Rabu, 06 Juni 2012

KATA DASAR BAHASA BALI


KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang  Widhi Wasa, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “KATA DASAR BAHASA BALI”.
Tanpa bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak, kami sebagai mahasiswa yakin menulis ini tidak akan lancar, karena itu pada kesempatan yang baik ini kami gunakan untuk menyampaikan terima kasih atas bimbingan dari Dosen serta semua pihak yang telah mendukung kami.
Kami menyadari bahwa makalah  ini masih banyak kelemahannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempuarnaan paper kami.
Besar harapan kami semoga paper sederhana ini dapat memberi manfaat terhadap penambahan pengetahuan kita, khususnya mata kuliah umum.
Om santhi,santhi,santhi Om





                                                                                    Denpasar,    November 2010



I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………I
DAFTAR ISI……………………………………………………………….II
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang…………………………………………………...1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………..1
1.3.Tujuan Penulis…………………………………………………....1
BAB II PEMBAHASAN
            2.1.Pengertian kata dasar (kruna lingga)……………………………...2
            2.2.Macam-macam Kata Dasar ………………………………............2
BAB III PENUTUP
            3.1.Kesimpulan……………………………………………………….14
            3.2.Saran………………………………………………………….......14
DAFTAR PUSTAKA




II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kata dasar dalam bahasa Bahasa Bali secara umum disebut "kruna lingga" dalam tata bahasa Bali tradisional. Kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan imbuhan (afiks), persengauan (nasalisasi), perulangan (duplikasi), atau dijadikan kata majemuk. Maka dari itu kita perlu mempelajari lebih detail tentang kata dasar dan macam-macam kata dasar dalam bahasa bali.
Maka dari itu, disini kita akan mulai membahas tentang kata dasar bahasa bali dan macam-macamnya.

1.2.Rumusan masalah
a.       Apa yang dimaksud kata dasar ?
b.      Apa saja macam-macam kata dasar ?

1.3.Tujuan
      a.   Untuk memenuhi tugas Morfologi Bahasa Bali yang diberikan oleh dosen.
      b.  Agar mahasiswa mengetahui apa itu kata dasar dan macam-macamnya.




1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kata dasar(kruna lingga);
Kata dasar (kruna lingga) adalah kata yang belum mendapatkan atau mengalami proses pengimbuhan maupun pengulangan. Kata dasar juga bisa diartikan kata yang belum mendapatkan awalan (prefiks), sisipan (infiks), maupun akhiran (sufiks). Pengertian lain tentang kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan apa-apa, misalnya belum mendapat imbuhan (afiks), persengauan (nasalisasi), atau dijadikan kata mjemuk sebagai hasil proses pembentukan kata menjadi kata jadian atau kata bersususn.
2.2 Macam-macam kata dasar
Ditinjau dari sudut hubungan katagori morfologis dan sintaksis ada empat (4) macam kata dasar dalam Bahasa Bali (BB) yaitu:
1.      Kata dasar yang langsung dapat berdiri sendiri dalam hubungan kalimat dan bebas dalam katagori morfologis dan sudah memiliki arti, merupakan morfem asal yang bebas yang disebut "dasar" , bentuk semacam itu sering disebut morfem dasar atau bentuk bebas. Morfem yang demikian paling banyak umlahnya dalam Bahasa Bali (BB).
Morfem dasar Bahasa Bali (BB) itu ditinjau dari jenis katanya dapat dibagi atas tiga jenis yaitu:
a.      Morfem dasar kata kerja (verbal)
Contoh: ' daar ' dalam bahasa indonesia berarti ' makan '
             ' bangun ' dalam bahasa indonesia berarti ' bangun '
             ' inem' dalam bahasa indonesia berarti ' minum '
           
2
             ' jemak ' dalam bahasa indonesia berarti ' ambil '
             ' pules ' dalam bahasa indonesia berarti ' tidur '
dalam kalimat:
' nasine ane di piringe malu daar '. // ' nasi yang ada di piring dulu makan '
'  i meme mare pesan bangun '. // ' ibu baru saja dia bangun '.
' inem malu kopine apang tusing enggalan embon'. // ' minum dulu kopi itu supaya tidak lekasan dingin'.
' sube jemak nasine di paon? '. // ' sudah ambil nasinya di dapur? '.
' matan tiange kiyap nagih pules '. // ' mata saya mengantuk mau tidur '.

b.      Morfem dasar kata benda (nominal)
Contoh:  ' don ' dalam bahasa indonesia berarti ' daun '
             ' dasa ' dalam bahasa indonesia berarti ' sepuluh '
             ' cai ' dalam bahasa indonesia berarti ' kamu '
             ' gelogor ' dalam bahasa indonesia berarti ' kandang babi '
            ' kelilikan ' dalam bahasa indonesia berarti ' bisul pada bibir kelopak mata '
dalam kalimat:
'  i meme  ngaput nasi aji don biyu '.  // '  ibu membungkus nasi dengan daun pisang '.
'  dadi sube juang nyuh tiange dasa bungkul '.  // ' boleh sudah ambil kelapa saya sepuluh butir '.

3
'  cai baange ngidih siyap aukud teken i nyoman  '.  // '  kamu diberi minta seekor ayam oleh i nyoman '.
'  i ketut ngae gelogor linggah pesan '.  // '  i ketut membuat kandang babi luas sekali '.
' tiang pepes pesan sakit kelilikan '.  // ' saya sering sekali sakit bisul pada kelopak mata '.

c.       Morfem dasar kata sifat (ajektifal)
Contoh:  '  baat ' dalam bahasa indonesia berarti ' berat '
                ' cenik ' dalam bahasa indonesia berarti ' kecil '
                ' jegeg ' dalam bahasa indonesia berarti ' cantik '
                ' lantang ' dalam bahasa indonesia berarti ' panjang '
                ' putih ' dalam bahasa indonesia berarti ' putih '
dalam kalimat:
' batune ane gede ento baat gati '.  // ' batu yang besar itu berat sekali '.
' panak cicinge nu cenik suba juwanga '.  // ' anak anjing masih kecil sudah diambil '.
' i wayan kaler ngelah pianak luh jegeg pesan '.  // ' i wayan kaler mempunyai anak wanita cantik sekali '.
' ikut siyape ane lantang sube getepe teken i beli '. // ' ekor ayam yang panjang sudah dipotong oleh kakak '.
' wayan Darma beliyange sepatu putih di peken '. // ' wayan Darma dibelikan sepatu putih di pasar '.

4
2.      Kata dasar yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan afiks, nasalisasi, pengulangan, dan kemajemukan. Bentuk-bentuk kata semacam itu selalu dijumpai dalam proses pembentukan morfologis. Kata itu tanpa proses morfologis belu mendukung arti yang lengkap. Sebagai contoh bentuk terikat " pandus " tidak pernah ditemukan bebas dalam ucapan bahasa biasa, bentuk itu baru dapat ditentukan artinya setelah berbentuk kata " pandusang " / ' mandikan ', " mandus " / ' mandi ', " mandusang " / ' memandikan ', dan  " kepandusang " / ' dimandikan ', bentuk semacam itu disebut morfem pangkal. Dalam Bahasa Bali agak banyak dijumpai kata semacam itu dan umumnya berupa morfem pangkal. Verhaar menyebutkan bentuk-bentuk semacam itu sebagai bentuk-bentuk prakatagorial, yaitu bentuk yang belum memiliki katagori tertentu ( Verhaar, 1974,7 )
Contoh: jujuk / ' ---------- '
                          majujuk berarti ' berdiri '                  
                          jujukang berarti ' dirikan '
                          kajujukang berarti ' didirikan '
                          nyujukang berarti ' mendirikan '
dalam kalimat:
 ' wayan Sura jujuk adine' // '----------'
' ketut sube kenyel majujuk ' // ' ketut sudah payah berdiri '.
Contoh:  kauk / '----------'
               kaukin berarti ' panggil '
               makaukan berarti ' memanggil, berteriak '
               ngaukin berarti ' memanggil '
               kauk-kauk berarti ' memanggil-manggil '


5
dalam kalimat:
' sire kauk tiang uli selat tembok ' // '---------- '
' suba pang telu kaukin tiang, tusing mesaut ' // ' sudah tiga kali saya panggil juga tidak menyahut'
'  sube uli paek tiang makaukan, tusing dingehe ' // ' sudah dari dekat saya memanggil juga tidak didengar '
Contoh : laib / '----------'
  malaib berarti ' lari, berlari '
              malaib-laiban berarti ' berlari-larian '
dalam kalimat:
' jarane laib dokar becat gati ' // ' ----------'
' kijange malaib ka tengah alase ' // ' rusa itu berlari ke dalam hutan '
i nyoman malaib-laiban di natah umahe ' // ' i nyoman berlari-larian di halaman rumah '
Bentuk-bentuk morfem pangkal yang tergolong prakatagorial di atas dengan perubahan bentuk seperti terlihat dalam deretan itu memiliki distribusi yang sama, karena tergolong dalam jenis kata verbal.
3.      Kata dasar yang tidak dapat berdiri sendiri dalam hubungan kalimat (sintaksis) tetapi bebas dalam hubungan katagori morfologis yang disebut kata asal yang terikat, yang baru dapat ditentukan artinya setelah dalam konteks kalimat. jadi merupakan morfem terikat dalam hubungan katagori sintaksis. Bentuk linguistik itu berbeda dengan morfem terikat yang berupa imbuhan. Sebagai bentuk terikat misalnya, miwah ' dan ', sane ' yang ', yen 'kalau ', nanging ' tetapi ', dan lain-lainnya. Bentuk -bentuk linguistik tersebut di atas tidak pernah mengalami proses morfologis, dengan kata lain bentuk-bentuk itu termasuk morfem bebas dalam hubungan katagori morfologis. Tetapi bentuk-bentuk tesebut tidak pernah dijumpai berdiri sendiri dalam hubungan konteks kalimat dalam situasi pembicaraan yang wajar.

6
            Golongan kata dasar 1 dan 2 di atas ditinjau dari sudut status dalam konstruksi sintaksis termasuk golongan bukan partikel (A. Mulyana, 1975, 3). Sedangkan golongan 3 ini, termasuk golongan partikel yang dapat diperinci lagi menjadi bagian yang lebih kecil, menurut posisinya sebagai berikut :
1)      Preposisi ( pranominal, tidak mengakhiri kalimat).
a.      preposisi direktif
di, (kasar) ' di ', ring (alus), 'di '
uli, (kasar) 'dari ; saking (alus), 'dari '
dalam kalimat:
' tiang meli baju di peken ' // ' saya membeli baju di pasar ' (kasar).
' dewa ayu numbas wastra ring pasar ' // ' dewa ayu membeli kain di pasar ' (alus).
' i bapa mara pesan teka uli Buleleng ' // ' Bapak baru saja datang dari Buleleng '.
( kasar).
' ida bagus gede wawu rauh saking rumah sakit ' // ' ida bagus gede baru datang dari rumah sakit' (alus).

b.      preposisi agentif ( pronominal, termasuk kata ganti orang )
contoh: baan (kasar), 'oleh '
             olih, antuk (alus) 'oleh '
dalam kalimat :
' Buku ane baca tiang kekarang olih (baan, antuk) Pak Wayan Simpen '. // ' buku yang saya baca dikarang oleh Pak Wayan Simpen '.


7
                  c.   preposisi penunjuk orang
contoh :
-          para berarti ' para '
-          ni berarti ' si untuk wanita '
-          i berarti ' si untuk laki-laki '
dalam kalimat :
' para petanine akeh sane mamula padi unggul ' // ' para petani banyak yang menanam padi unggul '.
' ni Luh Sari ibi ngigel di pura ' // ' Luh Sari kemarin menari di pura '.
' i Gede Bawa dueg pesan ngigel topeng ' // ' Gede Bawa pandai sekali menari topeng '.
d.       preposisi konektif (yang menyambung satuan yang berbanding). Proposisi ini
dapat pula diperinci menjadi enam bagian yaitu:
I.            Supordinatif
yen, yening berarti ' kalau '
apang, apanga berarti ' supaya '
sambil, sambilanga berarti ' sambil '
ane, sane berarti ' yang '
kerane berarti ' karena '
dalam kalimat :
' yen (lamun, yening) keto baan magae, kuang melah dadine ' // ' kalau begutu caranya bekerja, kurang baik hasilnya '.
' selegan malajah apang dadi anak dueg ' // ' rajinlah belajar supaya menjadi anak pintar '.
' i bapa ka uma sambilanga ngalih lakar jukut ' // ' ayah ke sawah sambil mencari bahan sayuran '.

8
II.            Koordinatif
ajak (kasar), lan, miwah (alus) berarti ' dan '
utawi berarti ' atau '
            teken berarti ' dengan '
cara (kasar), pinaka, minakadi,(alus), satmaka, minakadi berarti ' seperti '
tuah (kasar), wantah (alus), berarti ' hanya '
dalam kalimat :
' i meme lan ibapa mabakti ka pura ' // ' ibu dan ayah sembahyang ke pura '.
' made Darma lakar malajah nopeng utawi malajah megambel ' // ' made Darma akan belaja topeng atau menabuh '.
' pan Gareng ngelah pianak tuah (wantah) adiri ' // ' pak Gareng punya anak hanya satu orang '.
    
III.            Korelatif
sayan ...............sayan............., berarti ' semakin '
nyansan............nyansan........., berarti 'semakin '
dapin ...............dapin.............., berarti 'walaupun'
dalam kalimat :
' sayan kelih sayan magusang pianak pan Kaler ento ' // ' makin besar semakin ganteng anak bapak kaler itu '.
' dapin kene, dapin keto serahang teken ia dogen ' // ' walaupun begini, walapun begitu terserah padanya saja '.



9
IV.            Preposisi kecaraan (modalitas)
Golongan ini cukup banyak terdapat dalam BB, contoh
tidong (dong) berarti ' bukan '
tusing (sing) berarti ' tidak '
kone berarti ' katanya, bahwa.
apa ke berarti ' apakah '
da/de berarti ' jangan '
yen berarti ' kalau '
mirib berarti ' agaknya '
dalam kalimat :
' apa ke bapa ane nyemak pipise di tengah lemarine? ' // ' apakah bapak yang mengambil uang di dalam almari? '
' apa ke tidong ento tunanganne? '  // ' apakah bukan itu pacarnya '
' i Suta tusing nyak melajah ' // ' Suta tidak mau belajar '.
' kone Made ane ngematiang cicinge ento ' // ' katanya Made yang membunuh anjing itu '.

V.            Keaspekan
 Dalam BB sedikit sekali ada unsur keaspekan, contoh :
suba (kasar), sampun (alus) berarti ' sudah '
sedeng  berarti ' sedang '
lakar (kasar), jagi (alus) berarti ' akan '

10

dalam kalimat :
' mare Wayan suba madaar ' // ' tadi Wayan sudah makan '.
' i meme sedeng nyakan di paon ' // ' ibu sedang memasak nasi di dapur '.
' i bapa lakar luas ka Badung ' // ' bapak akan pergi ke Badung '.

VI.            Tata tingkat
Anggota kata ini pun sedikit terdapat dalam BB , contoh :
kelangkung (alus), berarti ' terlalu '
dalam kalimat :
' kelangkung ageng pekayunan idane ' // ' terlalu besar kemauan/keinginan beliau '.

2)      Post posisi
Post posisi dalam BB dapat dibagi lagi ke dalam bagian yang lebih kecil sebagai berikut :
I.                   Penegas
Contoh :
ja berarti ' lah
ke berarti ' kah '
ko berarti ' kah '
sih berarti ' kah '
dalam kalimat :
' kemu ja malu kesep ' // ' ke sanalah sebentar '.
' apa ke (ko, sih)  ane gae ento? ' // ' apakah yang dibuat itu/ '.
11
II.                Postposisi tingkat
Contoh :
gati (kasar) berarti ' sekali '
pesan (kasar) berarti ' sekali '
banget (alus) berarti 'sekali '
dalam kalimat :
' jegeg gati (pesan, banget) legonge ento ' // ' cantik sekali penari legong itu '.
III.             Golongan postposisi
Contoh :
masih (kasar) berarti ' juga '
taler (alus) berarti ' juga '
dogen (kasar) berarti ' saja '
malih (alus) berarti ' lagi '
dalam kalimat :
'  i Made masi(h) milu mabalih ' // ' Made juga ikut menonton '.
' i meme dogen ane tusing milu mabalih' // ' Ibu saja yang tidak ikut menonton '.
' benjang malih (buin) melancaran meriki ' // ' besok lagi lancong kesini '.
4.Kata dasar yang mempunyai bentuk seakan-akan kelihatannya sebagai kata ulang, akan tetapi sebenarnya tidak berulang jika dipandang dari sudut sinkronis. Dalam tata bahasa Bali tradisionil kata dasar yang demikian digolongkan ke dalam kata ulang atau " kruna dwi lingga " yang disebut " kruna dwi maya lingga ". Dalam Bahasa Indonesia disebut kata ulang semu (St. Takdir Alisyahbana, 1968,58). Mengenai bentuk semacam itu di sini digolongkan kata dasar karena bagian atau unsur yang seakan-akan membentuk kata ulang itu tidak bisa berdiri sendiri dan tidak mengandung arti. Unsur yang merupakan bagian dari perulangan itu sama sekali tidak berfungsi dalam proses morfologis dan tidak merupakan linguistik.
12
Misalnya bentuk kata sebagai berikut: ' buit-buit ' / ' nama jenis siput ', ' dangap-dangap ' / ' cecak terbang ', ' pici-pici ' / ' nama jenis siput air tawar ', ' kunang-kunang ', ' kupu-kupu' merupakan bentuk yang seakan-akan terbentuk dari perulangan unsur ' buit ', ' dangap ', ' pici ', ' kunang ', dan ' kupu '. Kata dasar yang demikian itu dalam BB tidaklah begitu banyak jumlahnya. Dalam BB kata-kata itu untuk selanjutnya disebut kata ulang semu.
Contoh :
            ' ali-ali ' berarti ' cincin '
            ' ari-ari ' berarti ' tembuni '
            ' ilen-ilen' berarti ' tontonan, pertunjukan '













13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Kata dasar dalam BB secara umum disebut " kruna lingga " dalam tata bahasa Bali tradisionil. Jadi kata dasar adalah kata yang belum mengalami proses pengimbuhan, persengauan, perulangan, atau dijadikan kata majemuk.
2.      Macam-macam kata dasar ada empat macam yaitu Kata dasar yang dapat berdiri sendiri dalam bentuk hubungan kalimat dan sering disebut bentuk bebas. Kata dasar yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu memerlukan bantuan imbuhan, nasalisasi, pengulangan, dan kemajemukan. Kata dasar yang tidak dapat berdiri sendiri dalam hubungan kalimat, dan yang terakhir Kata dasar yang seakan-akan merupakan bentuk kata ulang atau " kruna dwi maya lingga ".

3.2 Saran
1.      Dengan dibuatnya paper ini para pembaca diharapkan bisa mengetahui dan memahami apa itu kata dasar dan macam-macam kata dasar.
2.      Dengan dibuatnya paper ini diharapkan para mahasiswa memahami lebih banyak pelajaran yang berhubungan dengan morfologi Bahasa Bali khususnya tentang kata dasar dan jeis-jenisnya.





14
DAFTAR PUSTAKA
Udayana Universitas Fakultas Satra, 1977. Morfologi Bahasa Bali. Denpasar. Halaman 22-36.


Artikel Terkait:

4 komentar:

  1. Suksma bli, sngat mmbantu niki blognya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap sama".... moga selalu bermanfaat... mohon like juga n kunjungi terus blog ini ya

      Hapus
  2. Terima kasih infonya mas , jadi bisa tahu-tahu sedikit bahasa bali .. Hahaha..

    Top Skor Liga 1 Indonesia
    Jadwal Bola Malam Ini
    Sabung Ayam

    #s128 #s1288 #SabungAyam #daftars128 #liga1indonesia #jadwalbolamalamini

    BalasHapus
  3. Artikel di bawah ini berkaitan dengan artikel diatas ...
    Ayam saat ini merupakan suatu hobi yang sudah sangat tidak asing lagi dari sejak dulu dan bukan hanya di indonesia saja akan tetapi hingga di berbagai negara di dunia, Baik itu Ayam aduan, Ayan Hias Ataupun Ayam lainnya, selain menjadi hobi kini ayam juga menjadi peluang bisnis yang sangat menarik, karena peminatnya yang setiap hari bertambah dan semakin banyak. Baca selengkapnya klik link ini : https://pemainayam.net/cara-melatih-ayam-agar-kuat-dan-bringas-saat-bertarung/

    BalasHapus