul tidak hanya disebabkan oleh siswa, jika dalam mengajar guru hanya menggunakan satu metode biasanya akan sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu lama, sehingga yang timbul adalah gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran  kurang menjadi efektif. Jadi, apabila dalam mengajar menemukan masalah belajar yang bervariasi, hendaknya seorang guru harus mampu mengadakan pendekatan bervariasi. Misalnya, anak yang suka ribut dan anak yang suka tidur di kelas merupakan contoh masalah belajar, seorang guru tidak bisa menggunakan satu metode saja, adakan variasi misalnya jika yang suka tidur, kita tegur pelan, dan kalo yang suka ribut, kita pindahkan tempat duduknya.
d.      Pendekatan Edukatif
Pendekatan guru sebagai seorang pembimbing, karena tugasnya tidak hanya mengajar saja. Seorang guru tidak boleh arogan dalam mengajar, misalnya jika ada anak didik yang nakal dan ribut di kelas, jangan langsung memukul anak itu, walaupun maksudnya mendidik, tetapi tetap dirasakan salah, karena tidak bernilai pendidikan. Adakan pendekatan edukatif karena pendekatan edukatif merupakan pendekatan yang bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama. Gurulah yang bertugas menanamkan sikap-sikap tersebut pada diri siswa.
Sebagai contoh, misalnya tanda masuk kelas berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah dia berbaris di depan pintu masuk dan perintahkan ketua kelas mengatur barisan. Semua anak baik laki-laki maupun perempuan berbaris sesuai kelompok jenisnya. Setelah aba-aba bersiap, guru berdiri di depan pintu kelas dan menyalami murid yang masuk kelas satu persatu, barulah terakhir guru masuk ke kelas.
Dari contoh di atas, dapat dilihat contoh pendekatan edukatif tersebut berupa perintah atau suruhan murid untuk berbaris sebelum masuk kelas. Tujuannya adalah membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia, guru secara tidak langsung membina jiwa kepemimpinan dan kedisplinan, membina bagaimana cara menghargai dan menghormati orang lain dengan cara mematuhi semua perintahnya yang bernilai kebaikan.
Berbagai masalah belajar mengajar dapat terjadi di dalam proses belajar mengajar, setiap masalah memiliki tingkat kesukaran yang berbeda dan tentu saja penyelesaiannya juga bervariasi. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Namun, yang penting diingat adalah pendekatan individu selalu berdampingan dengan pendekatan edukatif begitupun dengan pendekatan kelompok dan pendekatan variasi selalu berdampingan dengan pendekatan edukatif. Jadi, kesimpulannya semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam, marah, kesal, benci dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
e.       Pendekatan Keagamaan
Pada saat mengajar pelajaran apapun, guru hendaknya selalu menyisipkan pesan-pesan keagamaan yang bermanfaat agar nilai budaya ilmu tersebut tidak sekuler, tetapi menyatu dengan dengan nilai agama. Tentu saja guru harus memahami ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Contohnya, dalam mata pelajaran bahasa bali ada pelajaran anggah ungguhing basa bali, jadi seorang guru bisa menyisipkan pesan bagaimana cara berbicara yang baik dan benar.
f.       Pendekatan Kebermaknaan
Kegagalan dalam proses belajar mengajar lebih banyak disebabkan karena kesalahan penempatan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang disepakati dalam suatu ujaran pada suatu kegiatan dan bahasa yang benar adalah bahasa yang saat itu dipahami bersama oleh pengujarnya.Jadi, bahasa dalam proses belajar mengajar tidak harus bahasa baku yang kaku, namun perhatikanlah dan pahami bahwa bahasa yang baik dan benar apabila bahasa yang digunakan dapat dipahami dan dicerna dengan baik oleh para siswa, sehingga para siswa teromotivasi untuk mendengarkan.
Beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini diuraikan sebagai berikut :
1.      Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata kosakata dan tata bahasa) yang berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan).
2.      Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkungan situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural, didukung oleh pemahaman lintas budaya.
3.      Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan dan tertulis tergantung dari situasi saat ujaran berlangsung, sehingga keragaman ujaran selalu dalam bentuk lisan maupun tulisan.
4.      Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
5.      Kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang amat penting dalam keberhasilan belajar siswa apabila berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
6.      Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subyek didik yang utama, tidak hanya sebagai obyek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran.
7.      Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.

3.7  Keberhasilan Belajar Mengajar
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum yang berlaku sekarang yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya ((TIK)-nya dapat tercapai”.
a.      IndikatorKeberhasilan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai beikut :
-          Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
-          Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.
Namun demikian,indikator yang lebih banyak dipakai sebahai tolok ukur keberhasilan adalah daya serkarena belajar tersebut menggunakan bahan pengajaran,berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari daya serap siswa terhadap pelajaran.
b.      Penilaian Keberhasilan
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut :
1.      Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar tertentu pada waktu tertentu.
2.      Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan prestasi siswa. Hasil dari tes ini dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukkan nilai rapor.
3.      Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu kurun waktu. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode tertentu. Hasilnya dimanfaatkan untuk perankingan dan pengukur mutu sekolah.
c.       Tingkat Keberhasilan
Keberhasilan proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1.      Istimewa/maksimal, suatu proses belajar mengajar dikatakan istimewa atau maksimal apabila seluruh bahan yang diberikan guru tersebut dikuasai siswa sepenuhnya.
2.      Baik sekali/optimal, suatu proses belajar mengajar dikatakan berjalan optimal apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran dikuasai siswa.
3.      Baik/minimal, suatu proses belajar mengajar dikatakan minimal apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60% s.d. 75% saja dikuasai siswa.
4.      Kurang, suatu proses belajar mengajar dikatakan kurang apabila tingkat pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran kurang dari 60%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi atau keberhasilan belajar dapat tercapai tuntas apabila antara guru, siswa, dan metode pengajaran terjadi interaksi yang kondusif.
d.      Program Perbaikan
Setelah melihat tingkat keberhasilan suatu proses belajar mengajar, maka selanjutnya dilakukan revisi apabila hasilnya belum memuaskan, hal inilah yang dimaksud dengan program perbaikan.
Ada atau tidaknya program perbaikan ditunjukkan oleh syarat berikut ini:
1.      Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran tingkat keberhasilannya minimal, optimal, bahkan maksimal, maka proses belajar mengajarnya berikutnya boleh membahas materi baru (jangan adakan perbaikan). Bagaimana dengan siswa minoritas yang belum paham?  Seorang guru boleh melakukan pendekatan belajar mengajar.
2.      Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang, maka proses belajar mengajar selanjutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial learning).
Pengajaran remedial biasanya mengandung kegiatan sebagai berikut :
a.       Mengulang pokok bahasan seluruhya
b.      Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c.       Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d.      Memberikan tugas-tugas khusus.

e.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, itu merupakan perkataan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil seorang guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apabila seorang guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nuraninya, pastilah ia akan berusaha keras untuk berhasil dalam mengajar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah :
1.      Tujuan
Sedikit banyak perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Pengajaran yang dilakukan oleh guru secara langsung akan mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Jika kegiatan belajar anak didi dan kegiatan mengajar guru bertentangan, maka dengan sendirinya tujuan pengajaran pun akan gagal dicapai.
Tujuan adalah pedoman untuk guru mengajar, sehingga guru wajib merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a.       Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai.
b.      Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku)
c.       Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.
Perlu diketahui membuat TPK harus berdasarkan TPU (tujuan pembelajaran umum). Misalnya, TPK berdasarkan TPU yaitu Dengan menggunakan kamus sor singgih basa Bali, siswa dapat mengetahui penggunaan basa alus dalam ujaran sehari-hari
2.      Guru
Pemahaman konsep, metode, profesi, pengelolaan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar direncanakan dan diatur oleh guru, misalnya melalui perencanaan RPP. Jika seorang guru tidak mempunyai skill mengajar bidang studinya, maka sulit menciptakan keberhasilan proses.
Contohnya : Guru Bahasa Indonesia mengajar Matematika, tentu saja tidak akan interaksi antara siswa, guru, dan bahan pelajaran.
3.      Anak didik
Anak didik merupakan individu, tiap individu memiliki ciridan karakteristik yang berbeda. Seorang guru harus paham, tanpa anak didik maka tidak ada proses belajar mengajar. Jadi, guru harus sudah mempelajari betul anak didik sebagai subyek didik. Keberhasilan mengajar dapat dilihat dari rapor akhir semester, maka disana akan terlihat bagaimana anak didik tersebut.
4.      Kegiatan pengajaran
Saat mengajar adalah saat-saat mempergunakan berbagai metode yang kondusif saat menyampaikan suatu materi. Jangan sampai guru salah menerapkan suatu metode.
Contohnya : seorang guru yang mengajar pelajaran matembang hendaknya selalu menggunakan metode demonstrasi sebagai metode utama, jangan menmpatkan metode ceramah sebagai metode utama, karena hal tersebut akan membuat anak didik tidak maksimal mendapatkan pengetahuan. Namun, bukan berarti seorang guru hanya memakai satu metode, penggunaan berbagai metod secara tepat guna akan mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.
5.      Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik untuk kepentingan ulangan . Bahan evaluasi bisa berupa buku pelajaran, kisi-kisi ulangan, dan lain-lain. Alat Evaluasi adalah sarana untuk menyampaikan bahan evaluasi kepada siswa, misalnya berupa tes (true false, multiple choice, matching, completion, dan essay). Guru harus bisa merumuskan bahan dan alat evaluasi yang tepat agar bebannya sesuai dengan kemampuan siswa secara individual. Keberhasilan proses belajar mengajar tergantung kepada seberapa valid dan seberapa reliable suatu bahan dan alat tersebut.
Contoh : Pada saat memberikan evaluasi tentang pokok bahasan Menulis Bali, seorang guru jangan memberikan evaluasi berupa tes pilihan ganda (objectif), tetapi berikanlah tes berupa essay yang isinya menulis bali, karena walaupun praktis, terkadang melalui pilihan ganda membedakan siswa yang mampu dan tidak mampu terhadap pokok bahasan itu menjadi sulit dibedakan, karena bisa saja pada waktu mengerjakan situasi dan kondisi berbeda dari yang diharapkan.
6.      Suasana Evaluasi
Pelaksanaan atau suasana evaluasi berbeda-beda, tergantung dari jenis evaluasi yang diberikan. Pengawasan terhadap pelaksanaan evaluasi diperlukan untuk menjaga anak didik tersebut tetap menngerjakan sendiri. Berbagai teknik dapat dilakukan, misalnya teknik random teks yaitu sistem acak soal, misalnya soal dibagi menjadi dua tipe.
Sebagian besar keberhasilan belajar ditentukan oleh suasana evaluasi.
Sebagai contoh, apabila pengawas evaluasi masa bodoh terhadap anak didik dan membiarkan anak didik berlaku tidak tertib, maka dikatakan telah gagal menciptakan keberhasilan belajar mengajar, karena untuk selanjutnya si anak akan menjadi malas belajar karena selalu diberi celah.










BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Proses Belajar Mengajar merupakan suatu proses yang mengarah kepada perubahan, dimana dalam proses tersebut terdapat dua kegiatan yang berbeda namun padu, yaitu belajar mengajar. Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan segala sadar, sengaja, dan bertujuan dan perubahan tingkah lakunya mengarah ke hasil yang aktif dan positif, sementara mengajar merupakan suatu kegiatan yang menciptakan suasana kondusif agar siswa mau belajar. Sehingga, proses belajar mengajar adalah proses yang mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa saat belajar yang diselaraskan dengan cara mengajar guru yang optimal agar terciptanya keberhasilan belajar mengajar.

4.2  Saran-saran
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan proses belajar mengajar jika belum memahami seluk-beluk tentang proses belajar mengajar. Untuk itulah, para calon guru maupun guru agar memanfaatkan skill yang ada dengan berpedoman dengan karakteristik belajar mengajar tersebut, agar nantinya pada saat menngajar tidak menemukan masalah belajar yang mengarah pada kegagalan proses belajar mengajar.







DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Sri Anitah Wiryawan. 1987. Modul Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia 1-5. Jakarta : Karunika
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Sujana, Drs. I Gede. 1997. Pengantar Kuliah Micro Teaching. Denpasar : FKIP Universitas Dwijendra.
Uzer Usman, Drs.Moh. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Situs :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
http://www.membuatblog.web.id/2010/08/pengertian-belajar-efektif.html/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108462-pengertian-proses-belajar-mengajar/
https://inspirasibelajar.wordpress.com/201/03/19/pengertian-proses-belajar-mengajar/
http://pak-gunawan.blogspot.com/
http://72.14.235.132/search?q=cache:yeRhTvLNFuAJ:www.kampusislam.com
http://cvrahmat.blogspot.com/2009/07/pengertian-belajar-mengajar.html./
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar




Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar