Rabu, 30 Mei 2012

MAKALAH IPA


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas saya yang berjudul “Pengaruh Media Dedak Bekatul”.
Saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan kerja keras dan tugas ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan untuk menyempurnakan hasil laporan ini.

Sukawati, 14 Oktober 2011

Penulis


DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1  Latar Belakang................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3  Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1.4  Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
1.5  Hipotesis Penelitian............................................................................ 6
BAB II METODELOGI PENELITIAN...................................................... 7
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian.................................. 7
2.2 Jenis Penelitian............................................................................. 7
2.3 Variabel........................................................................................ 7
2.4 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 8
3.1 Pengaruh Dedak bekatul.............................................................. 8
3.2 Cara Menanggulanginya............................................................... 8
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 9
4.1 Simpulan....................................................................................... 9
4.2 Saran............................................................................................. 9
4.3 Daftar Pusataka............................................................................ 9

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Mengingat kebutuhan pangan beras tents meningkat mengikuti kenaikan jumlah penduduk, maka usaha peningkatan produksi tents dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah telah menempuh beberapa cara untuk kembali berswasembada seperti yang telah dicapai pada tahun 1984, antara lain dengan meningkatkan intensifikasi pada lahan yang telah dibuka, ekstensifikasi khususnya di luar Jawa, penggunaan varietas, unggul serta peningkatan sarana produksi lainnya (Pratama, 2003).
Meskipun demikian, masih terdapat banyak kendala dalam upaya meningkatkan produktivitas padi di Indonesia. Penyakit merupakan salah satu faktor utama penyebab rendahnya produktivitas tanaman yang dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kegagalan. total pada suatu sistem pertanian. Koridisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, termasuk sebagian besar sistem pertanian di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh penyakit (Pratama, 2003).
Serangan hama dan penyakit padi cukup menonjol sejak awal masa pertumbuhan sampai dengan menjelang panen. Gejala serangan hama dan penyakit penting seperti penggerek batang kuning (Tryporyza incertulas), wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng hijau (Nephotettix nigropictus), lalat agas (Orseolia dan sebagainya, harus diwaspadai agar dapat dilakukan pengendalian secara tepat sehingga tidak menimbulkan kerusakan berat dan bahkan kehilangan basil panen (Russli, 2004)
Di Indonesia sebelum tahun 1980 pernah disarankan atau diusulkan kepada masyarakat tani dengan sistem LAKU (latiban kunjungan) bahwa selama satu musim tanam atau semusim hendaknya melakukan penyemprotan sebanyak 3-4 kali. Ternyata dari basil-basil kajian di beberapa daerah apabila kita melaksanakan sistem penyemprotan dengan sistem kalender banyak menimbulkan kenigian balk biaya, tenaga, waktu serta residu pestisida secara langsung dan belum lagi pencemaran lingkungan. Dalarn waktu jangka panjang, akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan akan menimbulkan drenaise yang tidak sempurna, sehingga terjadinya penimbunan garam dalam tanah yang akan mengurangi produktivitas lahan dan kadang-kadang konsentrasinya mencapai tingkat toksik sehingga tanah tidak layak untuk ditanam (Oka, 1992).
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengantisipasi hal tersebut di atas, maka salah satu sistem pengendalian yang diterapkan yaitu sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hama terpadu artinya kita memadukan sernua komponen pengendalian yang ada secara efektif, dapat diterapkan secara teknis, menguntungkan secara ekonomi, dapat diterima secara sosial dan tidak merusak lingkungan atau alam yang ada (Untung, 1993).
Berdasarkan sumber data yang ada di Dinas Pengamatan Hama dan Penyakit (PUP) Celuk, jumlah serangan penggerek batang padi 5 tahun terakhir mencapai 1.172.70 ha. Hama penggerek batang padi sulit dikendalikan dengan pestisida, disebabkan karena larva berada di dalam batang tanaman sehingga tidak kontak langsung dengan pestisida yang diaplikasi. Salah satu musuh alami juga memberi kontribusi dalam pengendalian di lapangan yaitu Trichogramma japonicum. Trichogramma japonicum merupakan parasitoid telur dari familia Trichogrammatidae yang ketersediaannya di lapangan sangat sedikit (Stuqrjana, 2007).
Pelepasan Trichogramma japonicum sebanyak 100 pies/ ha. (1 pies = 2500 butir telur atau dengan kertas ukuran 2 x 2 cm yang ditaburkan telur secara merata) dapat menekan serangan penggerek batang padi sebesar 95,97 % (Woryaning, 2002). Musuh alami Trichogramma japonicum dapat dikembangkan di laboratorium dengan menggunakan inang pengganti Corcyra cephalonica. Corcyra cephalonica banyak ditemukan pada dedak bekatul, dedak jagung, gandum, bungkil kelapa, roti, buncis yang sudah lama tersimpan + 6 bulan. Untuk mendapatkan langsung telur Corcyra cephalonica sebagai inang pengganti sangat sulit ditemukan karena telumya terletak pada lubang media hidupnya, kemudian lubang itu ditutup dengan sekresi yang keras. Sehingga awal untuk pengembangbiakannya adalah dengan mengambil media hidupnya dan dipindahkan ke dalam media pengembangbiakan yang barn untuk mendapatkan hasil yang banyak dan cepat (Suarjana, 2007).
Menurut Suarjana (2007), pengembangbiakan Corcyra cephalonica dengan menggunakan media campuran antara, dedak bekatul dan dedak jagung dengan perbandingan 1 kg dedak bekatul dan 2 kg dedak jagung, dengan mengisi telur Corcyra cephalonica sebanyak 2500 butir atau 0,06 gram pada temperatur 30('C dan kelembaban 75 % didapat hasil 2356 imago Corcyra cephalonica dalam waktu 35
hari dengan nisbah 65 % kelamin betina. Digunakan dedak bekatul dan dedak jagung sebagai media Corcyra cephalonica dalam pengembangbiakannya ditemukannya lebih banyak hidup atau menyerang pada media dedak bekatul dan dedak jagung daripada bungkil kelapa, gandum, roti, dan buncis.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti pengaruh dari media dedak bekatul, dedak jagung dan campuran 2 kg dedak bekatul dengan 1 kg dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica.

1.2  Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang serta fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana pengaruh media dedak bekatul terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica ?
2.         Bagaimana pengaruh media dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica ?
3.         Bagaimana pengaruh media campuran dedak bekatul dengan dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica ?
4.         Apakah ada perbedaan pengaruh media dedak bekatul, dedak jagung, dan campuran dedak bekatul dengan dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica ?

1.3  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.  Untuk mengetahui pengaruh media dedak bekatul terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica.
2.  Untuk mengetahui pengaruh media dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica.
3.  Untuk mengetahui pengaruh media campuran dedak bekatul dengan dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica.
4.    Untuk mengetahui perbedaan pengaruh media dedak bekatul, dedak jagung dan campuran dedak bekatul dengan dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica.

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian diharapkan:
1.     Dapat menambah wawasan atau ilmu pengetahuan dibidang pertanian khususnya tentang musuh alami.
2.     Dapat digunakan sebagai acuan terutama bagi petani atau instansi yang berkaitan dalam pengembangbiakan Corcyra cephalonica.
3.     Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangbiakan Corcyra cephalonica khususnya sebagai inang pengganti dari parasitoid telur Trichogramma japonicum.

1.5  Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dapat dinunuskan hipotesis sebagai berikut:
1.         Telur Corcyra cephalonica dapat berkembangbiak secara signifikan pada media dedak bekatul selama 35 hari
2.         Telur Corcyra cephalonica dapat berkembangbiak secara signifikan pada media dedak jagung selama 35 hari
3.         Telur Corcyra cephalonica dapat berkembangbiak secara signifikan pada media campuran dedak bekatul dengan dedak jagung selama 35 hari
4.         Ada perbedaan secara signifikan pengaruh media dedak bekatul, dedak jagung, dan campuran dedak bekatul dengan dedak jagung terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica selama 35 hari


BAB II
METODELOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Tempat pelaksanaan perkembangbiakan Corcyra cephalonica dilakukan dalam gudang khusus untuk pengembangbiakan Corcyra cephalonica. Waktu pelaksanaan penelitian selama 35 hari mulai dari akhir 30 Juni tahun 2009.
2.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yaitu penelitian Labotarium di laksanakan di Lab.
2.3 Variabel
1. Variabel Manipulasi : Pengaruh media dedak bekatul.
2. Variabel Kontrol : Perbedaan pengaruh media dedak bekatul.
3. Variabel Terikat/Respon : Upaya meningkatkan produktivitas padi.
2.4 Metode Pengumpulan Data
1. Metode wawancara berdasarkan data yang ada di Dinas Pengamatan Hama & Penyakit (PHP), Celuk.
2. Metode Pustaka
Sumiarti.2007. Dedak Bekatul http://www.dedakbekatul.com
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh dedak bekatul
Pengaruh dedak bekatul terhadap perkembangbiakan Corcyra cephalonica adalah dapat mengambil media hidupnya dan dipindahkan ke dalam media pengembangbiakan yang baru agar mendapat hasil yang banyak dan cepat.
3.2 Cara Menanggulanginya
Corcyra cephalonica dapat langsung sebagai pinang pengganti yang ditemukan pada lubang itu di tutup dengan sekresi yang keras.


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.         Kita dapat menambah wawasan atau ilmu pengetahuan di bidang pertanian.
2.         Data dapat mengetahui acuan dalam pengembangbiakan Corcyra cepharonica
4.2 Saran
Adapaun saran yang ingin saya sampaikan adalah agar setelah membaca makalah ini, kita bisa menambah wawasan dalam mengenal penelitian dalam pelaksanaannya.
4.3 Daftar Pustaka
Ahmad Pratama 2003 pengenadalian hama dan penyakit Pt. Mutiara Bali Jakarta



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar