Rabu, 06 Juni 2012

TOKOH, PRINSIP DASAR, DAN IMPLEMEMTASI DARI TEORI KONSTRUKTIVISME, HUMANISME, DAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN


TOKOH, PRINSIP DASAR, DAN IMPLEMEMTASI DARI TEORI KONSTRUKTIVISME, HUMANISME, DAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN

I.                  TEORI KONSTRUKTIVISME
Ø  Pengertian Konstruktivisme
1.      Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
2.      Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.
3.      Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teoti Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. 
A.    Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky.
Yang mendefinisikan Teori Konstruktivisme sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan himpunan dan pembinaanpengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Ø  Pendekatan Konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1.      Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2.      Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3.      Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran yang baru.
4.      Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.      Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tridak konsisten dengan pengetahuan ilmiah.
6.      Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat belajar.

Ø  Pandangan Tentang Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut:
1.      Ruseffendi (1998: 132)
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget  yang merupakan bagian dari teori kognitif juga.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
2.      Dahar (1989: 159)
Menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator.
3.      Jean piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikkan. Bahkan perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
4.      Susan, Marilyn, dan Tony (1995: 222)
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut konstruktivisme, Bell dan Driver  mengajukan karakteristik sebagai berikut:
a.       Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan.
b.      Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
c.       Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara optimal.
d.      Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
e.       Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkar pembelajaran, materi, dan sumber.
5.      Poedjiadi (1999: 62)
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.

Ø  Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Seperti telah dikemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan seperti botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Menurut:
1.      Tasker (1992: 30)
Mengemukakan ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut:
a.       Peran aktif siswa dalam menkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b.      Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
c.       Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2.      Wheatley (1991: 12)
Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pempelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
a.       Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
b.      Fungsi kognitif adaptip dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
3.      Hudoyo (1990: 4)
Secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
4.      Hanbury (1996: 3)
Mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
a.       Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c.       Strategi siswa lebih bernilai.
d.      Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Ø  Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Ø  Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivism
Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:
1.      Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan siswa.
Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimiliki.
2.      Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran.
3.      Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.
4.      Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri.
Siswa didorong untuk bisa bertanggungjawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
5.      Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang  kehidupan ilmuwan.

B.     Prinsip-prinsip Konstruktivisme.
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.      Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
5.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.      Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7.      Mencari dan menilai pendapat siswa.
8.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Ø  Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

C.    Implementasi/Penerapan Teori Konstruktivisme di dalam Pembelajaran.
Sebagai calon guru Bahasa Bali, kita harus bisa mengimplementasikan teori ini didalam pembelajaran khususnya di dalam pembelajaran Bahasa Bali dengan jalan:
1.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
2.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
4.      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
5.      Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
6.      Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ø  Selain hal diatas ada juga strategi-strategi belajar pada teori konstruktivisme adalah:
a.       Top-down Processing: siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan.
b.      Cooperative Learning: strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi.
c.       Generatif Learning: strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.

D.     Implikasi Teori Konstruktivisme
Menurut Poedjiadi (1999: 63) ada tiga impikasi teori ini yaitu:
1.      Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2.      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
3.      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

·         Kesimpulan
Jadi Teori Konstruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Peran Guru dalam pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau mediator.

II.                TEORI HUMANISME
Ø  Pengertian Humanisme
·         lebih melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
·         Pendidikan yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain efektif, dimana emosi adalah karakteristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.

A.    Tokoh yang berpendapat tetang Teori Humanisme.
1.      Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Menurutnya, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, adapun hirarki kebutuhantersebut adalah:
a.       Kebutuhan aktualisasi diri.
b.      Kebutuhan untuk dihargai.
c.       Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi.
d.      Kebutuhan akan rasa tentram dan aman.
e.       Kebutuhan fisiologis dasar.
2.      Arthur Combs
·         Mengemukakan bahwa guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau yang tidak relevan dengan kehidupan siswa.
·         Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah prilaku siswa, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang telah ada.
·         Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar.
3.      Carl Roger
·         Carl Roger adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan perlunya sikap saling menghargai tanpa ada prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
·         Menurut Roger yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran .

B.      Prinsip Dasar dari Teori Humanisme.
Menurut Gage dan Berliner, prinsip dasar dari pendekatan Humanisme untuk mengembangkan pendidikan adalah:
·         Murid akan belajar dengan baik tentang apa yang mereka mau dan apa yang perlu diketahui. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting dari pada membutuhkan banyak pengetahuan. Evaluasi diri adalah salah satu evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid. Disini perasaan sama pentingnya dengan kenyataan, murid akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam dirinya.

C.     Implementasi/Penerapan Teori Humanisme di dalam Pembelajaran.
Sebagi calon guru Bahasa Bali kita harus bisa mengimplementasikan atau menerapkan teori humanisme didalam pembelajaran dengan cara:
·         Sebagai guru kita harus bisa mengarahkan siswa untuk berfikir indukatif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini bisa diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok.
·         Sebagai seorang guru kita juga bisa menerapkan teori humanisme pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.

D.    Implikasi Teori Belajar Humanisme.
Psikologi Humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berbagai cara untuk memberikan kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator antara lain:
1.      Fasilitstor/guru  sebaiknya memberikan perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atu pengalaman kelas.
2.      Fasilitator/guru harus bisa membantu siswa untuk memperoleh dan memperjelas tujuan perorangan maupun kelompok.
3.      Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan -tujuan yang bermakna bagi dirinya.
4.      Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar.
5.      Guru menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel.
6.      Guru menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas.
7.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, Guru berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi.
8.      Guru harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalan dan kuat selama belajar.

·         Kesimpulan.
Teori Humanisme merupakan konsep konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan keprimadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.Teori ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifst pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap. dan analisis terhadap fenomena sosial.

III.             TEORI KECERDASAN GANDA.
Teori ini bisa diterapkan di Sekolah atau di rumah, dan memungkinkan guru dan orang tua untuk merancang kegiatan harian siswa dan anak-anak mereka dengan menerapkan seluruh potensi anak. Mulailah dengan mengidentifikasi dan mengenal bakat, minat dan kecenderungan anak dalam belajar (gaya belajar) dan menetapkan cara untuk mengembangkannya
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda, pembelajaran hendaknya dipandang sebagai makhluk yang unik yang membutuhkan perlakuan yang sama. Guru dan orang tua harus menghindari setiap upaya generalisasi terhadap siswa dan anak dengan alasan efektivitas. Alasan ini sangat mengganggu kenyamanan anak dalam menggunakan cara atau metode yang mereka anggap lebih disukai.
A.    Tokoh yang mengemukakan tentang Teori Kecerdasan Ganda.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner (1983) seorang Profesor psikologi dari Harvard University mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu: Kecerdasan bahasa, Matematis Logis, Spasial, Kinestetis Jasmani, Musikal, Inter Personal, dan Intra Personal. Terakhir ia menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan Naturalis.

1.      Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu: Pengarang, Penyair, Wartawan, Pembicara, dan Pembaca berita.
2.      Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan ini memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, perhitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Ilmuwan, Akuntan, Insinyur, dam pemrogram komputer.
3.      Kecerdasan Spasial
Kecerdasan ini memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Pelaut, Pilot, Pematung, Pelukis, dan Arsitek.
4.      Kecerdasan Kinestetik Jasmani/Tubuh
Kecerdasan ini memungkinkan seseorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Atlit, Penari, Ahli bedah, dan Pengrajin.
5.      Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Komposer, Konduktor, Musisi, dan orang-orang yang sensitif terhadap unsur suara.
6.      Kecerdasan Interpersonal.
Kecerdasan ini adalah kapasitas yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu: Guru yang sukses, Pekerja sosial, dan Politisi.
7.      Kecerdasan Intrapersonal.
Kecerdasan ini diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.
8.      Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini mengenai tentang keahlian mengkatagorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pencinta alam adalah contoh orang yang tergolong sebagai orang yang memiliki kecerdasan ini.

TABEL. Kecenderungan dan Metode Belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan Kecerdasan Ganda.
Jenis Kecerdasan
Kecenderungan/Kegemaran
Metode Belajar
1.      Bahasa/Verbal
Gemar:
-          Membaca
-          Menulis
-          Berbicara
-          Bermain kata
-          Membaca
-          Menulis
-          Mendengarkan
2.      Matematis Logis
Gemar:
-          Bereksperimen
-          Tanya jawab
-          Menjawab teka-teki
-          Berhitung
-          Aplikasi rumus
-          Eksperimen
3.      Spasial
Gemar:
-          Mendesain
-          Menggambar
-          Berimajinasi
-          Membuat sketsa
-          Observasi
-          Menggambar
-          Mewarnai
-          membuat peta

4.      Kinestetik Jasmani/Tubuh
Gemar:
-          Menari
-          Berlari
-          Melompat
-          Meraba memberi isyarat
-          Membangun
-          Mempraktekan
-          Menari
-          Ekspresi
5.      Musikal
Gemar:
-          Bernyanyi
-          Bersiul
-          Bersenandung
-          Menyanyi
-          Menghayati lagu
-          Memainkan Instrumen musik
6.      Interpersonal
Gemar:
-          Memimpin
-          Berorganisasi
-          Bergaul
-          Menjadi Mediator
-          Kerjasama dan interaksi dengan orang lain
7.      Intrapersonal
Gemar:
-          Menyusun tujuan
-          Meditasi
-          Imajinasi
-          Membuat rencana
-          Merenung
-          Berfikir filosofis
-          Analitis
-          Berfikir reflektif
8.      Naturalis
Gemar:
-          Bermain dgn flora dan fauna
-          Mengamati alam
-          Menjaga lingkungan
-          Observasi alan dan mengidenrtifikasi karakteristik flora dan fauna





B.     Prinsip Dasar Teori Kecerdasan Ganda
Prinsip yang perlu dipahami tentang aplikasi dari teori ini adalah:
1.      Setiap orang memiliki delapan kecerdasan. Teori kecerdasan majemuk bukan alat untuk menetapkan satu kecerdasan yang sesuai dengan potensi seseorang.
2.      Teori ini lebih menjelaskan fungsi kognitif yang menyatakan bahwa seseorang memilih kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut dan berjalan secara bersamaan dengan cara yang berbeda pada setiap orang.
3.      Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Kedelapan kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.
4.      Ada banyak cara untuk meningkatkan kecerdasan dalam setiap katagori.Tidak ada atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam katagori tertentu.
5.      Kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.

C.      Implementasi/Penerapan Teori Kecerdasan Ganda di dalam Pembelajaran.
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut:
·         Orang tua murid
·         Guru
·         Kurikulum dan fasilitas
·         Sistem penilaian
Ø  Orang tua sebagai salah satu komponen masyarakat perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Ø  Guru memegang peran yang sanat penting dalam implementasi kecerdasan ganda. Agar bisa mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa.
2.      Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proposional.
Ø  Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah-langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu:
·         30 % pembelajaran langsung.
·         30 % belajar kooperatif.
·         30 % belajar independen.
Ø  Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunakan pada sekolah konvensional. Metode penilaian yang cocok digunakan dengan sistem teori kecerdasan ganda adalah penilaian portopolio. Sistem penilaian portopolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.

D.    Implikasi Teori Kecerdasan Ganda.
Ø  Implikasi pada teori ini adalah bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tetapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran.
Ø  Sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Ø  Sekolah yang menerapkan teori ini perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan, serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh: peralatan musik, peralatan olah raga, dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.

·         Kesimpulan.
Jadi setiap individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan  potensi individu menjadi kompetensi, dan pada dasarnya manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang menonjol. 






   

















Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar