Rabu, 30 Mei 2012

MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI INFORMASI LISAN DALAM KONTEKS


MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI INFORMASI LISAN DALAM KONTEKS
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahaa Indonesia setara tingkat Semenjana
Kompetensi Dasar: Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat
Indikator
- Pengidentifikasian sumber informasi sesuai dengan wacana
- Pencatatan isi pokok informasi dan uraian lisan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci
- Pengenalan ragam/laras bahasa
- Pembedaan proses dan hasil dengan memerhatikan ciri atau penanda kata/kalimat

Wacana

Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global, Pelajar pun Menanam Pohon

Sedikitnya 24.000 pelajar SLTA (SMA dan SMK) di DKI Jakarta berkumpul di Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol untuk menghimpun diri dalam Club Pelajar Cinta Lingkungan “Teens Go Green”. Kekuatan pelajar ini digalang untuk memulai sekitar 400.000 pohon di DKI Jakarta. Pelajar pilihan dari 80 SMA/SMK se-DKI Jakarta itu diharapkan bisa merekrut dan mementor rekan-rekannya untuk ikut peduli ancaman pemanasan global dan perubahan iklim dengan aksi nyata, seperti menanam pohon. “Rantai manusia” ini akan menjadi momentum kepedulian pelajar Ibu Kota terhadap persoalan serius lingkungan. Berdirinya Club Pelajar Cinta Lingkungan itu dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Sabtu, 1 / 12 di Panggung Maksima, Dunia Fantasi, Taman Impian Jaya Ancol (TIJA). Acara itu terselenggara atas kerja sama TIJA, Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI Jakarta, Yayasan Kehati, Harian Kompas, Warta Kota, dan Radio Prambors. Fauzi mengatakan, saat ini pelajar sudah menjadi pemelihara lingkungan, diharapkan lima tahun sampai 10 tahun mendatang, lingkungan akan lebih baik. Hari ini baru 80 SLTA besok seluruh sekolah SLTP dan SLTA di DKI Jakarta diharapkan bergabung. Fauzi juga memaparkan program pengurangan polusi yang dijanjikan akan mampu mengurangi tingkat polusi sampai 30 persen. “Itu bisa dicapai salah satunya dengan mendorong penggunaan energi alternatif bahan bakar gas terutama untuk angkutan umum,” katanya. Terkait dengan program hutan bakau, Fauzi berjanji akan lebih banyak menanam bakau di pesisir. Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Budi Karya Sumadi engatakan, 2.400 pelajar yang mendukung “Teens Go Green” ini akan menjadi inisiator pelajar peduli lingkungan. Mereka akan menanam dan memonitor lingkungan di Jakarta. Untuk menarik minat pelajar, anggota
klub terpilih dari setiap SLTA akan mendapatkan fasilitas kartu bebas masuk semua wahana di Ancol. Di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Ny Ani Yudhoyono bersama Ny Mufidah Kalla dan sekitar 1.000 perempuan lain juga serentak menanam berbagai jenis pohon langka. Penanaman pohon oleh Ny Ani Yudhoyono 21 dan Ny Mufidah Kalla itu dilakuan bersama dengan tujuh organisasi perempuan di seluruh Indonesia pukul 08.00 WIB. Tujuh organisasi perempuan yang bergabung dalam Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara 10 Juta Pohon adalah Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Dharma Pertiwi, Bhayangkari, Dharma Wanita Persatuan, Tim Pengerak
PKK, dan Aiansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Selain para pejabat, penanaman 1.000 pohon di Cibubur mengerahkan anak sekolah dan anggota Pramuka.
Ny Ani Yudhoyono menanam pohon kecapi (Sandoricum koetjape), sedangkan Ny Mufidah Kalla menanam pohon jamblang (Syzygium cunini).
Sebanyak 1.000 bibit pohon yang umumnya pohon langka untuk kegiatan penanaman di Cibubur disediakan Dinas Pertamanan dan Kehutanan DKI Jakarta. Usai penanaman serentak, Ny Ani melakukan konferensi jarak jauh dengan Ny Moenartinin T. Narang di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang serentak menanam 3.000 pohon dan Contantina Suai di Jayapura, Papua, yang serentak nenanam 4.000 pohon. “Jangan lupa pohon-pohon
itu dipelihara dan disirami agar tumbuh dan bermanfaat,” ujar Ny Ani. Tiga hari sebelumnya, dalam upaya menyelamatkan bumi dan menyambut Konferensi Para Pihak Ke-13 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP-13/UNFCCC), Presiden Yudhoyono
menanam pohon di Cibadak, Bogor, Jawa Barat, dalam gerakan menanam 79 juta pohon.


A. Memahami Sumber Informasi
Segala sesuatu yang memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan seseorang dapat disebut informasi. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet, atau didapat langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi, seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang yang dianggap ahli dibidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan.

Sesuatu disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria di bawah ini.
1.Berisi informasi bersifat objektif, masuk akal, dan faktual
2.Mudah didapat dan dikenal oleh umum
3.Keberadaannya resmi atau diakui
4.Dapat berupa media cetak atau elektronik
5.Dapat ditelaah, dikaji, dan dijadikan ilmu
6.Dapat berbentuk arsip, dokumentasi, dan peninggalan sejarah yang memang telah diteliti kebenarannya
7.Dapat berupa narasumber, yaitu dari orang yang diakui ahli dalam bidangnya, informasinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan

Sesuatu tidak dapat disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria berikut.
1.Sarananya belum dikenal secara umum
2.Berisi hal-hal yang tak masuk akal dan tak dapat dibuktikan
3.kebenarannya
3.Masih berisi asumsi, opini, yang perlu dikaji lagi secara ilmiah
4.Sumber informasi tidak akurat dan tidak tetap, selalu berubah-ubah

Banyak sumber informasi yang dapat kita pilih. Memilih sumber informasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kemudahan dalam mendapatkannya, kualitas isinya, dan bentuk penyampaiannya.
Untuk sumber informasi yang berbentuk media cetak, tentunya cara memperoleh atau menggalinya ialah dengan membaca. Kegemaran membaca membantu memperolah informasi sebanyak-banyaknya dari sumber informasi cetak atau tertulis. Jika membaca tidak menjadi kegemaran,
kemungkinan mendapatkan informasi dapat dengan memanfaatkan media elektronik. Informasi yang disajikan berbetuk audio-visual, selain dapat dilihat juga dapat didengar. Bentuk media elektronik saat ini dibuat dengan aneka ragam bentuk serta model yang dapat digunakan dan dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Sumber informasi juga dapat dijadikan sarana penunjang proses belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sarana berisi alat dan sumber belajar. Dalam kegiatan menyimak, sumber informasi yang digunakan sebagai bahan simakan adalah yang berbentuk rekaman atau uraian lisan. Melalui informasi yang didengarnya, siswa melakukan penyimakan.

B. Jenis Sifat Informasi
Dari segi sifat dan uraiannya, informasi dapat dibedakan menjadi informasi bersifat faktual, informasi bersifat opini atau konsep, dan informasi bersifat pemerian/perincian.

1. Informasi bersifat faktual
ialah informasi yang berisi fakta-fakta, peristiwa nyata dan dapat dibuktikan. Informasi faktual terdiri atas fakta umum dan fakta khusus.
a. Fakta umum, yaitu informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
-Ayah baru pulang dari luar negeri dan sekarang mereka sedang menjemputnya di bandara.
-Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
-Terjadi perampokan di sebuah rumah. Perampok berhasil menggasak barang-barang pemilik rumah.
b. Fakta khusus, yaitu informasi yang berisi kejadian atau peristiwa yang dijelaskan secara terperinci atau detail.
Contoh:
-Ayah baru pulang dari Amsterdam dan Ibu, adik serta Paman sedang menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta.
-Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Gunung Sahari Senen, serta warung di pinggiran proyek Senen terkena razia.
-Terjadi perampokan di sebuah rumah gedung di Jalan Sukapura, Tanjung Priok Jakarta Utara. Perampok berhasil menggasak 30 gram perhiasan, 1 unit komputer serta uang 150 juta rupiah.

2. Informasi bersifat Opini atau Konsep
Informasi bersifat opini ialah informasi yang masih berupa pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Konsep ialah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Contoh opini:
-Banyak remaja sekarang yang bersifat permisif, mengganggap semua serbaboleh tanpa mempertimbangkan norma-norma yang berlaku.
-Sebagian besar lulusan UN tahun ini mendapatkan nilai yang memuaskan, hal itu dikatakan Kepala Sekolah SMK At-Takwa dalam pidato sambutan pada acara perpisahan siswa kelas 3.
Contoh konsep:
-Sebelum seminar atau diskusi dimulai, biasanya para peserta diskusi diberikan sebuah makalah. Makalah adalah tulisan yang berisikan prasaran, pendapat yang berisi uraian atau pembahasan pokok persoalan yang akan dibicarakan dalam rapat, diskusi, dan sejenisnya. Makalah juga sering diartikan jenis tugas pada mata kuliah tertentu yang berisi hasil kajian pustaka atau tulisan tentang suatu hal.

3. Informasi bersifat pemerian
Dalam menjelaskan sesuatu yang bersifat uraian khusus, penulis biasanya menjabarkan penjelasan khusus tersebut menyamping atau horizontal atau berbentuk satuan ke bawah secara vertikal.
Uraian khusus yang berupa penyebutan berbentuk kata atau frasa umumnya ditulis secara horizontal atau melebar dari kiri ke kanan.
Namun ada juga perincian yang berupa unsur-unsur atau bagian yang berbentuk kalimat.
Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal.
- Proses untuk mempelajari unsur-unsur suatu bahasa meliputi:
(1)Pengenalan lambang-lambang bunyi,
(2)Pengenalan lafal dan tanda baca,
(3)Pemahaman kosakata bersifat kekrabatan, dan
(4)Pemahaman terhadap bentuk kata, frasa, kata tugas, klausa, dan perubahan makna.
Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masing-masing unsurnya dipisahkan oleh tanda koma (,)
- Untuk keperluan lomba lukis, Reihan harus menyiapkan alat tulis, karton, cat air, dan kuas.

C. Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.
1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.

A. Latar belakang daerah penutur.
Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia
yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menj di di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar
bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.

B. Latar belakang pendidikan penutur.
Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang
berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau
tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.

C. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.
Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan
katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku,sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informalhanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerahatau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnyamemahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.

C. Ragam Bahasa
            Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.
1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
a. Latar belakang daerah penutur.
            Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.
b.Latar belakang pendidikan penutur.
            Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
            Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.Contoh:
1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4. Emangnya situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)
d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur.
            Banyak persoalan yang dapat menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat  membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan untuk membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama tentu menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum, kedokteran, dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa. Di bawah ini, beberapa contoh ragam yang merupakan laras bahasa
Wacana tentang teknologi komunikasi:
            Banyak situs internet baik di luar maupun di dalam negeri yang menyediakan fasilitas ruang obrolan (chatting room) ini. Salah satu yang cukup populer di Indonesia adalah milik detik.com. Agar percakapan aman dari umum, chatter dapat membuat web pribadi. Pembuatannya dapat gratis melalui fasilitas NBCi.com.
Wacana yang berhubungan dengan persoalan kesehatan:
            Penyakit chikungunya diakibatkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini membuat penderita mengalami demam tinggi selama lima hari. Setelah mengalami masa inkubasi selama tiga hari hingga dua belas hari, penderita akan jatuh sakit. Selain demam, penderita juga akan mengalami rasa ngilu pada otot, mual hingga muntah.
Wacana surat kabar:
            Lima siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Taruna, Purwakarta, tewas akibat truk yang mereka tumpangi terguling di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (9/5) sekitar pukul 13.30. Para siswa tersebut menumpang truk usai berekreasi ke Waduk Cirata setelah merampungkan ujian.
Wacana bergaya sastra:
            Grace mengambil payung dari bawah jok tempat duduk dan beranjak keluar. Dari arah lapangan, murid-murid dengan baju olahraga enggan berteduh. Pakaian mereka sudah sangat kuyup, tetapi semangat mereka untuk bermain basket masih menyala dalam hujan. Beberapa anak yang tidak bermain bersorak–sorai dan bertepuk tangan sembari menyipratkan air yang berkubang di tanah dengan kaki mereka.
 2. Berdasarkan sarana atau media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulisan. Perbedaan ragam lisan dan tulisan:
Ragam lisan
 Ragam tulisan
1. Menghendaki adanya teman/mitra bicara.
2. Unsur gramatikal seperti subjek, predikat, objek tidak tampak. Yang tampak adalah gerakan, mimik, dan ekspresi.
1. Tidak harus ada teman bicara di hadapan
2. Fungsi gramatikal dinyatakan secara eksplisit.

3. Terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
3. Tidak terikat situasi, ruang, dan waktu.
4. Makna dipengaruhi oleh tekanan atau nada suara.
4. Makna ditentukan oleh pemakaian tanda baca.

D. Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil

            Dalam karangan berbentuk eksposisi, sering ditemui uraian cara atau proses yang diakhiri dengan hasil yang didapatkan. Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan. Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar verba.
Contoh penanda proses:
Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.
Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses  mengevakuasi
Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan Lurah yang baru.
Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/membuat secara kolektif
Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/ memberi pupuk.
Contoh penanda hasil:
Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok
Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis
Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau
TUGAS MANDIRI :
Supaya Anda lebih memahami materi ini, kerjakanlah tugas-tugas berikut.
a. Bacalah wacana di halaman awal bab ini. Tulislah uraian yang termasuk fakta, opini, dan perincian.
b. Carilah 4 jenis wacana yang menggunakan laras bahasa yang berbeda di koran atau majalah. Tulis atau tempelkan di buku tugas berikut sumber bacaannya. Setelah itu beri penjelasan.
c. Carilah pula wacana yang berisi uraian proses dan hasil. Tulis atau tempelkan di buku tugas atau lembar kerja.
Menurut Panjaitan (1993: 24) ada dua cara pemberian balikan, sebagia berikut:
a. Pemberian Balikan Secara Simbol
Pemberian balikan secara simbol adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah tanpa memberikan keterangan apapun.
Tanda-tanda tersebut sebagai simbol apakah pekerjaan siswa benar atau salah.
b. Pemberian Balikan Secara Ekspositorik
Pemberian balikan secara ekspositorik, adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, yaitu dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah dan sekaligus memberi penjelasan singkat/terperinci atas kesalahannya dan petunjuk perbaikan serta buku sumber acuannya agar siswa dapat memperbaiki kekurangannya dan kesalahannya yang telah diperbuatnya.
Catatan yang diberikan oleh guru (pada umumnya untuk jawaban yang salah) dapat diberikan dengan jelas atau petunjuk lain yang dapat membantu siswa memperbaiki pekerjaannya yang salah.
Pembelajaran dengan cara memberikan balikan baik secara simbol maupun secara ekspositorik dari guru kepada siswa agar memudahkan siswa untuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya dan diprediksi dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan perolehan hasil belajar.
3. Kebijaksanaan Pemberian Balikan
Pemberian balikan dalam bentuk informasi atau pemberitahuan dari guru kepada siswa tentang kekurangan-kekurangannya atau tentang kesalahan-kesalahannya terhadap hasil kerjanya dalam menjawab tes atau latihan setelah selesai mengikuti eksperimen dalam pembelajaran, yang pengaruhnya dapat menimbulkan reaksi minimal tiga kemungkinan pada diri siswa.
Kemungkinan yang timbul dalam pemberian balikan dapat menjadikan siswa apatis, patah semangat, atau patah hati, dan menjadi pendorong semangat belajar. Hal demikian tergantung kebijaksaan atau kepandaian akal budi sang guru dalam memberikan balikan. Cara pemberi balikan dapat bersifat positif dan dapat negative. (Jarolimek dan Foster, 1978; Panjaitan, 1993: 27).
Pemberian balikan yang bersifat positif dikandung maksud informasi atau pemberitahuan terhadap kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang diperbuat oleh siswa, baik yang lisan maupun yang tertulis pada lembar jawaban siswa hsil pengerjaan tes atau latihan seharusnya balikan yang bersifat membangun, harus merupakan balikan yang bersifat konstruktif yaitu informasi atau pemberitahuan yang disampaikan guru kepada siswa harus mampu memberikan dorongan atau motivasi berhasil yang dapat membangkitkan semangat dan kerja keras dalam diri siswa untuk lebih giat berusaha belajar memperbaiki kekurangan-kekurangannya dan kesalahan-kesalahannya yang telah diperbuatnya. Karenanya informasi atau pemberitahuan itu harus dilaksanakan dengan seksama, bersifat pujian, jelas, cermat, dan spesifik, mudah dipahami siswa, sehingga siswa tergerak jiwanya untuk berusaha memperbaikinya. Adapun sebaliknya pemberian balikan yang bersifat negative adalah balikan yang bersifat destruktif atau balikan yang bersifat merusak yaitu informasi atau pemberitahuan guru kepada siswa terhadap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya yang disampaikan dengan nada kecaman, cemoohan, penghinaan, lebih-lebih diikuti dengan rasa emosional guru dengan marah-marah. Tindakan yang demikian dapat menimbulkan:
- Rasa apatis pada diri siswa, siswa menjadi masa bodoh terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.
- Rasa patah hati, patah semangat pada diri siswa, sehingga siwa menjadi tidak mau belajar lagi terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang selalu menggunakan akal budinya untuk memberikan balikan yang bersifat konstruktif, dan selalu menghindari pemberian balikan yang bersifat destruktif atau balikan yang bersifat merusak terhadap hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan tes atau latihan. Pemberian balikan harus mampu mendorong siswa untuk lebih bersemangat lagi dalam meningkatkan belajarnya.






Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar