KATA
PENGANTAR
Om
swastyastu,
Puji
syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “KATA DASAR BAHASA BALI”.
Tanpa
bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak, kami sebagai mahasiswa yakin
menulis ini tidak akan lancar, karena itu pada kesempatan yang baik ini kami
gunakan untuk menyampaikan terima kasih atas bimbingan dari Dosen serta semua
pihak yang telah mendukung kami.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kelemahannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk penyempuarnaan paper kami.
Besar
harapan kami semoga paper sederhana ini dapat memberi manfaat terhadap
penambahan pengetahuan kita, khususnya mata kuliah umum.
Om
santhi,santhi,santhi Om
Denpasar, November 2010
I
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………I
DAFTAR
ISI……………………………………………………………….II
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang…………………………………………………...1
1.2.Rumusan
Masalah………………………………………………..1
1.3.Tujuan
Penulis…………………………………………………....1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian kata dasar (kruna
lingga)……………………………...2
2.2.Macam-macam Kata Dasar ………………………………............2
BAB
III PENUTUP
3.1.Kesimpulan……………………………………………………….14
3.2.Saran………………………………………………………….......14
DAFTAR
PUSTAKA
II
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Kata
dasar dalam bahasa Bahasa Bali secara umum disebut "kruna lingga"
dalam tata bahasa Bali tradisional. Kata dasar adalah kata yang belum
mendapatkan imbuhan (afiks), persengauan (nasalisasi), perulangan (duplikasi),
atau dijadikan kata majemuk. Maka dari itu kita perlu mempelajari lebih detail
tentang kata dasar dan macam-macam kata dasar dalam bahasa bali.
Maka
dari itu, disini kita akan mulai membahas tentang kata dasar bahasa bali dan
macam-macamnya.
1.2.Rumusan
masalah
a. Apa
yang dimaksud kata dasar ?
b. Apa
saja macam-macam kata dasar ?
1.3.Tujuan
a.
Untuk memenuhi tugas Morfologi Bahasa Bali yang diberikan oleh dosen.
b.
Agar mahasiswa mengetahui apa itu kata dasar dan macam-macamnya.
1
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kata dasar(kruna
lingga);
Kata
dasar (kruna lingga) adalah kata yang belum mendapatkan atau mengalami proses
pengimbuhan maupun pengulangan. Kata dasar juga bisa diartikan kata yang belum
mendapatkan awalan (prefiks), sisipan (infiks), maupun akhiran (sufiks).
Pengertian lain tentang kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan apa-apa,
misalnya belum mendapat imbuhan (afiks), persengauan (nasalisasi), atau
dijadikan kata mjemuk sebagai hasil proses pembentukan kata menjadi kata jadian
atau kata bersususn.
2.2 Macam-macam kata dasar
Ditinjau
dari sudut hubungan katagori morfologis dan sintaksis ada empat (4) macam kata
dasar dalam Bahasa Bali (BB) yaitu:
1.
Kata
dasar yang langsung dapat berdiri sendiri dalam hubungan
kalimat dan bebas dalam katagori morfologis dan sudah memiliki arti, merupakan
morfem asal yang bebas yang disebut "dasar" , bentuk semacam itu
sering disebut morfem dasar atau bentuk
bebas. Morfem yang demikian paling banyak umlahnya dalam Bahasa Bali (BB).
Morfem
dasar Bahasa Bali (BB) itu ditinjau dari jenis katanya dapat dibagi atas tiga
jenis yaitu:
a.
Morfem
dasar kata kerja (verbal)
Contoh:
' daar ' dalam bahasa indonesia berarti ' makan '
' bangun ' dalam bahasa indonesia
berarti ' bangun '
' inem' dalam bahasa indonesia
berarti ' minum '
2
' jemak ' dalam bahasa indonesia berarti '
ambil '
' pules ' dalam bahasa indonesia
berarti ' tidur '
dalam
kalimat:
'
nasine ane di piringe malu daar '. //
' nasi yang ada di piring dulu makan
'
'
i meme mare pesan bangun '. // ' ibu baru saja dia bangun '.
'
inem malu kopine apang tusing
enggalan embon'. // ' minum dulu
kopi itu supaya tidak lekasan dingin'.
'
sube jemak nasine di paon? '. // ' sudah
ambil nasinya di dapur? '.
'
matan tiange kiyap nagih pules '. //
' mata saya mengantuk mau tidur '.
b.
Morfem
dasar kata benda (nominal)
Contoh: ' don ' dalam bahasa indonesia berarti ' daun
'
' dasa ' dalam bahasa indonesia
berarti ' sepuluh '
' cai ' dalam bahasa indonesia
berarti ' kamu '
' gelogor ' dalam bahasa indonesia
berarti ' kandang babi '
' kelilikan ' dalam bahasa
indonesia berarti ' bisul pada bibir kelopak mata '
dalam
kalimat:
' i meme
ngaput nasi aji don biyu '. // ' ibu membungkus nasi dengan daun pisang '.
'
dadi sube juang nyuh tiange dasa bungkul '. // ' boleh sudah ambil kelapa saya sepuluh butir '.
3
'
cai
baange ngidih siyap aukud teken i nyoman
'. // ' kamu
diberi minta seekor ayam oleh i nyoman '.
'
i ketut ngae gelogor linggah pesan '. // '
i ketut membuat kandang babi luas sekali '.
'
tiang pepes pesan sakit kelilikan '.
// ' saya sering sekali sakit bisul pada kelopak mata '.
c.
Morfem
dasar kata sifat (ajektifal)
Contoh: ' baat
' dalam bahasa indonesia berarti ' berat '
' cenik ' dalam bahasa indonesia berarti '
kecil '
' jegeg ' dalam bahasa indonesia berarti ' cantik '
' lantang ' dalam bahasa indonesia berarti ' panjang '
' putih ' dalam bahasa indonesia berarti ' putih '
dalam
kalimat:
' batune ane gede ento baat gati '. // ' batu yang besar
itu berat sekali '.
'
panak cicinge nu cenik suba juwanga
'. // ' anak anjing masih kecil sudah diambil '.
'
i wayan kaler ngelah pianak luh jegeg
pesan '. // ' i wayan kaler mempunyai
anak wanita cantik sekali '.
'
ikut siyape ane lantang sube getepe teken i beli '. // ' ekor ayam yang panjang
sudah dipotong oleh kakak '.
'
wayan Darma beliyange sepatu putih di peken '. // ' wayan Darma dibelikan
sepatu putih di pasar '.
4
2.
Kata
dasar yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
afiks, nasalisasi, pengulangan, dan kemajemukan. Bentuk-bentuk kata semacam itu
selalu dijumpai dalam proses pembentukan morfologis. Kata itu tanpa proses
morfologis belu mendukung arti yang lengkap. Sebagai contoh bentuk terikat
" pandus " tidak pernah ditemukan bebas dalam ucapan bahasa biasa,
bentuk itu baru dapat ditentukan artinya setelah berbentuk kata "
pandusang " / ' mandikan ', " mandus " / ' mandi ', "
mandusang " / ' memandikan ', dan
" kepandusang " / ' dimandikan ', bentuk semacam itu disebut morfem pangkal. Dalam Bahasa Bali agak banyak dijumpai kata
semacam itu dan umumnya berupa morfem pangkal. Verhaar menyebutkan bentuk-bentuk semacam itu sebagai bentuk-bentuk
prakatagorial, yaitu bentuk
yang belum memiliki katagori tertentu ( Verhaar, 1974,7 )
Contoh:
jujuk / ' ---------- '
majujuk berarti ' berdiri '
jujukang berarti ' dirikan '
kajujukang berarti ' didirikan
'
nyujukang berarti ' mendirikan
'
dalam kalimat:
' wayan Sura jujuk adine' // '----------'
' ketut
sube kenyel majujuk ' // ' ketut
sudah payah berdiri '.
Contoh: kauk / '----------'
kaukin berarti
' panggil '
makaukan
berarti ' memanggil, berteriak '
ngaukin
berarti ' memanggil '
kauk-kauk
berarti ' memanggil-manggil '
5
dalam kalimat:
' sire kauk tiang
uli selat tembok ' // '---------- '
' suba pang telu kaukin tiang, tusing mesaut ' // ' sudah tiga kali saya panggil juga tidak menyahut'
' sube uli
paek tiang makaukan, tusing dingehe
' // ' sudah dari dekat saya memanggil
juga tidak didengar '
Contoh : laib /
'----------'
malaib
berarti ' lari, berlari '
malaib-laiban
berarti ' berlari-larian '
dalam kalimat:
' jarane laib
dokar becat gati ' // ' ----------'
' kijange malaib
ka tengah alase ' // ' rusa itu berlari
ke dalam hutan '
i nyoman malaib-laiban
di natah umahe ' // ' i nyoman berlari-larian
di halaman rumah '
Bentuk-bentuk
morfem pangkal yang tergolong prakatagorial di atas dengan perubahan bentuk
seperti terlihat dalam deretan itu memiliki distribusi yang sama, karena
tergolong dalam jenis kata verbal.
3.
Kata
dasar yang tidak dapat berdiri sendiri dalam hubungan
kalimat (sintaksis) tetapi bebas dalam hubungan katagori morfologis yang
disebut kata asal yang terikat, yang baru dapat ditentukan artinya setelah
dalam konteks kalimat. jadi merupakan morfem terikat dalam hubungan katagori
sintaksis. Bentuk linguistik itu berbeda dengan morfem terikat yang berupa
imbuhan. Sebagai bentuk terikat misalnya, miwah ' dan ', sane ' yang ', yen
'kalau ', nanging ' tetapi ', dan lain-lainnya. Bentuk -bentuk linguistik
tersebut di atas tidak pernah mengalami proses morfologis, dengan kata lain
bentuk-bentuk itu termasuk morfem bebas dalam hubungan katagori morfologis.
Tetapi bentuk-bentuk tesebut tidak pernah dijumpai berdiri sendiri dalam
hubungan konteks kalimat dalam situasi pembicaraan yang wajar.
6
Golongan kata dasar 1 dan 2 di atas
ditinjau dari sudut status dalam konstruksi sintaksis termasuk golongan bukan partikel (A. Mulyana, 1975, 3).
Sedangkan golongan 3 ini, termasuk golongan partikel yang dapat diperinci lagi menjadi bagian yang lebih kecil,
menurut posisinya sebagai berikut :
1) Preposisi (
pranominal, tidak mengakhiri kalimat).
a.
preposisi
direktif
di, (kasar) ' di ',
ring (alus), 'di '
uli, (kasar) 'dari ; saking (alus),
'dari '
dalam
kalimat:
'
tiang meli baju di peken ' // ' saya
membeli baju di pasar ' (kasar).
'
dewa ayu numbas wastra ring pasar ' // ' dewa ayu membeli kain
di pasar ' (alus).
'
i bapa mara pesan teka uli Buleleng
' // ' Bapak baru saja datang dari
Buleleng '.
(
kasar).
'
ida bagus gede wawu rauh saking
rumah sakit ' // ' ida bagus gede baru datang dari rumah sakit' (alus).
b.
preposisi
agentif ( pronominal, termasuk kata ganti orang )
contoh: baan (kasar), 'oleh
'
olih, antuk (alus) 'oleh '
dalam
kalimat :
'
Buku ane baca tiang kekarang olih (baan, antuk) Pak Wayan Simpen '. // ' buku
yang saya baca dikarang oleh Pak Wayan Simpen '.
7
c. preposisi penunjuk orang
contoh :
-
para berarti ' para '
-
ni berarti ' si untuk wanita '
-
i berarti ' si untuk laki-laki '
dalam
kalimat :
'
para petanine akeh sane mamula padi
unggul ' // ' para petani banyak
yang menanam padi unggul '.
'
ni Luh Sari ibi ngigel di pura ' //
' Luh Sari kemarin menari di pura '.
' i
Gede Bawa dueg pesan ngigel topeng ' // ' Gede Bawa pandai sekali menari topeng
'.
d. preposisi konektif
(yang menyambung satuan yang berbanding). Proposisi ini
dapat pula diperinci menjadi
enam bagian yaitu:
I.
Supordinatif
yen,
yening berarti ' kalau '
apang,
apanga berarti ' supaya '
sambil,
sambilanga berarti ' sambil '
ane,
sane berarti ' yang '
kerane
berarti ' karena '
dalam
kalimat :
'
yen (lamun, yening) keto baan magae,
kuang melah dadine ' // ' kalau
begutu caranya bekerja, kurang baik hasilnya '.
'
selegan malajah apang dadi anak dueg
' // ' rajinlah belajar supaya
menjadi anak pintar '.
'
i bapa ka uma sambilanga ngalih lakar jukut ' // ' ayah ke sawah sambil mencari
bahan sayuran '.
8
II.
Koordinatif
ajak
(kasar), lan, miwah (alus) berarti ' dan '
utawi
berarti ' atau '
teken berarti ' dengan '
cara
(kasar), pinaka, minakadi,(alus), satmaka, minakadi berarti ' seperti '
tuah
(kasar), wantah (alus), berarti ' hanya '
dalam
kalimat :
'
i meme lan ibapa mabakti ka pura '
// ' ibu dan ayah sembahyang ke pura
'.
'
made Darma lakar malajah nopeng utawi
malajah megambel ' // ' made Darma akan belaja topeng atau menabuh '.
'
pan Gareng ngelah pianak tuah (wantah)
adiri ' // ' pak Gareng punya anak hanya
satu orang '.
III.
Korelatif
sayan
...............sayan............., berarti ' semakin '
nyansan............nyansan.........,
berarti 'semakin '
dapin
...............dapin.............., berarti 'walaupun'
dalam
kalimat :
'
sayan kelih sayan magusang pianak pan Kaler ento ' // ' makin besar semakin
ganteng anak bapak kaler itu '.
'
dapin kene, dapin keto serahang teken ia dogen ' // ' walaupun begini, walapun begitu
terserah padanya saja '.
9
IV.
Preposisi kecaraan (modalitas)
Golongan
ini cukup banyak terdapat dalam BB, contoh
tidong
(dong) berarti ' bukan '
tusing
(sing) berarti ' tidak '
kone
berarti ' katanya, bahwa.
apa
ke berarti ' apakah '
da/de
berarti ' jangan '
yen
berarti ' kalau '
mirib
berarti ' agaknya '
dalam
kalimat :
'
apa ke bapa ane nyemak pipise di
tengah lemarine? ' // ' apakah bapak
yang mengambil uang di dalam almari? '
'
apa ke tidong ento tunanganne? ' // ' apakah bukan itu pacarnya '
'
i Suta tusing nyak melajah ' // '
Suta tidak mau belajar '.
'
kone Made ane ngematiang cicinge
ento ' // ' katanya Made yang
membunuh anjing itu '.
V.
Keaspekan
Dalam BB sedikit sekali ada unsur keaspekan,
contoh :
suba
(kasar), sampun (alus) berarti ' sudah '
sedeng berarti ' sedang '
lakar
(kasar), jagi (alus) berarti ' akan '
10
dalam
kalimat :
'
mare Wayan suba madaar ' // ' tadi
Wayan sudah makan '.
'
i meme sedeng nyakan di paon ' // '
ibu sedang memasak nasi di dapur '.
'
i bapa lakar luas ka Badung ' // '
bapak akan pergi ke Badung '.
VI.
Tata tingkat
Anggota kata ini pun
sedikit terdapat dalam BB , contoh :
kelangkung (alus), berarti '
terlalu '
dalam
kalimat :
'
kelangkung ageng pekayunan idane '
// ' terlalu besar kemauan/keinginan
beliau '.
2)
Post
posisi
Post posisi dalam BB
dapat dibagi lagi ke dalam bagian yang lebih kecil sebagai berikut :
I.
Penegas
Contoh :
ja berarti ' lah
ke berarti ' kah '
ko berarti ' kah '
sih berarti ' kah '
dalam
kalimat :
'
kemu ja malu kesep ' // ' ke sanalah sebentar '.
'
apa ke (ko, sih) ane gae ento? ' // ' apakah yang dibuat itu/ '.
11
II.
Postposisi tingkat
Contoh :
gati (kasar) berarti '
sekali '
pesan (kasar) berarti '
sekali '
banget (alus) berarti 'sekali '
dalam
kalimat :
'
jegeg gati (pesan, banget) legonge
ento ' // ' cantik sekali penari
legong itu '.
III.
Golongan postposisi
Contoh :
masih (kasar) berarti '
juga '
taler (alus) berarti '
juga '
dogen (kasar) berarti '
saja '
malih (alus) berarti ' lagi '
dalam
kalimat :
' i Made masi(h)
milu mabalih ' // ' Made juga ikut
menonton '.
'
i meme dogen ane tusing milu
mabalih' // ' Ibu saja yang tidak
ikut menonton '.
'
benjang malih (buin) melancaran meriki ' // ' besok lagi lancong kesini '.
4.Kata dasar
yang mempunyai bentuk seakan-akan kelihatannya sebagai kata ulang, akan tetapi
sebenarnya tidak berulang jika dipandang dari sudut sinkronis. Dalam tata
bahasa Bali tradisionil kata dasar yang demikian digolongkan ke dalam kata
ulang atau " kruna dwi lingga " yang disebut " kruna dwi maya
lingga ". Dalam Bahasa Indonesia disebut kata ulang semu (St. Takdir
Alisyahbana, 1968,58). Mengenai bentuk semacam itu di sini digolongkan kata
dasar karena bagian atau unsur yang seakan-akan membentuk kata ulang itu tidak
bisa berdiri sendiri dan tidak mengandung arti. Unsur yang merupakan bagian
dari perulangan itu sama sekali tidak berfungsi dalam proses morfologis dan
tidak merupakan linguistik.
12
Misalnya
bentuk kata sebagai berikut: ' buit-buit ' / ' nama jenis siput ', '
dangap-dangap ' / ' cecak terbang ', ' pici-pici ' / ' nama jenis siput air
tawar ', ' kunang-kunang ', ' kupu-kupu' merupakan bentuk yang seakan-akan
terbentuk dari perulangan unsur ' buit ', ' dangap ', ' pici ', ' kunang ', dan
' kupu '. Kata dasar yang demikian itu dalam BB tidaklah begitu banyak
jumlahnya. Dalam BB kata-kata itu untuk selanjutnya disebut kata ulang semu.
Contoh
:
' ali-ali ' berarti ' cincin '
' ari-ari ' berarti ' tembuni '
' ilen-ilen' berarti ' tontonan,
pertunjukan '
13
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Kata
dasar dalam BB secara umum disebut " kruna lingga " dalam tata bahasa
Bali tradisionil. Jadi kata dasar adalah kata yang belum mengalami proses
pengimbuhan, persengauan, perulangan, atau dijadikan kata majemuk.
2. Macam-macam
kata dasar ada empat macam yaitu Kata dasar yang dapat berdiri sendiri dalam
bentuk hubungan kalimat dan sering disebut bentuk bebas. Kata dasar yang tidak
dapat berdiri sendiri dan selalu memerlukan bantuan imbuhan, nasalisasi,
pengulangan, dan kemajemukan. Kata dasar yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
hubungan kalimat, dan yang terakhir Kata dasar yang seakan-akan merupakan
bentuk kata ulang atau " kruna dwi maya lingga ".
3.2 Saran
1. Dengan
dibuatnya paper ini para pembaca diharapkan bisa mengetahui dan memahami apa
itu kata dasar dan macam-macam kata dasar.
2. Dengan
dibuatnya paper ini diharapkan para mahasiswa memahami lebih banyak pelajaran
yang berhubungan dengan morfologi Bahasa Bali khususnya tentang kata dasar dan
jeis-jenisnya.
14
DAFTAR
PUSTAKA
Udayana Universitas
Fakultas Satra, 1977. Morfologi Bahasa
Bali. Denpasar. Halaman 22-36.
Suksma bli, sngat mmbantu niki blognya..
BalasHapusyap sama".... moga selalu bermanfaat... mohon like juga n kunjungi terus blog ini ya
HapusTerima kasih infonya mas , jadi bisa tahu-tahu sedikit bahasa bali .. Hahaha..
BalasHapus• Top Skor Liga 1 Indonesia
• Jadwal Bola Malam Ini
• Sabung Ayam
#s128 #s1288 #SabungAyam #daftars128 #liga1indonesia #jadwalbolamalamini
Artikel di bawah ini berkaitan dengan artikel diatas ...
BalasHapusAyam saat ini merupakan suatu hobi yang sudah sangat tidak asing lagi dari sejak dulu dan bukan hanya di indonesia saja akan tetapi hingga di berbagai negara di dunia, Baik itu Ayam aduan, Ayan Hias Ataupun Ayam lainnya, selain menjadi hobi kini ayam juga menjadi peluang bisnis yang sangat menarik, karena peminatnya yang setiap hari bertambah dan semakin banyak. Baca selengkapnya klik link ini : https://pemainayam.net/cara-melatih-ayam-agar-kuat-dan-bringas-saat-bertarung/