Tomi dan Feri dua sahabat karib yang
mahir bermain biola. Sehari - hari sepulang sekolah, mereka mengamen di dekat
sebuah restoran. Pemilik restoran diam - diam sering memperhatikan mereka. Dia
ingin pengunjung restorannya dihibur oleh pemain biola anak itu.
Ia lalu menghampiri mereka. “Hm, selamat
sore! Kenalkan, aku Pak Sardi. Aku sering mendengar permainan biola kalian.
Kalau mau, kalian boleh bekerja di sini. Akan tetapi, satu orang saja,” kata
Pak Sardi.
Tomi dan Feri gembira. Mereka tak
mengira akan ditawari bekerja di restoran itu.
“Boleh, Pak! Lalu, siapa yang Bapak
pilih?” tanya Feri.
“Aku belum bisa putuskan sekarang.
Datanglah besok, pukul sembilan. Ingat, kalau bekerja di sini, harus bersih,
rapi, dan sopan,” kata Pak Sardi.
Tomi dan Feri segera pulang. Mereka akan
mempersiapkan diri untuk besok pagi.
“Fer, aku mau membeli baju baru. Mau
ikut?” ajak Tomi.
“Kurasa tida, Tom. Aku akan memakai
pakaian yang ada saja,” kilah Feri.
“Heh, ingat tidak, pesan Pak Sardi? Ia
ingin pekerja yang rapi,” tegur Tomi.
“Ya, tetapi, bukan berarti harus memakai
baju baru. Lagi pula, nanti tabunganku habis untuk beli baju baru.” kata feri
lagi.
“Ah, kau ini bagaimana? Kalau sudah
kerja, kan, nanti dapat uang. Lalu, kita bisa menabung lagi,” ujar Tomi. Feri
tetap tidak mau. Akhirnya, Tomi pergi sendiri.
Sepeninggal Tomi, Feri juga
mempersiapkan diri. Ia menyeterika bajunya yang terbaik untuk besok. Lalu,
rambutnya dicukur supaya tampak rapi. Ia juga memotong kukunya.
Tomi baru pulang saat malam telah larut.
Ia sudah membeli baju baru. Esok paginya, keduanya menemui Pak Sardi. Pak Sardi
sudah menanti mereka di restorannya. Mula - mula, mereka disuruh memainkan lagu
yang diminta Pak Sardi. “Wah, ternyata kepandaian mereka sama,” gumamnya
setelah mendengar permainan mereka.
“Tes berikutnya, ulurkan tangan kalian,”
pinta Pak Sardi kemudian.
Pak Sardi memeriksa jari - jari mereka
satu per satu. Tomi terkejut karena ia tidak sempat memotong kukunya. Ia
mengira Pak Sardi cukup yakin dengan penampilannya dalam baju baru.
Sebaliknya, Feri sangat lega karena
kukunya sudah dipotong pendek dan bersih. Ia pun tidak menduga kalau memotong
kuku ternyata bermanfaat.
“Wah, sayang sekali, Tom! Kuku - kukumu
kotor dan tidak terawat. Sebelumnya, kan, sudah kuperingatkan, kalau aku
menyukai pekerja terawat. bersih dan rapi. Dengan rambut gondrong pun tak
masalah, asalkan rapi.
Jadi, aku memilih Feri untuk bekerja di
sini,” kata Pak Sardi mantap.
Mendengar keputusan itu, Tomi segera
meninggalkan ruang kerja Pak Sardi dengan lesu. Ternyata, rapi dan bersih yang
dimaksud Pak Sardi bukanlah pakaian baru.
Tomi akhirnya kembali menjadi pemaian
biola jalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar