KEJUTAN KEDUA
MENJELANG
tengah malam, barulah David menelepon.
"Hai, Sazi.
Apa kabar? Aku kangen kamu..." Belum apa-apa, si kunyuk bule itu sudah
melontarkan kalimat romantisnya.
"Aku
juga...," Sazi langsung menjawab. Kekecewaannya karena ulah Dipa terlupakan.
sudah. Benar kata Mama, lebih baik menerima cowok yang mau berkorban demi
kite.
Mereka
ngobrol banyak. Ternyata David suka banger baca novel dan. komik. Dan ternyata
dia maniak Harry Potter. Bahkan David sampai tahu hal yang mendetail!
Cowok
itu berjanji akan memberikan kaus Harry Potter asli yang kebetulan ia beli saat
liburan ke Inggris. Nah, ditawari kaus asli Harry Potter, siapa sih yang nggak
ngiler? Katanya sih kaus itu bakalan David kirim ke Indonesia, atau dititipkan
kalau pas mama Sazi ke Australia atau sebaliknya saat Pak Fred ke Indonesia.
Cihui dong!
Obrolan
berlanjut terus, nggak terasa sudah sejam mereka ngobrol. Sazi tabu diri, biaya
sambungan inter-national mahal banget. David meminta hubungan mereka nggak
putus sampai di situ.
"Sazi,
aku mau, kita keep in touch terus ya. Bisa lewat SMS, e-mail, atau YM"
"Oke,
David. Kalo aku kangen sama kamu, sekali-sekali aku juga nggak keberatan
nelepon kamu:'
"Hahaha...!
Nanti uang jajan kamu habis dong`buat bayar bill telepon..."
"Ah, nggak masalah.
Kan ada Mama..."
"Hahaha...
Malam
itu terasa jadi milik mereka berdua.
Memang benar kata
pepatah. Kalau kita sedang patah hati, obatnya cuma satu: jatuh cinta lagi. Dan
itulah obat yang paling mujarab buat Sazi.
Hari ini hari
Minggu. Sazi malas-malasan bangun pagi. Tapi dirasakannya hangatnya sinar
mentari pagi menerpa kelopak matanya. Sewaktu Sazi membuka mata, ternyata
benar, gorden jendelanya sudah tersibak. Sazi segera terduduk di tempat tidur,
dan kaget sewaktu dilihatnya mamanya sedang duduk di pinggir tempat tidurnya.
"Saz, Mama
perlu ngomong sama kamu. Penting banget.
Sazi jadi kaget.
Dia mengucek-ucek mata. Nggak salah denger nih? Tumben pagi-pagi Mama ngajak
ngomong serius.
Sazi
bertanya-tanya dalam hati, apakah Mama akan pergi ke luar negeri? Atau ikut
mini dagang lagi? Atau... hei, jangan-jangan Mama akan ngasih tahu bahwa gosip
yang selama ini diembuskan oleh wartawan benar, lalu Mama akan minta pendapat
Sazi kapan sebaiknya menikah dengan Oom Sam. Tapi kemarin Mama sudah jelasin
kenapa Mama nggak pernah mau nikah dengan Oom Sam. Jadi ... ?
'A-ada
apa, Ma? Kok tumben, pagi-pagi banger udah ngajak ngomong serius:'
"Begini,
Saz, ini ada hubungannya dengan masa depan kita kelak ' "
"Hmm...
berarti, ini juga ada hubungannya dengan Oom Sam ya, Ma?"
"Sazi! Mama
kan udah bilang, Oom Sam cuma masa lalu buat Mama'
"Jadi, kalo
bukan tentang Oom Sam, tentang siapa dong, Ma?" Sazi penasaran.
"Begini,
Saz. Kemarin Mama dihubungi oleh orang penting di Departemen Luar Negeri. Nah,
Mama, diminta untuk jadi atase perdagangan di Australia"
"wah...,
Mama—!" Mata Sazi terbelalak, lalu dipeluknya mamanya tercinta. "Mama
langsung bilang mau, kan?"
Mama melepas
pelukan Sazi dan menggeleng. "Mama perlu tanya kamu dulu, karena besok
pagi Mama harus kasih jawaban apakah Mama terima tawaran itu atau tidak"
'Aduh, Ma... aku
sih setuju banget. Aku nggak keberatan, Ma," ujar Sazi berapi-api.
"Kamu tabu,
apa konsekuensinya?"
Sazi menggeleng.
"Konsekuensinya,
Mama harus tinggal di Australia dalam jangka waktu lama. Itu berarti kamu pisah
dengan Mama, atau ikut dengan Mama"
"Oh, kalo
itu sih beres, Ma. Aku pasti pilih ikut Mama:'
"Mau?"
"Mau
banget. Kalo perlu, besok aku langsung pindah ke Australia juga nggak
apa-apa," kata Sazi mantap. Mama langsung memeluk Sazi. "Dari dulu
kamu tuh
selalu
pengertian banget sama Mama. Terima kasih-ya, Nak..."
Lalu
berceritalah mama Sazi bahwa posisi atase perdagangan di Australia sudah dua
bulan ini kosong. Diam-diam mama Sazi dicalonkan dan turut dinilai untuk
mengisi posisi itu. Sampai akhirnya, Mama ditelepon dan ditawari posisi itu.
"Kalo kamu
setuju, berarti dalam minggu ini Mama harus segera ke Australia untuk mengurus
beberapa hal;'terang Mama.
"Aku boleh
ikut?" tanya Sazi antusias.
"Kan
sekolah?"
"Tapi kan
kita bisa sekalian melihat-lihat calon sekolah aku di sana, Ma."
"Lho, kamu
serius nih, mau ikut Mama menetap di Australia?" mama Sazi heran.
"Kalo
boleh, sekalian aja, Ma..."
Sekali lagi Mama
memeluk Sazi eras.
'Aku cuma
berpikir, siapa tahu aku bisa menjaga Mama di sana. Paling tidak, kalo Mama
kangen aku, aku selalu ada di samping Mama:'
Ih... siapa yang
kangen sama kamu?" Mama mencowel pipi Sazi.
"Asyik! Aku
pindah sekolah ke Australi ... !" Sazi girang sambil jingkrak-jingkrak.
"Kalo gitu,
Mama terima tawaran itu. Besok kita urus kepindahan sekolahmu"
"Tapi,
Ma..." Wajah Sazi tiba-tiba muram. Ia membayangkan akan berpisah dengan
ketiga oomnya, juga dengan Gita.
'lo, katanya
senang, bisa ikut ke Australi? Kok sekarang sedih? Kalo kamu keberatan, Mama
bisa nolak tawaran itu kok"
Ah, nggak kok,
Ma. Aku siap kok!"
Mama
mengusap-usap kepala Sazi, lalu berlalu dari kamar.
Setelah Mama
pergi, Sazi kembali berbaring di tempat tidur. Tatapannya menerawang.
Pagi-pagi Mama
kasih kejutan. Sazi sama sekali nggak pernah mimpi bakal hidup di luar negeri.
Dan kenapa mesti Australia, negara tempat David tinggal? Benarkah tawaran ke
Mama adalah bagian dari rencana Tuhan agar Sazi bisa dekat dengan David?
Dada Sazi
langsung dipenuhi kupu-kupu terbang saat membayangkan David. Apalagi saat is
ingat SMS terakhir dari David. jelas-jelas kan cowok itu bilang I Love You ke
Sazi.
Teringat David
lagi, Sazi jadi semakin malas bangun. Ia tertidur lagi.
Seminggu serasa
begitu lambat bagi Sazi, menunggu keberangkatannya ke Australia. Dan ketika waktunya
telah tiba, pagi-pagi ia sudah menghubungi Gita.
"Lagi
ngapain, Git?"
"Di mobil,
baru mau jalan ke sekolah'
"Doain gue
ya, Git. Siang ini gue berangkat'
"Atas nama
masa depan, gue doain lo, Saz. Tapi atas nama teman, gue berdoa, moga-moga nggak
ada sekolah di sana yang mau nerima elo. Hehehe..."
"Jahat lo!"
"Bercanda,
Neng! Yang pasti, bakalan ada cowok yang patah hati, Saz. Dipa!"
"Bodo amat
ah! Eh, elo udah cerita ke dia soal kepindahan gue ini, ya?" tanya Sazi
antusias.
"Tenang,
Saz. Belum! Begitu gue sampai di sekolah nanti, pasti gue akan cerita tentang
elo. Gue mau bikin dia penasaran!"
"Balas
dendam nih?"
"Habis, dia
sombong banget sih. Ingat nggak, sebelum bazar kan dia Bering banget ke kelas
kita. Habis itu, boro-boro deh "
Dari nada suaranya di ujung tele- Pon, ketahuan Gita sedang bete.
"Hehehe...
biar rasa tuh cowok!"
"Betul,
Saz. Tapi... gue perlu tanya sekali lagi nih. Dipa nggak pernah ke kelas kita
lagi, bukan karna cintanya lo tolak, kan?"
Pa? Ya ampun,
Git, gue mesti nerangin hal ini berapa kali sih?"
"Ya udah,
gitu aja sewot. Gue kan cuma negesin lagi , "
Ya udah'
"Take care
ya, Saz. Sering-sering kirim kabar ke gue. Pokoknya begitu nyampai di sang, lo
kabarin gue.
Sazi menghela
napas. Seandainya Baja Dipa memberi kabar. Tidak menghindar tanpa kabar seperti
ini.
Senin pagi, di
kantin SMA Sentosa, sepeninggal Gita yang bercerita tentang keberangkatan Sazi
ke Australia, Dipa termenung. Tangannya masih memegang sehelai Surat yang siap
dikirimkannya untuk Sazi. Surat berisi ungkapan hatinya, namun tak pernah
sampai ke tangan Sazi.
Dipa tertunduk,
membaca tulisannya sendiri.
Dear Sazi,
Sejak pertama
gue ngeliat elo, sebenarnya gue udah suka sama elo. Terutama pribadi Io. Lo
anak orang kaya, tajir banget malah, tape gue nggak pernah ngehhat lo
nyombongin kekayaan
lo. Beda banget
sama cewek-cewek tapir di sekolah kita.
Saz gue, juga
suka sama sifat lo yang lain. Lo nggak banyak omong. Tapi begitu lo dibutuhin,
lo akan nunjukin siapa lo sebenarnya. Gue, nggak nyangka, lo bisa bikin Wieke
mati kutu saat berantem di kantin siang itu.
Tentang perasaan
gue, gue lega udah bisa jujur sama elo, meskipun cara gue nembak elo hanya
berani lewat lagu.
Terima kasih, Saz,
karena elo ternyata punya perasaan yang sama. Thank's a lot! Itu artinya kita
sama-sama sayang, kan?
Jujur aja, lo cinta
pertama gue, Saz...
Tapi...
Keberanian gue
cuma Sampai nyatain perasaan gue ke elo. Buat nerusin hubungan kita, kayaknya
gue belum berani.
Oh ya, terima
kasih kaset jawaban dari elo. Indah banget kata-kata cintanya. Tapi sekah lagi...
sori, gue, nggak bisa!!
Love,
Dipa Arsanoli
Dipa melipat
kembali surat berwarna merah jambu itu. Surat itu sudah lecek karena ia
membuatnya sudah lama tapi nggak pernah berani mengirimkan-nya ke Sazi. Kini ia
kembali membuka surat itu karena Gita memberitahukan kepindahan Sazi ke
Australia.
Saat mendengar
berita itu, Dipa kaget sekaligus merasa bersalah, tapi nggak sanggup
berkata-kata. la hanya bisa ngomong, "Salam buat Sazi ya, Git!"
Dipa memandangi
foto Sazi. Foto acara bazar beberapa waktu yang lalu. Dielusnya foto itu dengan
telunjuk kanannya. Dipa tidak berbohong, ia memang mencintai Sazi. Tapi cinta
saja tak cukup. Menurut Dipa, butuh keberanian lebih untuk menjadi kekasih
Sazi. Dipa cuma anak biasa, sedangkan Sazi anak orang kaya.
Menghindari
Sazi, menurut Dipa, adalah pilihan terbaik buat mereka berdua. Dipa nggak ingin
Sazi berharap lebih padanya. Banyak bertemu dan mengobrol dengan cewek itu
pasti akan menimbulkan harapan di hati mereka.
Terserah, Sazi
akan berpikiran jelek tentang dirinya. Dipa akan terima dengan lapang dada
karena jalan yang sudah dipilihnya.
Dipa meraih
handphonenya. Ngecek kembali apakah setting
untuk menyembunyikan nomor HP-nya sudah
ia atur dengan
baik. Sebentar kemudian ia sudah tersambung dengan HP Sazi.
"Halo...
ini Sazi. Tolong tinggalin pesan,
sebentar lagi gue hubungi elo," rekaman suara Sazi terdengar.
Dipa
menutup handphone-nya. la melirik jam tangannya. jam dua. Pasti Sazi sudah
berada di dalam pesawat.
Dipa memang
ingin menghindari Sazi, tapi ia nggak munafik. Di kala rasa kangennya muncul,
ia menelepon Sazi dengan nomer HP yang nggak mungkin bisa terlacak oleh Sazi.
Mendengar Sazi mengucapkan "Halo" atau dengerin suara Sazi, rasa
kangen Dipa sepertinya sudah terobati. Setelah itu ia cepat-cepat menutup
HP-nya lagi.
Dipa kembali
menatap foto Sazi.
Sori, Saz, gue
nggak pantes buat elo....
Di kamar Hotel
Meridien Canberra, Australia
jam menunjukkan
pukul empat sore. Sazi semakin gelisah. Begitu sampai di Australia kemarin, Pak
Fred langsung menelepon mama Sazi. Keluarga Pak Fred
mengundang Mama
den Sazi makan malam di rumah mereka di Sidney.
David juga
menelepon Sazi. Katanya, dia akan secepatnya menemui Sazi. Kangen beret
katanya! Sazi tertawa mendengar ucapan David itu.
'Ah, baru beberapa
minggu nggak ketemu, udah kangen segala. Ngibul banget!"
"What!
Ngibul? Apa tuh?" tanya David. la tersing-gung Sazi menyangsikan
kata-katanya. Katanya ia akan benar-benar membuktikan bahwa rasa rindunya. pada
Sazi sudah nggak terbendung lagi.
Dan sore ini,
David janji akan datang menemui Sazi di hotel.
Ting tong!
Terdengar bel pintu berbunyi. Sazi buru-buru menuju pintu. Lewat lubang kaca
kecil ia mengintip. Ada sosok yang sedang berdiri di luar, yang sebenarnya
diam-diam Sazi rindukan. Begitu pintu ter-buka, David langsung memeluknya eras.
"I miss
you...,
OU... "
gumam cowok itu tepat di telinga Sazi.
"Hes...
tenang dikit dong", ujar Sazi dengan napas terengah-engah karena pelukan
David.
My I
"Aku... aku
nggak bisa napas. Meluknya jangan kenceng-kenceng dong..."
"Habis, aku
kangen sama kamu..."
"Iya, aku
juga kangen sama kamu
"I love
you, Sazi..."
"I love you
too, David..."
Dan Sazi pasrah
waktu David mencium bibirnya. Ciuman yang hangat, seakan tak ingin lepas kali
saja mama Sazi tidak muncul dan berdeham kuat-kuat.
David dan Sazi
tersenyum. Wajah mereka merona karena kepergok. Tapi mama Sazi maklum. Putrinya
sedang jatuh cinta.
Ya, banyak cara
yang kita lalui untuk menemukan cinta. Seperti Sazi, yang tak menyangka cinta pertamanya
akan berlabuh di hati David.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar