TOKOH, PRINSIP DASAR, DAN
IMPLEMEMTASI DARI TEORI KONSTRUKTIVISME, HUMANISME, DAN KECERDASAN GANDA DALAM
PEMBELAJARAN
I.
TEORI
KONSTRUKTIVISME
Ø Pengertian
Konstruktivisme
1. Konstruksi
berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
2. Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang tebatas.
3. Konstruktivisme
adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin
belajar dan mencari kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teoti
Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
A.
Tokoh
yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky.
Yang
mendefinisikan Teori Konstruktivisme sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan himpunan dan
pembinaanpengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Ø Pendekatan
Konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar
aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam
konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya
membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran yang baru.
4. Unsur
terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah
ada.
5. Ketidakseimbangan
merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila
seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tridak konsisten dengan
pengetahuan ilmiah.
6. Bahan
pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar
untuk menarik minat belajar.
Ø Pandangan Tentang Teori
Belajar Konstruktivisme
Menurut:
1.
Ruseffendi
(1998: 132)
Salah
satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget yang merupakan bagian
dari teori kognitif juga.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak
untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir
hingga dewasa.
2.
Dahar
(1989: 159)
Menegaskan
bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator.
3.
Jean
piaget
mengemukakan
bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan
melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap
suatu materi yang disampaikkan. Bahkan perkembangan kognitif anak bergantung
pada seberapa jauh mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
4.
Susan,
Marilyn, dan Tony (1995: 222)
Berkaitan
dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut konstruktivisme, Bell dan Driver mengajukan
karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa
tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan.
b. Belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
c. Pengetahuan
bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara optimal.
d. Pembelajaran
bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
e. Kurikulum
bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkar pembelajaran, materi, dan
sumber.
5.
Poedjiadi
(1999: 62)
Konstruktivisme
sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah
belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun
fisik. Penemuan atau discovery dalam
belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.
Ø Pembelajaran Menurut
Teori Belajar Konstruktivisme
Seperti
telah dikemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan
seperti botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan
sesuai dengan kehendak guru.
Menurut:
1.
Tasker
(1992: 30)
Mengemukakan
ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut:
a. Peran
aktif siswa dalam menkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b. Pentingnya
membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
c. Mengaitkan
antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2.
Wheatley
(1991: 12)
Wheatley
mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pempelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
a. Pengetahuan
tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa.
b. Fungsi
kognitif adaptip dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang
dimiliki anak.
3.
Hudoyo
(1990: 4)
Secara
spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu
bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena
itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu
dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
4.
Hanbury
(1996: 3)
Mengemukakan
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
a. Siswa
mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c. Strategi
siswa lebih bernilai.
d. Siswa
mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu
pengetahuan dengan temannya.
Ø Dari
beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa
dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi
atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.
Ø Unsur Penting dalam
Lingkungan Pembelajaran Konstruktivism
Berdasarkan
hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap
sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam
lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:
1.
Memperhatikan
dan memanfaatkan pengetahuan siswa.
Kegiatan
pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.
Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan
pengetahuan awal yang telah dimiliki.
2.
Pengalaman
belajar yang autentik dan bermakna.
Segala
kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa
sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan
belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan
melakukan pembelajaran.
3.
Adanya
lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa
diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa
maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja
dalam berbagai konteks sosial.
4.
Adanya
dorongan agar siswa bisa mandiri.
Siswa
didorong untuk bisa bertanggungjawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena
itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur
kegiatan belajarnya.
5.
Adanya
usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
Sains
bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses
dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan
memperkenalkan siswa tentang kehidupan
ilmuwan.
B.
Prinsip-prinsip
Konstruktivisme.
Secara
garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
1. Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3. Murid
aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4. Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar.
5. Menghadapi
masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur
pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mencari
dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Ø Dari
semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu
proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
C.
Implementasi/Penerapan
Teori Konstruktivisme di dalam Pembelajaran.
Sebagai
calon guru Bahasa Bali, kita harus bisa mengimplementasikan teori ini didalam
pembelajaran khususnya di dalam pembelajaran Bahasa Bali dengan jalan:
1. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
2. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi
lebih kreatif dan imajinatif.
3. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
4. Memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
5. Mendorong
siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
6. Menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Ø Selain
hal diatas ada juga strategi-strategi belajar pada teori konstruktivisme
adalah:
a. Top-down
Processing:
siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian
menemukan ketrampilan yang dibutuhkan.
b. Cooperative
Learning:
strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam
menghadapi problem yang dihadapi.
c. Generatif
Learning: strategi yang menekankan pada
integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan
skemata.
D.
Implikasi
Teori Konstruktivisme
Menurut
Poedjiadi (1999: 63) ada tiga
impikasi teori ini yaitu:
1. Tujuan
pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu
atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang dihadapi.
2. Kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan
dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
3. Peserta
didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.
·
Kesimpulan
Jadi
Teori Konstruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Peran Guru dalam
pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau
mediator.
II.
TEORI
HUMANISME
Ø Pengertian Humanisme
·
lebih melihat kejadian yaitu bagaimana
manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
·
Pendidikan yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain efektif, dimana emosi adalah karakteristik yang sangat
kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.
A.
Tokoh
yang berpendapat tetang Teori Humanisme.
1.
Abraham
Maslow
Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarkis. Menurutnya, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, adapun hirarki kebutuhantersebut adalah:
a. Kebutuhan
aktualisasi diri.
b. Kebutuhan
untuk dihargai.
c. Kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi.
d. Kebutuhan
akan rasa tentram dan aman.
e. Kebutuhan
fisiologis dasar.
2.
Arthur
Combs
·
Mengemukakan bahwa guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau yang tidak relevan dengan kehidupan
siswa.
·
Guru harus memahami perilaku siswa
dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin
merubah prilaku siswa, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan
siswa yang telah ada.
·
Combs memberikan lukisan persepsi diri
dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat
pada satu yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar.
3.
Carl
Roger
·
Carl Roger adalah seorang psikolog
humanisme yang menekankan perlunya sikap saling menghargai tanpa ada prasangka
dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
·
Menurut Roger yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran .
B.
Prinsip
Dasar dari Teori Humanisme.
Menurut
Gage dan Berliner, prinsip dasar dari pendekatan Humanisme untuk
mengembangkan pendidikan adalah:
·
Murid akan belajar dengan baik tentang
apa yang mereka mau dan apa yang perlu diketahui. Mengetahui bagaimana cara
belajar lebih penting dari pada membutuhkan banyak pengetahuan. Evaluasi diri
adalah salah satu evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid. Disini perasaan
sama pentingnya dengan kenyataan, murid akan belajar dengan lebih baik dalam
lingkungan yang tidak mengancam dirinya.
C.
Implementasi/Penerapan
Teori Humanisme di dalam Pembelajaran.
Sebagi
calon guru Bahasa Bali kita harus bisa mengimplementasikan atau menerapkan
teori humanisme didalam pembelajaran dengan cara:
·
Sebagai guru kita harus bisa mengarahkan
siswa untuk berfikir indukatif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini bisa diterapkan
melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok.
·
Sebagai seorang guru kita juga bisa
menerapkan teori humanisme pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
D.
Implikasi
Teori Belajar Humanisme.
Psikologi
Humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berbagai cara untuk
memberikan kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator antara lain:
1. Fasilitstor/guru sebaiknya memberikan perhatian kepada
penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atu pengalaman kelas.
2. Fasilitator/guru
harus bisa membantu siswa untuk memperoleh dan memperjelas tujuan perorangan
maupun kelompok.
3. Guru
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan
-tujuan yang bermakna bagi dirinya.
4. Guru
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar.
5. Guru
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel.
6. Guru
menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas.
7. Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, Guru berangsur-angsur dapat berperan sebagai
seorang siswa yang turut berpartisipasi.
8. Guru
harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalan dan kuat selama belajar.
·
Kesimpulan.
Teori Humanisme merupakan konsep konsep
belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan keprimadian manusia. Berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya
dan mengembangkan kemampuan tersebut.Teori ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifst pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap. dan analisis terhadap fenomena sosial.
III.
TEORI
KECERDASAN GANDA.
Teori ini bisa diterapkan di Sekolah
atau di rumah, dan memungkinkan guru dan orang tua untuk merancang kegiatan
harian siswa dan anak-anak mereka dengan menerapkan seluruh potensi anak.
Mulailah dengan mengidentifikasi dan mengenal bakat, minat dan kecenderungan
anak dalam belajar (gaya belajar) dan menetapkan cara untuk mengembangkannya
Setiap individu memiliki karakter yang
berbeda-beda, pembelajaran hendaknya dipandang sebagai makhluk yang unik yang
membutuhkan perlakuan yang sama. Guru dan orang tua harus menghindari setiap
upaya generalisasi terhadap siswa dan anak dengan alasan efektivitas. Alasan
ini sangat mengganggu kenyamanan anak dalam menggunakan cara atau metode yang
mereka anggap lebih disukai.
A.
Tokoh
yang mengemukakan tentang Teori Kecerdasan Ganda.
Teori
Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence)
yang dikemukakan oleh Howard Gardner
(1983) seorang Profesor psikologi dari Harvard
University mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis
kecerdasan dasar yaitu: Kecerdasan bahasa, Matematis Logis, Spasial, Kinestetis
Jasmani, Musikal, Inter Personal, dan Intra Personal. Terakhir ia menambahkan
satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan Naturalis.
1. Kecerdasan
Bahasa
Kecerdasan
bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Orang-orang yang memiliki kecerdasan
bahasa yaitu: Pengarang, Penyair, Wartawan, Pembicara, dan Pembaca berita.
2. Kecerdasan
Matematis/Logis
Kecerdasan
ini memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, perhitungan atau
kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi
matematis yang kompleks. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Ilmuwan,
Akuntan, Insinyur, dam pemrogram komputer.
3. Kecerdasan
Spasial
Kecerdasan
ini memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal
maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Pelaut, Pilot, Pematung,
Pelukis, dan Arsitek.
4. Kecerdasan
Kinestetik Jasmani/Tubuh
Kecerdasan
ini memungkinkan seseorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas
fisik. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Atlit, Penari, Ahli
bedah, dan Pengrajin.
5. Kecerdasan
Musikal
Kecerdasan
ini dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Komposer, Konduktor, Musisi,
dan orang-orang yang sensitif terhadap unsur suara.
6. Kecerdasan
Interpersonal.
Kecerdasan
ini adalah kapasitas yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami dan dapat
melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Orang-orang yang memiliki
kecerdasan ini yaitu: Guru yang sukses, Pekerja sosial, dan Politisi.
7. Kecerdasan
Intrapersonal.
Kecerdasan
ini diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana
dan mengarahkan orang lain.
8. Kecerdasan
Naturalis
Kecerdasan
ini mengenai tentang keahlian mengkatagorikan spesies-flora dan fauna di
lingkungannya. Para pencinta alam adalah contoh orang yang tergolong sebagai
orang yang memiliki kecerdasan ini.
TABEL.
Kecenderungan dan Metode Belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Kecerdasan Ganda.
Jenis Kecerdasan
|
Kecenderungan/Kegemaran
|
Metode Belajar
|
|
1.
Bahasa/Verbal
|
Gemar:
-
Membaca
-
Menulis
-
Berbicara
-
Bermain kata
|
-
Membaca
-
Menulis
-
Mendengarkan
|
|
2.
Matematis Logis
|
Gemar:
-
Bereksperimen
-
Tanya jawab
-
Menjawab teka-teki
|
-
Berhitung
-
Aplikasi rumus
-
Eksperimen
|
|
3.
Spasial
|
Gemar:
-
Mendesain
-
Menggambar
-
Berimajinasi
-
Membuat sketsa
|
-
Observasi
-
Menggambar
-
Mewarnai
-
membuat peta
|
|
4.
Kinestetik Jasmani/Tubuh
|
Gemar:
-
Menari
-
Berlari
-
Melompat
-
Meraba memberi isyarat
|
-
Membangun
-
Mempraktekan
-
Menari
-
Ekspresi
|
|
5.
Musikal
|
Gemar:
-
Bernyanyi
-
Bersiul
-
Bersenandung
|
-
Menyanyi
-
Menghayati lagu
-
Memainkan Instrumen musik
|
|
6.
Interpersonal
|
Gemar:
-
Memimpin
-
Berorganisasi
-
Bergaul
-
Menjadi Mediator
|
-
Kerjasama dan interaksi dengan
orang lain
|
|
7.
Intrapersonal
|
Gemar:
-
Menyusun tujuan
-
Meditasi
-
Imajinasi
-
Membuat rencana
-
Merenung
|
-
Berfikir filosofis
-
Analitis
-
Berfikir reflektif
|
|
8.
Naturalis
|
Gemar:
-
Bermain dgn flora dan fauna
-
Mengamati alam
-
Menjaga lingkungan
|
-
Observasi alan dan
mengidenrtifikasi karakteristik flora dan fauna
|
|
B.
Prinsip
Dasar Teori Kecerdasan Ganda
Prinsip
yang perlu dipahami tentang aplikasi dari teori ini adalah:
1. Setiap
orang memiliki delapan kecerdasan. Teori kecerdasan majemuk bukan alat untuk
menetapkan satu kecerdasan yang sesuai dengan potensi seseorang.
2. Teori
ini lebih menjelaskan fungsi kognitif yang menyatakan bahwa seseorang memilih
kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut dan berjalan secara bersamaan
dengan cara yang berbeda pada setiap orang.
3. Kecerdasan
umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Kedelapan kecerdasan
selalu berinteraksi satu sama lain.
4. Ada
banyak cara untuk meningkatkan kecerdasan dalam setiap katagori.Tidak ada atribut
standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam katagori
tertentu.
5. Kecerdasan
majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam satu
kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
C.
Implementasi/Penerapan
Teori Kecerdasan Ganda di dalam Pembelajaran.
Implementasi
teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut:
·
Orang tua murid
·
Guru
·
Kurikulum dan fasilitas
·
Sistem penilaian
Ø Orang
tua sebagai salah satu komponen masyarakat perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil.
Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memberikan sedikit
kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin
dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Ø Guru
memegang peran yang sanat penting dalam implementasi kecerdasan ganda. Agar
bisa mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa.
2. Kemampuan
mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proposional.
Ø Setelah
mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah-langkah berikutnya
adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong
(2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu:
·
30 % pembelajaran langsung.
·
30 % belajar kooperatif.
·
30 % belajar independen.
Ø Sistem
penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
berbeda dengan sistem penilaian yang digunakan pada sekolah konvensional.
Metode penilaian yang cocok digunakan dengan sistem teori kecerdasan ganda
adalah penilaian portopolio. Sistem penilaian portopolio menekankan pada
perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah
keterampilan atau pengetahuan.
D.
Implikasi
Teori Kecerdasan Ganda.
Ø Implikasi
pada teori ini adalah bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tetapi harus lebih berperan
sebagai manajer kegiatan pembelajaran.
Ø Sekolah
perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Ø Sekolah
yang menerapkan teori ini perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru
yang berkualitas. Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan,
serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda. Contoh: peralatan musik, peralatan olah raga, dan media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
·
Kesimpulan.
Jadi
setiap individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi
kompetensi. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu menjadi kompetensi, dan pada
dasarnya manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang menonjol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar