Kamis, 24 Mei 2012

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH PADA SISWA KELAS IXA SMP …………. TAHUN PELAJARAN 2009/2010

JUDUL PENELITIAN
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH PADA SISWA KELAS IXA SMP …………. TAHUN PELAJARAN 2009/2010

IDENTITAS PENELITI
Nama              : I Komang Cenik Antara
Nim                 : 0516011022
Jurusan            : Penjaskesrek
Fakultas          : Olahraga dan Kesehatan

  1. I.          PENDAHULUAN
  2. 1.        Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia seperti masalah kuantitas, masalah efektivitas, masalah efesiensi, dan masalah relevansi. Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah pengaruh, bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri, dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang (Depdiknas, 2003). Pendidikan bukanlah sekadar pengajaran. Makin dasar jenjang sekolah, maka makin besar peran pendidikan. Pendidikan menanamkan hasrat ingin tahu, eksploratif, berpikir kreatif, bukan sekedar memori salah dan benar (Idris, 2007).
Pendidikan dasar menentukan mutu SDM bangsa secara keseluruhan. Penanaman nilai-nilai harus dimulai sejak pendidikan dasar, bukan sebagai materi pengajaran yang kaku, tapi sebagai falsafah pendidikan nasional itu sendiri. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi dunia pendidikan, seperti peningkatan kualifikasi guru, perubahan dan perbaikan kurikulum, serta pengadaan sarana dan prasarana.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan secara formal. Pendidikan jasmani merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan yang diselenggarakan di setiap lembaga pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang dalam pelaksanaannya memakai aktivitas jasmani sebagai wahana atau pengalaman belajar dan melalui pengalaman tersebut anak tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan observasi awal khususnya dalam mengamati materi lompat jauh, dan wawancara dengan guru pendidikan jasmani di SMP …………. ditemukan bahwa masih terdapat permasalahan baik dalam aktivitas belajar siswa, maupun hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada materi lompat jauh masih rendah yang mengakibatkan kreativitas siswa tidak berkembang dan berpengaruh pada hasil belajar lompat jauh siswa rendah pula. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang cenderung pasif dan tidak ada motivasi untuk belajar di mana siswa lebih banyak terlihat diam memperhatikan gurunya dan tidak punya inisiatif sendiri untuk mencoba gerakan-gerakan yang diajarkan oleh gurunya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini diakibatkan oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaiti guru hanya menggunakan metode ceramah di mana guru lebih banyak berperan dalam pembelajaran atau pembelajaran bersifat teacher center.
Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif dari siswa tidaklah mudah, dalam hal tersebut diperlukan seorang guru yang professional. Menurut Bafadal (2004) guru yang professional adalah guru yang memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Guru dengan visi yang tepat berarti guru memiliki pandangan yang tepat tentang pembelajaran, yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya, dan sama sekali bukan pada aksesoris sekolah; (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu, sehingga guru dituntut melakukan berbagai pembaruan dalam hal pendekatan, metode, teknik, strategi, langkah-langkah, media pembelajaran, mengubah “status quo” agar bembelajaran menjadi lebih berkualitas; dan (3) harus dilaksanakan atas dasar pengabdian, sebagaimana pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah pengabdian. bukan sebagai sebuah proyek. Inovasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan sesuatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, dan preses pembelajaran. Dengan demikian dalam preses pembelajaran Guru seharusnya lebih memposisikan diri sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya. Hal tersebut hendaknya dapat diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran, termasuk dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas, peneliti akan mencoba memberikan salah satu solusi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) yang bertujuan untuk mengimplementasikan apa yang dilihat dan didengar dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani khususnya dalam pembelajaran lompat jauh.
Pada kelompok kooperatif tipe STAD dipandang sebagai salah satu model yang paling sederhana dan paling langsung, dimana siswa dibagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Anggota dari masing-masing kelompok sifatnya heterogen baik sifatnya, kemampuan akademik, jenis kelamin maupun dari suku/ras (Lie, 2004). Belajar kooperatif memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan atau ide, bertanya, melakukan diskusi/sharing pendapat dengan anggota kelompoknya sehingga diharapkan mampu membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di bawah bimbingan guru. Tugas dari masing-masing kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan membantu anggotanya untuk mencapai ketuntasan materi. Proses belajar belum selesai jika salah seorang dari anggota kelompoknya belum mencapai ketuntasan materi. Ketuntasan materi dalam seting belajar kooperatif terjadi jika dan hanya jika semua anggota kelompok berhasil dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa belajar dengan kelompok kooperatif merupakan suatu sistem gotong-royong untuk mencapai ketuntasan materi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Slavin (1995) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif berpengaruh positif terhadap perbaikan hubungan antar kelompok dan kepercayaan diri siswa, sehingga tumbuh motivasi dalam diri siswa untuk mengulangi kegiatan tersebut.
Lie (2004) berpendapat bahwa asumsi yang mendasari pendekatan pembelajaran secara individu adalah bahwa setiap siswa bisa belajar sendiri tanpa atau dengan sedikit bantuan dari pengajar. Asumsi lainnya menyatakan bahwa setiap siswa adalah unik dengan segala kebiasaan, kemampuan, minat, dan bakatnya yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, setiap siswa perlu mendapat perhatian dan kesempatan khusus untuk mengambangkan potensinya semaksimal mungkin. Setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri dan harus memperjuangkan nasibnya sendiri. Tidak ada orang yang bisa membantu, dan sebaliknya tidak perlu merepotkan diri untuk membantu orang lain. Model seperti ini akan membuat siswa percaya sepenuhnya dengan kemampuannya sendiri, sehingga terkadang mereka akan sulit menerima pendapat orang lain dan sulit untuk melihat/mengoreksi kesalahan dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam sebuah penelitian khususnya dalam materi pembelajaran lompat jauh.

  1. 2.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
  1. Bagaimanakah aktivitas belajar lompat jauh siswa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD  pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010?
  2. Bagaimanakah hasil belajar lompat jauh melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010?

  1. 3.        Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
  1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar lompat jauh siswa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010.
  2. Untuk mengetahui hasil belajar lompat jauh melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010.

  1. 4.        Manfaat
Adapun manfaat yang diproleh dari penelitian ini adalah
  1. Bagi guru
  1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru pendidikan jasmani tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran atletik khususnya dalam materi lompat jauh.
  2. Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran pendidikan jasmani dalam menyusun strategi pembelajaran yang bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya dalam materi lompat jauh.
  3. Membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung dengan model pembelajaran kooperatip tipe STAD, sehingga siswa dapat belajar secara lebih aktif lagi..
  4. Dapat menumbuhkan motivasi serta pengalaman belajar yang lebih bermakna, sehingga nantinya penggunaan suatu teknik atau gerakan akan meningkat.
  5. Penelitian ini melatih siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran lompat jauh
  6.  Siswa dapat bertukar informasi tentang materi pelajaran secara lebih efektif.
  7. Dapat dijadikan model pembelajaran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan jasmani.
  8. Sebagai model pembelajaran yang dapat berguna dalam mengembangkan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran lompat jauh.
  9. Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan khususnya pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi serta dapat memberikan wawasan tentang penbelajaran dalam rangka pelaksanaan KTSP yang sedang berlaku di SMP …………..
  10. Dapat memberikan pengalaman langsung sebagai calon guru olahraga dalam merancang model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif.
  11. Peneliti dapat mengembangkan sikap ilmiah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
  12. Peneliti memiliki gambaran awal tentang bagaimana mengelola kelas agar siswa itu termotivasi dalam belajar.
  1. Bagi siswa
  1. Bagi sekolah
  1. Bagi peneliti

  1.   II.     KAJIAN PUSTAKA
  2. 1.        Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar. Salah satunya menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi pengetahuan. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno,1997). Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut.
a         Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
b        Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.
c         Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
d        Proses belajar sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disquilibrium) merupakan situasi yang baik untuk memacu belajar.
e         Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
f         Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Dari paparan di atas, jelas bahwa bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif di mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya, dan bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Belajar merupakan suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Setiap pelajar mempunyai cara tersendiri untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang kadang sangat berbeda dengan teman-teman yang lain. Dalam kerangka ini, sangat penting bahwa pelajar dimungkinkan untuk mencoba bermacam-macam cara belajar yang cocok dan juga penting bahwa pengajar menciptakan bermacam-macam situasi yang membantu pelajar. Satu model belajar mengajar saja tidak akan membantu siswa.
Ketika pertama kali datang ke kelas, siswa sudah membawa makna tertentu tentang dunianya. Inilah pengetahuan dasar mereka untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang baru. Mereka juga membawa perbedaan tingkat intelektual, personal, sosial, emosional, dan kultural. Latar belakang dan pengertian awal yang dibawa siswa tersebut sangat penting dimengerti oleh pengajar agar dapat membantu memajukan dan memperkembangkannya sesuai dengan pengetahuan yang lebih ilmiah.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Menurut prinsip konstruktivis, seorang pengajar berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator (Suparno, 1997) dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut.
a         Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu, jelas memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b        Menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa, seperti dengan menyediakan pengalaman konflik yang menarik dan membuat siswa merasa tertantang.
c         Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.
Agar kegiatan di atas dapat berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar, yakni sebagai berikut.
a         Guru perlu lebih banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.
b        Tujuan dan apa yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa benar-benar ikut terlibat.
c         Guru perlu lebih mengerti pengalaman mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
d        Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.
e         Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berfikir pengandaian yang tidak diterima oleh guru.
Dalam pembelajaran, pengajar perlu membiarkan murid menemukan cara yang paling menyenangkan dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah. Sangat penting bahwa guru tidak mengajukan jawaban satu-satunya sebagai yang benar, terlebih dalam masalah atau persoalan yang berdasarkan suatu pengalaman. Guru perlu mengerti sifat kesalahan murid. Perkembangan intelektual dan matematis penuh dengan kesalahan dan kekeliruan. Ini adalah bagian dari konstruksi semua bidang yang tidak bisa dihindarkan. Guru perlu melihat kesalahan sebagai suatu sumber informasi tentang penalaran dan sifat skemata siswa.

  1. 2.    Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani
Menurut Aip Syarifuddin (1997) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intlektual, dan emosional melalui aktivitas jasmani. Menurut Abdoelah (1996) pendidikan jasmani adalah sebuah matapelajaran akademik sama seperti matapelajaran matematika dan ilmu-ilmu sosial. Nixon dan Jewett (dalam  Abdoelah, 1996) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai suatu aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respon mental, emosional dan sosial. Agnes (dalam Abdoelah, 1996) yang dikutip oleh Bucher adalah bahwa tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan dalam lima golongan, yaitu: a) perkembangan kesehatan, jasmani dan organ-organ tubuh, b) perkembangan mental-emosional, c) perkembangan otot syaraf (neuro-muscular) atau keterampilan jasmani, d) perkembangan sosial, dan e) perkembangan kecerdasan atau intelektual.
Jadi, guru pendidikan jasmani yang merencanakan dan melaksanakan program pendidikan jasmani dalam bentuk berbagai macam gerak atau aktivitas jasmani harus ingat bahwa ada beberapa tujuan perkembangan yang ingin dicapai bila peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam program pendidikan.
Menurut Aip Syarifuddin (1997) pada prinsipnya pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani mengikuti tiga pola pelajaran sebagai berikut.
  1. 1.    Pembelajaran Pendahuluan (I)
Pembelajaran pendahuluan yang disebut latihan pemanasan  (warming up) bertujuan:
  1. memberikan kesempatan pada siswa untuk melepas ketegangan  seelah tubuh  tidak aktif,
  2. mempersiapkan keadan tubuh siswa dengan meningkatkan fungsi pernapasan dan peredaran darah untuk menghadapi latihan yang sesungguhnya,
  3. meningkatkan suhu tubuh secara optimal sehingga otot berfungsi lebih baik.
  4. 2.    Pembelajaran Inti/Pokok (II)
Pembelajaran inti dilaksanakan setelah latihan pendahuluan. Latihan inti dapat dijadikan dua bagian, yaitu bagian A dan B.
  1. Pembelajaran bagian A bertujuan menpelajari bentuk-bentuk gerakan baru, mengulang dan memperbaiki gerakan yang diajarkan. jadi,pada latihan bagian A siswa mengerjakan bentuk latihan dengan memperhatikan pola gerak dan berusaha menguasai bentuk gerakan.
  2. b.    Pembelajaran bagian B bertujuan mengerjakan bentuk gerakan yang dikenal dan dikuasai. jadi, pada bagian latihan B penekannannya  diletakkan pada: peningkatan kinerja prestasi (lebih cepat, lebih tepat), perbaikan teknik gerakan lebih efektif, rangkaian berbagai bentuk urutan gerak hingga menjadi ketrampilan gerak yang terpadu.Pelaksanaan latihan bagian B dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan merupakan puncak aktivitas pelajaran.
  3. 3.    Pembelajaran Penutup
Pembelajaran penutup disebut latihan penenang (cooling down) bertujuan menyiapkan jasmani dan rohani para siswa.

  1. 3.    Hakikat Belajar Pendidikan Jasmani
Belajar pendidikan jasmani berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk menggerakkan anggota badan. Namun, siswa bukan hanya menggerakkan anggota badan melainkan juga memerlukan keterampilan intelektual dan sikap. Bagi seseorang yang ingin mempelajari keterampilan gerak, terlebih dahulu harus memahami dan menguasai prosedur gerakan yang dilakukan serta konsep cara-cara untuk melakukannya.
Di dalam program pengajaran pendidikan jasmani, setiap bentuk bahan pelajaran, keterampilan gerak, biasanya memiliki rangkaian gerak yang harus dilakukan dengan cepat, tepat, luwes, dan lancar. Oleh karena itu, di dalam belajar keterampilan gerak/pendidikan jasmani, ada tiga fase yang harus dilalui yaitu: fase awal atau fase kognitif, fase antara atau fase asosiatif, dan fase akhir atau fase autonum (Aip Syarifuddin, 1997).
a      Fase awal atau fase kognitf
Fase ini merupakan fase awal dalam melakukan keterampilan gerak. Dalm fase ini, terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami prosedur gerakan yang harus dilakukan serta konsep cara-cara untuk melakukannya. Jadi, fase ini lebih menekankan kegiatan intelektual terhadap pemahaman untuk keterampilan gerak.
b      Fase antara atau fase asosiatif
Fase ini disebut fase fiksasi, yaitu masa untuk mengadakan latihan, memperhatikan bentuk-bentuk keterampilan gerak yang dipelajari hingga dipahami. Untuk menggiatkan kerja otot yang berkaitan dengan bentuk urutan gerak. Pada masa latihan ini setiap bentuk urutan gerak harus dilakukan secara berulang-ulang.
c      Fase akhir atau fase autonum
Fase ini merupakan latihan untuk menjadikan bentuk gerakan otomatis. Pada fase akhir ini, semua bentuk gerakan dapat dirangkaikan dan dilakukan dengan baik, benar, tepat, luwes, dan lancar.

  1. 4.    Model-Model Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain, Joyce (dalam Trianto, 2007). Sementara Soekamto (dalam Trianto, 2007) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
    1. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
    2. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
    3. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajarn itu dapat tercapai. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007).
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen (dalam Trianto, 2007) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kreteria (1) sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu : apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal, (2) praktis, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang di kembangkan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan  tersebut dapat diterapakan. (3) efektif, berkaitan dengan efektivitas ini ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Nurhadi et al. (2004) dan Sardiman (2006), model pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran sebagai berikut.
1)   Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural, yaitu bagaimana memperoleh sesuatu dan pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. Selangkah demi selangkah, model pembelajaran langsung lebih bersifat teacher center dari pada student center, sehingga peran guru sangat dominan.


2)   Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling berkerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, lingkungan belajar ditandai oleh tugas bersama/kooperatif dan inisiatif yang terstruktur, serta kegiatan kelompok.
3)   Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berfikir tingkat tinggi, membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya dan informasi yang dimilikinya dan membantu siswa mengembangkan pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya.
4)   Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran konstektual ini merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan.
Arends (dalam Trianto, 2007) berpendapat bahwa tidak ada satu model yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif karena model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan untuk membangkitkan sikap aktif dan kreatif siswa dan memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun alasan mengambil model pembelajaran kooperatif  karena dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan aktif.

  1. 5.    Pembelajaran Kooperatif
            Menurut Abdurrahman dan Bintoro (Nurhadi et al., 2004) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh, antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat unsusr -unsur atau elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas  ndividual, (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman & Bintoro, 2000).
  1. Saling ketergantungan positif
dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksudkan dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
  1. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan para siswa. Hal ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
  1. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian diwujudkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan yang dapat memberikan bantuan.
  1. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan, mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship).
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase
Tabel 01 Sintak pembelajaran kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyiapkan tujuan dan motivasi siswa


Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi

Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar


Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5
Evaluasi



Fase 6
Memberikan penghargaan
  Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan motivasi siswa belajar.

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok  belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.





  1. 6.    Model-Model Pembelajaran Kooperatif
            Adapun model pembelajaran kooperatif  sebagai berikut.
6.1         Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen yang di awali dengan penyiapan tujuan pembelajaran, penyiapan materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
6.2         Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan diadaptasi oleh Slavin. Dalam metode Jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dsalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang dipelajari.
6.3         Pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif, karena metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan  yang baik dalm berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group procces skills)
6.4         Pembelajaran kooperatif tipe stuktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud agar menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban terlebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Ada struktur yang memiliki tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan akademik dan adapula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan ketrampilan sosial. Think-Pair-Share dan Numbered Head adalah struktur yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik, dengan struktur active listening dan tim tokens adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan sosial.
Dalam penelitian dipilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena tipe STAD memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menguasai bahan ajar yang diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

  1. 7.    Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) 
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin. Dalam model STAD kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen (Slavin, 1995). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa tiap individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh sekor sempurna diberi penghargaan. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pemblajaran kooperatif. Para guru menggunakan model STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Menurut Slavin 1995 langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut
  1. Presentasi kelas
Materi pembelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggiunakan metode ceramah dan diskusi siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama guna persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
  1. Kerja kelompok
kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi-materi pelajaran.
  1. Tes (kuis).
Setelah kegiatan presentasi guru dan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenalkan saling membantu.
  1. Peningkatan skor individu.
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor hasil tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan konstribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
  1. Penghargaan kelompok.
Kelompok yang mencapai rata-rata tinggi (sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya) diberikan sertifikat atau penghargaan.

7.1    Keunggulan Model Pembelajaran Koopertif Tipe STAD
Menurut Slavin (1995) keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut
1)   Siswa tidak bisa bekerja sama dalam mengerjakan soal yang diberikan guru
2)   Siswa termotivasi intuk meningkatkan prestasi belajar
3)   Suasana belajar selama proses pembelajaran nampak bebas, ceria, gairah, dan kondusif.
4)   Siswa mudah memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
5)   Siswa lebih terangsang dan terbiasa mengerjakan tugas secara mandiri maupun kelompok.
6)   Dapat menumbuhkan motivasi instrisik
7)   Dapat menumbuhkan sikap siswa untuk lebih tertarik tidak mudah menyerah dan aktif menyelesaikan tugas.
8)   Dapat berkolaborasi dengan teman.
9)   Guru dapat menggunakan cara sendiri untuk menglola kelas.

7.2    Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut
1)   Tidak bisa digunakan untuk pembelajaran yang membutuhkan penjelasan objektif.
2)   Ada siswa yang paling menonjol.
3)   Guru dituntut membantu persiapan mengajar yang mantap dan ditunjang penguasaan materi bahan ajar yang luas.
4)   Siswa terbiasa mengerjakan soal secara kelompok.
5)   Adanya perbedaan-perbedaan metode dalam memberikan pelajaran.

  1. 8.    Aktivitas Belajar
Menurut Sardiman (2005) aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa.
Menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2005) aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain: 1).visual activities seperti membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. 2).oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, iterupsi. 3).listening activities seperti aktivitas mendengarkan uraian atau percakapan, diskusi, music, dan pidato. 4).writing activities seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5).drawing activities seperti misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6).motor activities seperti misalnya  melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.7).mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. dan 8).emotional activities seperti misalnya menaruh minat, merasa bosen, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan diatas, menunjukkan bahwa aktivitas disekolah sangat komplekdan bervariasi.
Dari uraian itu yang digolongkan sebagai aktivitas belajar adalah keduanya baik aktivitas yang kasat mata maupun aktivitas yang tidak kasat mata. Artinya bahwa aktivitas belajar yang sesungguhnya adalah termasuk juga kegiatan yang tidak dapat terukur dengan hanya dengan menggunakan pengamatan yang bertumpu pada kemampuan mata belaka. Akan tetapi, karena keterbatasan sarana peneliti, dalam penelitian ini nantinya akan dibatasi pada aktivitas yang terukur berdasarkan apa yang diekspresikan siswa yang dapat diamati dengan mata.
Berikut adalah empat ciri aktivitas belajar siswa berdasarkan rumusan Ahmadi dan Supriono, 1991 (dalam Parwati at al, 2008) (1) Kegiatan dan keberanian menampilkan permasalahan; (2) kegiatan dan keberanian untuk berpartisipasi dalam kegiatan baik dengan persiapan, proses ataupun kelanjutan belajar; (3) menampilkan dalam berbagai usaha serta kreatifitas belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai keberhasilannya; (4) kebebasan dan keleluasaan melakukan tersebut diatas tanpa tekanan guru atau pihak lain.
Ditinjau dari keterlibatan siswa dan guru selama mengikuti proses pembelajaran, aktivitas siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu, aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas siswa dikatakan aktif apabila prilaku siswa dalam belajar lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar seperti menjawab pertanyaan, merespon pertanyaan guru atau siswa, mengerjakan tugas, berdiskusi antar siswa atau kelompok, dan merangkum materi. Sedangkan aktivitas siswa dikatakan pasif jika prilaku guru lebih dominan dalam mengajar daripada kegiatan siswa dalam belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain.
Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupuan rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu aspek adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik, 2004) Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku tersebut.
1)      Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2)      Kegiatan-kegiatan lisan
Mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengajukan pendapat, dan diskusi.
3)      Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, dan  mendengarkan suatu permainan.
4)      Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5)      Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, pola.
6)      Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, dan menyelenggarakan permainan.
7)      Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, dan  membuat keputusan.
8)      Kegiatan-kegiatan emosional
Menaruh minat, merasa bosan , gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan  gugup.
Dari uraian tersebut, adapun aspek dan indikator-indikator aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.   Kegiatan-kegiatan Visual, yaitu
  1. Mengamati demonstrasi yang diperagakan oleh peneliti.
  2. Mengamati demonstrasi yang diperagakan oleh kelompok.
2.   Kegiatan-kegiatan Lisan, yaitu
  1. Mengajukan pertanyaan yang jelas, sesuai dengan materi yang dipelajari, dalam hal ini tentang lompat jauh gaya jongkik dan gaya menggntung.
  2. Mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok.
3.   Kegiatan-kegiatan Mendengarkan, yaitu
  1. Mendengarkan penjelasan peneliti, baik tentang metode pembelajaran yang digunakan maupun materi tentang lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggntung
  2. Mendengarkan penjelasan kelompok tentang materi lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggntung
4.   Kegiatan-kegiatan Metrik
  1. Melakukan gerakan-gerakan tentang lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggntung
  2. Melakukan percobaan gerakan-gerakan baru yang mendukung penyempurnaan gerakan lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggntung
5.   Kegiatan-kegiatan Mental
  1. Mengingat kembali tentang gerakan lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggntung yang telah dipelajari/dilatih.
  2. Memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung yang meliputi sikap awalan,tumpuan/tolakan,saat melayang diudara,dan pendaratan.
6.   Kegiatan-kegiatan Emosional
  1. Menaruh minat dan bersemangat dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung yang meliputi sikap awalan,tumpuan/tolakan,saat melayang diudara,dan pendaratan.
  2. Berani dalam menghadapi dan memecahkan masalah lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung yang meliputi sikap awalan,tumpuan/tolakan,saat melayang diudara,dan pendaratan.
Menurut Oemar Hamalik (2004) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri kepada siswa. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh pengalaman, tingkah laku, dan pengetahuan lainnya serta mengembangkan keterampilannya yang bermakna. Sehingga kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan dasar untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
            Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan diatas, menunjukkan, aktivitas disekolah cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas belajar pada pendidikan jasmani terkait dengan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa yang meliputi aspek fisik, mental, dan emosional dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran.

  1. 9.    Lompat Jauh
Lompat jauh adalah suatu aktivitas gerakan yang diawali dengan berlari untuk mengambil awalan, dilanjutkan dengan gerakan menolak dengan satu kaki tumpu, melayang di udara dan pendaratan dua kaki secara bersama sehingga dapat mencapai jarak yang sejauh-jauhnya dan meninggalkan bak.
Berdasarkan dari pengertian tersebut diatas maka gerakan lompat jauh dapat dibagi menjadi tiga gaya yaitu 1) gaya jongkok (sit down in the air), 2) gaya menggantung dan (hanging in the air), 3) gaya berjalan di udara (walking in the air) yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: awalan, tumpuan atau tolakan, dan gerakan melayang di udara.
9.1    Lompat Jauh Gaya Jongkok
9.1.1                    Teknik Awalan
Awalan berguna untuk mendapatkan kecepatan lari pada waktu akan melompat. Untuk mendapatkan kecepatan maksimal jarak awalan yang diperlukan biasanya 30-40 meter, tergantung kenyamanan pelompat. Adapun teknik cara untuk melakukan awalan adalah sebagai berikut :
  1. Berdiri di belakang tanda titik awalan.
  2. Kecepatan lari awalan sama seperti lari jarak pendek, dari awalan sampai tumpuan
  3. Badan condong kedepan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks) disamping badan
  5. Pandangan mata tidak jauh di depan







Gambar 1. Rangkaian awalan lompat jauh
(Soegito, Bambang dan Ismaryati, 1995)
9.1.2                    Teknik Tolakan/Tumpuan
Teknik Melayang Di Udara Tahapan-tahapan untuk melakukan teknik tumpuan/tolakan adalah sebagai berikut.
  1. Menumpu dengan satu kaki
  2. Tumit menumpu lebih dahulu terus telapak kaki ujung
  3. Pandangan mata lurus kedepan agak keatas, bukan menunduk melihat balik tumpuan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks)
  5. Kaki tumpu tepat pada balok tumpuan










Gambar 2. Menumpu pada balok tumpuan
(Soegito, Bambang dan Ismaryati,1995)













9.1.3                    Teknik Melayang Di Udara
Tahapan-tahapan untuk melakukan teknik melayang di udara adalah sebagai berikut.
  1. Kepala tegak dengan pandangan mata ke depan
  2. Kaki diluruskan kedepan
  3. Tangan diayun disamping badan seperti orang berjalan atau lari
  4. Badan rileks
  5. Keseimbangan badan terjaga
Gambar di bawah ini menujukkan serangkaian gerakan lompat jauh dengan sikap melayang di udara dalam gaya jongkok.













Gambar 3. Sikap badan saat melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok. (Soegito, Bambang dan Ismaryati, 1995)













9.1.4                    Teknik Mendarat
Yang perlu diperhatikan pada waktu mendarat adalah kedua kaki mendarat tidak ada kecendrungan jatuh ke belakang yang mengakibatkan kerugian bagi si pelompat Adapun tahapan-tahapan untuk melakukan teknik mendarat adalah sebagai berikut.
  1. Meluruskan kedua tangan kedepan
  2. Mendarat ke pasir dengan kedua kaki rapat
  3. Badan bungkuk ke depan
  4. Kedua tangan diayun kedepan
  5. Berat badan dibawa kedepan











Gambar 5. Sikap pendaratan pada lompat jauh
(Soegito, Bambang & Ismaryati,1995)











9.2         Lompat Jauh Gaya Menggantung
9.2.1   Teknik Awalan
Awalan berguna untuk mendapatkan kecepatan lari pada waktu akan melompat. Untuk mendapatkan kecepatan maksimal jarak awalan yang diperlukan biasanya 30-40 meter, tergantung kenyamanan pelompat. Adapun teknik cara untuk melakukan awalan adalah sebagai berikut :
  1. Berdiri di belakang tanda titik awalan.
  2. Kecepatan lari awalan sama seperti lari jarak pendek, dari awalan sampai tumpuan
  3. Badan condong kedepan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks) disamping badan
  5. Pandangan mata tidak jauh di depan










Gambar 1. Rangkaian awalan lompat jauh
(Soegito, Bambang dan Ismaryati, 1995)











9.2.2                    Teknik Tolakan/Tumpuan
Tahapan untuk melakukan teknik tumpuan/tolakan adalah sebagai berikut.
  1. Menumpu dengan satu kaki
  2. Tumit menumpu lebih dahulu terus telapak kaki ujung
  3. Pandangan mata lurus kedepan agak keatas, bukan menunduk melihat balik tumpuan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks)
  5. Kaki tumpu tepat pada balok tumpuan










Gambar 2. Menumpu pada balok tumpuan
(Soegito, Bambang dan Ismaryati,1995)




9.2.3                    Teknik Melayang
Tahapan-tahapan untuk melakukan teknik melayang di udara adalah sebagai berikut.
  1. Kepala tegak dengan pandangan mata kedepan
  2. Kedua tangan lurus ke atas belakang
  3. Kedua kaki hampir rapat lemas ke belakang
  4. Badan melenting ke belakang
  5. Keseimbangan badan terjaga


Gambar 4. Sikap badan saat melayang di udara pada lompat jauh gaya menggantung.  (Soegito, Bambang dan Ismaryati, 1995)







9.2.4                    Teknik Mendarat
Yang perlu diperhatikan pada waktu mendarat adalah kedua kaki mendarat tidak ada kecendrungan jatuh ke belakang yang mengakibatkan kerugian bagi si pelompat Adapun tahapan-tahapan untuk melakukan teknik mendarat adalah sebagai berikut.
  1. Meluruskan kedua tangan kedepan
  2. Mendarat ke pasir dengan kedua kaki rapat
  3. Badan bungkuk ke depan
  4. Kedua tangan diayun kedepan
  5. Berat badan dibawa kedepan










Gambar 5. Sikap pendaratan pada lompat jauh
(Soegito, Bambang & Ismaryati,1995)







  1. 10.    Hasil Belajar
Belajar menyangkut interaksi antara pebelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya sedangkan hasil belajar merupakan respon yang baru, di mana respon tersebut sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru.. Menurut Gagne (dalam Suastra, 2006) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan itu relatif cukup tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru.
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sungguhpun demikian, dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotor (Sudjana, 1995)
Menurut Bloom (dalam Sudjana,1995) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu “ranah kognitif, afektif, dan psikomotor “. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; dan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Untuk menghasilkan ketiga ranah hasil belajar tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengetahuan atau kemampuan awal dari masing-masing kategori hasil belajar yang telah dimiliki siswa, yang berkaitan dengan keterampilan yang sedang dipelajari.
Jadi hasil belajar merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.

  1. 11.    Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
  1. Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbatas pada siswa-siswi kelas IXA SMP …………..
  2. Model pembelajaran yang didunakan dalam penelitian ini adalah model kooperatif  tipe  STAD.
  3. Keterampilan dasar yang dilakukan siswa terbatas pada keterampilan lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung.
  4. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah asesmen lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung (Aip Syarifuddin,1997).
  5. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dari asesmen dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.

  1. 12.    Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi serta dari pengamatan peneliti pada pembelajaran lompat jauh di kelas IXA SMP …………., bahwa masih rendahnya aktivitas belajar siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar lompat jauh.  hal ini disebabkan oleh pembelajaran masih berpusat pada guru, dalam artian siswa hanya menerima materi pelajaran dari guru dan siswa kurang aktif dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya yang dimiliki, kurangnya perhatian guru terhadap interaksi dalam kelompok belajar hingga siswa lebih banyak belajar sendiri, dan belum diterapkannya model- model pembelajaran kooperatif, seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran atletik khususnya pada materi lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung. Hal ini menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa sehingga cendrung terlihat sikap pasif dari anak didik yang berdampak pada belum memadainya kualitas pembelajaran dan belajar pendidikan jasmani siswa.
Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam observasi seperti uraian di atas perlu dirancang suatu model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar lompat jauh dalam pembelajaran atletik. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu komponen yang mendukung proses tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang siswa dengan karakteristik siswa yang heterogen. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, menekankan pada pembelajaran langsung dan merupakan model pembelajaran yang sangat mudah dan sederhana untuk diterapkan dalam pembelajaran. Model ini didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, berdiskusi, dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya masing-masing dan bertanggung jawab terhadap teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.siswa bukan hanya belajar dari gurunya saja, melainkan bisa belajar dari siswa lainya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar  lompat jauh pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010.

  1. 13.    Hipotesis
            Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Suryabrata, 2005).
  1. Aktivitas belajar lompat jauh siswa meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010.
  2. Hasil belajar lompat jauh meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010.

  1. III.     METODE PENELITIAN
  2. 1.        Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto, 1997). Menurut Oja SN (1989) ada empat jenis penelitian tindakan kelas yaitu: 1) guru sebagai peneliti, 2) penelitian tindakan kolaboratif, 3) simultan terintegrasi, dan 4) administrasi sosial eksperimental (dalam Kanca, 2006)
(1)     Guru sebagai peneliti
Pada bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti mempunyai ciri-ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. dalam bentuk ini tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan aksi (tindakan), dan refleksi.
(2)     Penelitian tindakan kolaboratif
Penelitian ini melibatkan beberapa pihak guru, kepala sekolah, maupun dosen secara serentak dengan tujuan unuk meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan peningkatan karier guru,sehingga hubungan antara guru dan dosen bersifat kemitraan  untuk memecahkan persoalan-persoalanyang akan diteliti.
(3)     Simultan terintegrasi
Penelitian ini adalah untuk memecahkan prsoalam praktis dalam pembelajaran dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas, sehingga guru bukan inivator dalam penelitian ini.
(4)     Administrasi sosial eksperimental
Bentuk PTK administrasi sosial eksperimental, lebih menekankan dampak kebijakan dan praktek meskipun demikian dalam bentuk ini guru tidak dilibatkan dalam perncanaan, aksi, dan refleksi terhadap praktek pembelajarannya sendiri di dalam kelas.
Dalam penelitian ini, jenis penelitian tindakan yang akan digunakan adalah kolaboratif yaitu keterpaduan guru, peneliti dan siswa. Guru dilibatkan dalam aspek aksi dan refleksi tetapi permasalahan yang akan diteliti dicoba dan digagas oleh peneliti. Penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif yang akan dilihat dari kemajuan yang telah dicapai siswa.

  1. 2.        Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus di mana masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan satu kali penilaian. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan penelitian tindakan uraian dalam bentuk siklus penelitian dan terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan observasi/evaluasi dan refleksi




Gambar.6 Rencana penelitian tindakan kelas
(Suyanto,1997)
Keterangan:
1)      Tahap perencanaan
2)      Tahap pelaksanaan tindakan
3)      Tahap observasi/evaluasi
4)      Tahap refleksi

1)      Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi (Suyanto, 1997:16). Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:    (1) melakukan penjajagan ke sekolah tempat melaksanakan penelitian, (2) mengadakan observasi awal terhadap pembelajaran yang akan diteliti, (3) menentukan metode dan rencana pengajaran, (4) menyiapkan sarana dan prasarana  yang diperlukan dalam pembelajaran.


2)      Pelaksanaan Tindakan
Merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan (Suyanto, 1997). Pada pelaksanaan tindakan ini, masalah-masalah yang muncul akan ditekankan pada perbaikan dan hambatan yang dialami siswa pada proses pembelajaran.
3)      Observasi/Evaluasi
Observasi adalah suatu upaya untuk mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa (Suyanto, 1997). Dalam penelitian ini yang digunakan untuk observasi adalah belangko observasi sesuai dengan asesmen.
4)      Refleksi
Refleksi merupakan suatu cara mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan yang diberikan (Suyanto, 1997). Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran dan kekurangan atau masalah yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran maka peneliti dan guru mencarikan solusi atau pemecahan masalah yang masih menjadi penghambat dalam proses pembelajaran.

  1. 3.        Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas IXA SMP …………. tahun pelajaran 2009/2010 dalam pembelajaran lompat jauh.

  1. 4.        Subyek Penelitian
Adapun sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA SMP …………. dengan jumlah siswa sebanyak 39 orang yang terdiri dari siswa putra sebanyak 16 orang dan putri sebanyak 23 orang.

  1. 5.        Prosedur Penelitian
a          Observasi Awal
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru pendidikan jasmani serta dari pengamatan peneliti pada pembelajaran lompat jauh di kelas IXA SMP …………., bahwa masih rendahnya aktivitas belajar siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar lompat jauh.  hal ini disebabkan oleh
1)        Pembelajaran masih berpusat pada guru, dalam artian siswa hanya menerima materi pelajaran dari guru dan siswa kurang aktif dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya yang dimiliki.
2)        Kurangnya perhatian guru terhadap interaksi dalam kelompok belajar hingga siswa lebih banyak belajar sendiri.
3)        Belum diterapkannya model-model pembelajaran kooperatif, seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b          Refleksi Awal
Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran awal melihat kekurangan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran lompat jauh maka peneliti mencari solusi pemecahannya.

c           Siklus I
Berdasarkan refleksi awal maka pada siklus I akan dikenakan tindakan dengan komponen yaitu sebagai berikut.
  1.  Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi awal maka peneliti menyusun alternatif pemecahan masalah yang telah teridentifikasi yaitu sebagai berikut.
  1. Mempersiapkan strategi pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).
  2. Menyusun rencana pembelajaran dengan mengoptimalkan waktu yang ada.
  3. Menyiapkan instrumen atau alat evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
  4. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penelitian.

  1. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan I ini, akan di bagi menjadi dua kali pertemuan adapun program pembelajarannya adalah sebagai berikut.
  1. Mata pelajaran               : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
  2. Pokok bahasan              : Lompat jauh gaya jongkok
  3. Kelas/semester              : IXA  SMP ………….
  4. Alokasi waktu               : 4 Jam Pelajaran (2x pertemuan)
  5. Standar kompetensi      : Mempraktekkan teknik, strategi dan taktik berbagai permainan dan olahraga didasari konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
  6. Kompetensi dasar         : Mempraktekkan keterampilan salah satu nomor olahraga atletik
  7. Indikator                       : Melakukan Teknik dasar lompat jauh gaya jongkok
  8. Tempat                          : Lapangan Umum Selat

  1. Pembelajaran pendahuluan dengan alokasi waktu 15 menit
  2. Siswa dibariskan 3 bersap
  3. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing
  4. Pemanasan statis dan dinamis
  5. Lari keliling lapangan sebanyak 2 kali

  1. Pembelajaran inti dengan alokasi waktu 60 menit.
Pertemuan I: pembelajaran teknik dasar lmpat jauh  gaya jongkok  dari sikap awalan, tolakan, melayang diudara, dan teknik mendarat sesuai dengan deskripsi gerak yang digunakan dalam penelitian.
  1. Presentasi kelas
Materi pembelajaran dipresentasikan oleh peneliti dengan menggiunakan metode ceramah dan diskusi siswa mengikuti presentasi peneliti dengan seksama guna persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
  1. Kerja kelompok
Peneliti membagi siswa kedalam kelo kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan membimbing kelompok-kelompok belajar dalam melaksanakan lompat jauh gaya jongkok  mulai dari awalan, tolakan, sikap melayang diudara, dan sikap mendarat didalam kelompoknya masing-masing.Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi-materi pelajaran lompat jauh gaya jongkok.
  1. Tes (kuis)
Setelah kegiatan presentasi peneliti dan kelompok, siswa diberikan tes dengan materi lompat jauh gaya jongkok secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenalkan saling membantu.
  1. Peningkatan skor individu
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor hasil tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan konstribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
  1. Penghargaan kelompok
Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa baik kelompok maupun individu yang mencapai rata-rata tinggi dari hasil demonstrasi lompat jauh gaya jongkok.

Pertemuan II:
  1. Presentasi kelas
Peneliti melakukan pengamatan dari materi minggu lalu kemudian materi pembelajaran dipresentasikan oleh peneliti dengan menggiunakan metode ceramah dan diskusi siswa mengikuti presentasi peneliti dengan seksama guna persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
  1. Kerja kelompok
Peneliti menugaskan kepada siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya pada minggu lalu yang terdiri dari 4-5 orang dan membimbing kelompok-kelompok belajar dalam melaksanakan pembelajaran  lompat jauh gaya jongkok  mulai dari awalan, tolakan, sikap melayang diudara, dan sikap mendarat didalam kelompoknya masing-masing.Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi-materi pelajaran lompat jauh gaya jongkok.
  1. Tes (kuis).
Setelah kegiatan presentasi peneliti dan kelompok, siswa diberikan tes dengan materi lompat jauh gaya jongkok secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenalkan saling membantu.
  1. Peningkatan skor individu.
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor hasil tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan konstribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
  1. Penghargaan kelompok.
Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa baik kelompok maupun individu yang mencapai rata-rata tinggi dari hasil demonstrasi lompat jauh gaya jongkok

  1. Penutup dengan alokasi waktu 15 menit
  2. Pendinginan (calling down).
  3. Berbaris 3 bersap.
  4. Absensi dan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing

  1. Observasi/evaluasi
Untuk mengetahui hasil dari tindakan pada siklus I maka dilakukan evaluasi
  1. Aktivitas belajar siswa
Untuk mengetahui aktivitas siswadilakukan selama proses pembelajaran diadakan pengamatan selama preses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh 3 orang evaluator dengan cara mengisi lembar observasi yang sudah disediakan menggunakan format lembar observasi aktivitas belajar siswa.
  1. Hasil belajar lompat jauh
Sedangkan untuk mengetahui penguasaan materi dari hasil pembelajaran maka diadakan evaluasi yang dilakukan pada akhir pembelajaran di siklus I dan penilaian dilaksanakan oleh tiga orang evaluator masing-masing siswa diberikan dua kali kesempatan untuk melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok berdasarkan asesmen lompat jauh gaya jongkok dalam pembelajaran atletik berdasarkan teknik lompat jauh meliputi awalan, tolakan, melayang diudara, dan mendarat. Pada saat evaluasi dilaksanakan, peneliti mengumpulkan siswa, berdoa, absensi, pemanasan, kemudian dijelaskan mengenai cara pengambilan data atau tes yaitu siswa dipanggil satu persatu sesuai dengan urutan absen pada kelompoknya, adapun alat yang digunakan yaitu asesmen lompat jauh gaya jongkok.

  1. Refleksi
Setelah evaluasi dilakukan peneliti mengkaji pelaksanaan tindakan dan mendiskusikan kekurangan-kekurangan pada siklus I maka akan dilanjutkan pembelajaran pada siklus II dengan inti pelajaran yang dilakukan sesuai dengan hasil observasi dan refleksi di siklus I.

d          Rancangan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka disusun rencana pembelajaran pada siklus II sebagai berikut.
  1. Perencanaan
a         Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan topik pembelajaran dan hambatan pada siklus I.
b        Menyiapkan materi pembelajaran pokok bahasan lompat jauh gaya menggantung.
c         Mempersiapkan strategi pembelajaran.
d        Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran.
e         Menyiapkan instrumen evaluasi/observasi.

  1. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I dalam siklus II diupayakan perbaikan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajarannya sama seperti pada siklus I namun dengan materi yang berbeda yaitu materi lompat jauh gaya menggantung.

  1. Observasi/Evaluasi
Pelaksanaan observasi pada siklus II prosedur pelaksanaannya sama seperti pada siklus I
  1. Refleksi
Setelah observasi/evaluasi dilakukan pada siklus II, peneliti mengkaji dan mempertimbangkan dampak dari tindakan yang diberikan pada siklus II yang kemudian digunakan sebagai rekomendasi hasil penelitian dan penelitian akan dihentikan.

  1. 6.        Identifikasi Variabel
Variabel adalah semua ciri atau faktor yang dapat menunjukan variasi (Kanca, 2006). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
  1. Variabel bebas   :  model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
  2. Variabel terikat :  aktivitas dan hasil belajar  lompat jauh.

  1. 7.        Definisi Operasional Variabel
7.1    Model pembelajaran kooperatif  tipe STAD
Yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kegiatan pembelajaran yang mana siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang heterogen dari segi kemampuan, umur, jenis kelamin, ras, dan etnik. Tiap anggota tim saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi bersama dengan sesama anggota tim yaiti 1) Presentasi kelas materi pembelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggiunakan metode ceramah dan diskusi siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama guna persiapan untuk mengikuti tes berikutnya, 2) Kerja kelompok kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi-materi pelajaran, 3) Tes (kuis) setelah kegiatan presentasi guru dan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenalkan saling membantu, 4) Peningkatan skor individu setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor hasil tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan konstribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, 5) Penghargaan kelompok  kelompok yang mencapai rata-rata tinggi (sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya) diberikan sertifikat atau penghargaan.

7.2    Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa adalah aktivitas yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dapat diamati dan dinilai dari beberapa hal yaitu: 1).visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. 2).oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, iterupsi. 3).listening activities seperti aktivitas mendengarkan uraian atau percakapan, diskusi, music, dan pidato. 4).writing activities seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5).drawing activities seperti misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6).motor activities seperti misalnya  melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.7).mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. dan 8).emotional activities seperti misalnya menaruh minat, merasa bosen, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

7.3    Hasil Belajar Lompat Jauh
  1.   a.       Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerakan dalam lompat jauh gaya jingkok  sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan dengan memperhatikan sikap awalan, tolakan, dan sikap akhir.
  1.  b.       Hasil belajar lompat jauh gaya menggantung
Hasil belajar lompat jauh gaya menggantung dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerakan dalam lompat jauh gaya menggantung  sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan dengan memperhatikan sikap awalan, tolakan, dan sikap akhir.

  1. 8.        Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa dan format assesmen lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung. Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan format assesmen lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung digunakan untuk mengukur penguasaan hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan lompat jauh gaya jongkok dan lompat jauh gaya menggantung.

8.1    Aktivitas Belajar Siswa
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa. Kriteria yang digunakan untuk mengukur aktivitas siswa seperti pada tabel 02.
Tabel 02 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Siklus              :
Materi              :
Hari/tanggal    :

Tabel 02. Deskripsi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No

Deskripsi
Skor
1
0
1
Kegiatan-kegiatan Visual, yaitu    
a. Mengamati demonstrasi yang diperagakan oleh peneliti.    
b. Mengamati demonstrasi yang diperagakan oleh kelompok.    
2
Kegiatan-kegiatan Lisan, yaitu    
  1. Mengajukan pertanyaan yang jelas, sesuai dengan materi yang dipelajari, dalam hal ini tentang lopat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung.
   
  1. Mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok.
   
3
Kegiatan-kegiatan Mendengarkan, yaitu    
  1. Mendengarkan penjelasan peneliti, baik tentang metode pembelajaran yang digunakan maupun tentang materi lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung
   
  1. Mendengarkan penjelasan kelompok tentang materi lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung
   
4
Kegiatan-kegiatan Metrik    
  1. Melakukan gerakan-gerakan tentang lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung
   
  1. Melakukan percobaan gerakan-gerakan baru yang mendukung penyempurnaan gerakan tentang lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung.
   
5
Kegiatan-kegiatan Mental    
  1. Mengingat kembali tentang lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung  yang telah dipelajari/dilatih.
   
  1. Memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung yang meliputi sikap awalan,tumpuan/tolakan,saat melayang diudara,dan pendaratan.
   
6
Kegiatan-kegiatan Emosional    
  1. Menaruh minat dan bersemangat dalam proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung yang meliputi sikap awalan, tumpuan/tolakan, saat melayang diudara,dan pendaratan.
   
  1. Berani dalam menghadapi dan memecahkan masalah lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung yang meliputi sikap awalan,tumpuan/tolakan,saat melayang diudara,dan pendaratan.
   
Jumlah
   
Keterangan :
  1. Mendapat nilai 1 bila deskripsi yang tertuang di atas terpenuhi
  2. Mendapat nilai 0 bila deskripsi yang tertuang di atas tidak terpenuhi

8.2    Instrumen Penilaian Hasil Belajar Lompat jauh
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah asesmen lompat jauh gaya jongkok dan gaya monggantung ( Aip Syarifuddin, 1997).
8.2.1        Instrumen Penilaian Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Tabel 03. Deskripsi awalan lompat jauh gaya jongkok (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Siswa berdiri di belakang tanda awalan
  2. Kecepatan lari awalan sama seperti lari jarak pendek, dari awalan sampai tumpuan
  3. Badan condong kedepan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks) disamping badan
  5. Pandangan mata tidak jauh di depan
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi




Tabel 04. Deskripsi tumpuan/tolakan lompat jauh gaya jongkok (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Menumpu dengan satu kaki
  2. Tumit menumpu lebih dahulu terus telapak kaki ujung
  3. Pandangan mata lurus kedepan agak keatas, bukan menunduk melihat balik tumpuan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks)
  5. Kaki tumpu tepat pada balok tumpuan
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi


Tabel 05. Deskripsi sikap melayang di udara lompat jauh gaya jongkok (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Kepala tegak dengan pandangan mata ke depan
  2. Kaki diluruskan kedepan
  3. Tangan diayun disamping badan seperti orang berjalan atau lari
  4. Badan rileks
  5. Keseimbangan badan terjaga
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi



Tabel 06. Deskripsi pendaratan lompat jauh gaya jongkok (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Meluruskan kedua kaki ke depan
  2. Mendarat ke pasir dengan kedua kaki rapat
  3. Badan bungkuk ke depan
  4. Kedua tangan diayun kedepan
  5. Berat badan dibawa kedepan
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi



8.2.2        Instrumen Penilaian Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Menggantung
Tabel 07. . Deskripsi awalan lompat jauh gaya menggantung (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi:
  1. Siswa berdiri di belakang tanda awalan
  2. Kecepatan lari awalan sama seperti lari jarak pendek, dari awalan sampai tumpuan
  3. Badan condong kedepan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks) disamping badan
  5. Pandangan mata tidak jauh di depan
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi


Tabel 08. Deskripsi tumpuan/tolakan lompat jauh gaya menggantung (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Menumpu dengan satu kaki
  2. Tumit menumpu lebih dahulu terus telapak kaki ujung
  3. Pandangan mata lurus ke depan agak keatas, bukan menunduk melihat balik tumpuan
  4. Ayunan lengan lemas (rileks)
  5. Kaki tumpu tepat pada balok tumpuan
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi


Tabel 09. Deskripsi sikap melayang di udara lompat jauh gaya menggantung (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Kepala tegak dengan pandangan mata kedepan
  2. Kedua tangan lurus ke atas belakang
  3. Kedua kaki hampir rapat lemas ke belakang
  4. Badan melenting ke belakang
  5. Keseimbangan badan terjaga
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi

Tabel 10.  Deskripsi pendaratan lompat jauh gaya menggantung (Aip Syarifuddin, 1997)
Skor
Deskripsi
5
Apabila kelima komponen dibawah ini terpenuhi :
  1. Meluruskan kedua tangan kedepan
  2. Mendarat ke pasir dengan kedua kaki rapat
  3. Badan bungkuk ke depan
  4. Kedua tangan diayun kedepan
  5. Berat badan dibawa kedepan
4
4 dari komponen diatas terpenuhi
3
3 dari komponen diatas terpenuhi
2
2 dari komponen diatas terpenuhi
1
1 dari komponen diatas terpenuhi



a          Fasilitas dan Alat Penelitian
  1. Fasilitas Penelitian
Fasilitas penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak lompat jauh di lapangan umum Selat
  1. Alat-Alat Penelitian
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini adalah meteran plastik, peluit, kamera, meja, kursi, pulpen, kertas HVS, dan blanko.

  1. 9.        Teknik Pengumpulan Data
Data aktivitas dan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan lembar observasi untuk asesmen aktivitas, serta asesmen lompat jauh gaya jongkok dan gaya menggantung.
9.1         Teknik Pengumpulan Data Aktivitas Belajar
Data aktivitas belajar siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi yang sudah berisikan indikator aktivitas belajar siswa. Pengambilan data aktivitas siswa dilakukan setiap siklus sesuai dengan lembar observasi yang tercantum pada tabel. Dalam mengukur aktivitas belajar siswa indikator aktivitas belajar siswa yang diukur adalah menggunakan deskriptor dari masing-masing indikator yang digunakan sebagai pedoman observasi aktivitas belajar siswa sebagai berikut
Pada penelitian ini data aktivitas belajar siswa dinilai oleh 3 orang evaluator dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa, berdasarkan nilai yang diproleh pada siklus I dan Siklus II nilai tersebut di jumlahkan kemudian dirata-ratakan untuk dianalisis. Caranya dengan mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan siswa saat proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan I dan II pada siklus I, pertemuan I dan II pada siklus II . Di mana penilaiannya dilakukan dengan melihat deskripsi dari lembar observasi aktivitas belajar siswa yang tertuang di dalam instrumen penelitian. Observasi aktivitas belajar siswa dilakukan sesuai dengan tabel 11.
Tabel 11. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
(Dimodifikasi dari Hamalik, 2004)

No

Nama
Aspek Yang Diamati

Skor

Ket
Visual
Lisan
Audio
Metrik
Mental
Emosional
0
1
2
0
1
2
0
1
0
1
0
1
2
0
1
2
1
                                     
2
                                     
3
                                     
4
                                     
dst
                                     

Keterangan :
1. Visual                      :2
2. Lisan                       :2
3. Audio                       :1
4. Metrik                      :1
5. Mental                     :2
6. Emosional               :2
Jumlah                         :10

Yang mengisi format lembar observasi ini adalah peneliti, di mana cara mengisinya dengan mencentang (Ö) kolom-kolom yang telah tersedia sesuai dengan hasil pengamatan peneliti
9.2         Teknik Pengumpulan Data Hasil Belajar Lompat Jauh
  1.     a.     Lompat Jauh Gaya Jongkok
Data yang diambil adalah data yang diproleh berdasarkan hasil penelitian yang berpedoman pada asesmen lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan pada akhir pembelajaran di siklus I dan penilaian dilaksanakan oleh tiga orang evaluator yang memiliki spesialisasi di bidang atletik khususnya pada materi lompat jauh, berdasarkan nilai yang diproleh pada siklus I dan nilai tersebut di jumlahkan kemudian dirata-ratakan untuk dianalisis. masing-masing siswa diberikan dua kali kesempatan untuk melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok. berdasarkan asesmen lompat jauh gaya jongkok dalam pembelajaran atletik yang meliputi teknik awalan, tolakan, melayang diudara, dan mendarat. Pada saat evaluasi dilaksanakan, peneliti mengumpulkan siswa, berdoa, absensi, pemanasan, kemudian dijelaskan mengenai cara pengambilan data atau tes yaitu siswa dipanggil satu persatu sesuai dengan urutan absen. Setelah siswa melakukan evaluasi, siswa dikumpulkan kembali untuk diberi penjelasan dan peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa yang telah ikut berpartisipasi dalam mengikuti evaluasi kemudian siswa berdoa dan dibubarkan. adapun alat yang digunakan yaitu asesmen lompat jauh gaya jongkok.
Tabel 12 Asesmen Lompat Jauh Gaya Jongkok (Aip Syarifuddin, 1997)
No
Nama
Aspek Yang Dinilai
Jumlah
Awalan
Tolakan
Sikap badan
di Udara
Pendaratan
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
 


                                           
Keterangan:
Teknik awalan                         : 5
Teknik tumpuan                      : 5
Teknik melayang diudara        : 5
Teknikpendaratan                   : 5
Jumlah                                     : 20


  1.    b.          Lompat Jauh Gaya Menggantung
Data yang diambil adalah data yang diproleh berdasarkan hasil penelitian yang berpedoman pada asesmen lompat jauh gaya menggantung yang dilakukan pada akhir pembelajaran di siklus II dan penilaian dilaksanakan oleh tiga orang evaluator yang memiliki spesialisasi di bidang atletik khususnya pada materi lompat jauh, berdasarkan nilai yang diproleh pada siklus II dan nilai tersebut di jumlahkan kemudian dirata-ratakan untuk dianalisis masing-masing siswa diberikan dua kali kesempatan untuk melakukan gerakan lompat jauh gaya menggantung. Berdasarkan asesmen lompat jauh gaya menggantungdalam pembelajaran atletik yang meliputi teknik awalan, tolakan, melayang diudara, dan mendarat. Pada saat evaluasi dilaksanakan, peneliti mengumpulkan siswa, berdoa, absensi, pemanasan, kemudian dijelaskan mengenai cara pengambilan data atau tes yaitu siswa dipanggil satu persatu sesuai dengan urutan absen pada kelompoknya, setelah siswa melakukan evaluasi, siswa dikumpulkan kembali untuk diberi penjelasan dan peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa yang telah ikut berpartisipasi dalam mengikuti evaluasi kemudian siswa berdoa dan dibubarkan. adapun alat yang digunakan yaitu asesmen lompat jauh gaya menggantung.
Tabel 13 Asesmen Lompat Jauh Gaya Menggantung (Aip Syarifuddin, 1997)
No
Nama
Aspek Yang Dinilai
Jumlah
Awalan
Tolakan
Sikap badan
di Udara
Pendaratan
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
 


                                           
Keterangan:
Teknik awalan                         : 5
Teknik tumpuan                      : 5
Teknik melayang diudara        : 5
Teknikpendaratan                   : 5
Jumlah                                     : 20


  1. 10.    Teknik Analisis Data
Dalam analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik deskriptif  yaitu sebagai berikut.
10.1          Teknik Analisis Data Aktivitas Belajar
Data mengenai aktivitas belajar di kumpulkan berdasarkan lembar observasi yang berisikan indikator-indikator  aktivitas belajar yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Data aktivitas belajar siswa secara klasikal dianalisis berdasarkan rata-rata skor keaktifan belajar siswa , mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi).
Rumus untuk menghitung Mi dan SDi adalah sebagai berikut

Adapun penggolongan siswa secara klasikal menggunakan kreteria seperti dalam tabel 14.
Tabel 14 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa (Nurkancana & Sumartana. 1992).
SKOR
KRITERIA

Sangat Aktif

Aktif

Cukup Aktif

Kurang Aktif

Sangat Kurang Aktif
Indikator yang digunakan untuk mengobservasi aktivitas belajar siswa sebanyak 7 indikator. Adapun cara pemberian sekor tentang aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut. Setiap indikator memuat tiga buah deskriptor dan setiap deskriptor  di beri tanda (Ö) apabila tiap deskriptor nampak maka diberi skor 1dan jika tidak diberi sekor 0.
Dengan demikian dapat dihitung Mean ideal (Mi) dan standar deviasi (SDi)


Sehingga penggolongan aktivitas siswa diatas menjadi sebagai berikut.

Tabel 15 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa ( Nurkancana, & Sumartana. 1992).
SKOR KRITERIA

Sangat Aktif

Aktif

Cukup Aktif

Kurang Akltif

Sangat Kurang Aktif

Dari data aktivitas yang terkumpul, akan dihitung rata-rata skor aktivitas dengan rumus:

=Rata-rata aktivitas siswa
=Jumlah seluruh sekor aktivitas siswa
N      = Jumlah siswa keseluruhan
Rata-rata skor aktivitas yang diproleh yang diproleh dari perhitungan dibandingkan dengan penggolongan yang telah ditetapkan maka dapat ditentukan aktivitas selama proses pembelajaran.

10.2          Teknik Analisis Data Hasil Belajar
  1. Tingkat kelulusan individual menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
NA      = Nilai akhir
SHT     = Skor hasil tes
SMI     = Skor maksimal ideal (sesuai dengan format asesmen)
NI        = Nilai ideal dalam skala

  1. Analisis rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal rumus yang digunakan :
(Pujawan, 2006)
Keterangan :
=Rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal
=Jumlah hasil belajar siswa secara keseluruhan
N      = Jumlah siswa keseluruhan

  1. Tingkat kelulusan klasikal menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
KB = Ketuntasan Belajar

Dari tes hasil belajar lompat jauh dan aktivitas siswa selama pembelajaran dianalisis dengan menggunakan penilaian acuan patokan sesuai dengan kriteria tingkat ketuntasan yang berlaku di SMP …………. mata pelajaran pendidikan jasmani.
Tabel 16. Kritirie tingkat ketuntasan mata pelajaran penjas SMP ………….
Rentang Skor
Nilai Angka/Huruf
Kategori
Keterangan
85%-100%
A
Sangat Baik
Tuntas
75%-84%
B
Baik
Tuntas
65%-74%
C
Cukup
Tuntas
55%-64%
D
Kurang
Tidak Tuntas
0%-54%
E
Sangat Kurang
Tidak Tuntas

  1. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Secara keseluruhan penelitian dikatakan berhasil apabila memenuhi ketuntasan belajar (KB) secara individu 65% dan secara klasikal 75%. Hal ini disesuaikan dengan nilai minimum yang berlaku di SMP ………….. Dalam penelitian ini apabila pada siklus I dan siklus II sudah mencapai target ketuntasan secara individu (65%) dan ketuntasan belajar secara klasikal (75%) sudah tercapai maka penelitian ini akan dihentikan.Namun jika pada siklus I dan II belum mencapai target ketuntasan secara individu (65%) dan ketuntasan belajar secara klasikal (75%) maka penelitian ini tetap akan dihentikan, karena pada penelitian ini hanya direncanakan sebanyak dua siklus adapun alasan dihentikannya penelitian ini karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga selain itu penelitian ini juga berpatokan pada kurikulum dan apapun  hasil yang diproleh itulah hasil dari penelitian yang sebenarnya dan akan direkomendasikan dalam pembuatan laporan.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar