BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Interferensi
dan integrasi merupakan dua topik dalam sosiolinguistik yang terjadi akibat
adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang
multilingual. Dalam peristiwa interferensi juga digunakannya unsur-unsur bahasa
lain dalam menggunakan suatu bahasa yang dianggap suatu kesalahan karena
menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan. Sedangkan integrasi adalah
unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah
menjadi warga bahsa tersebut.
Maka
dari itu saya akan menjelaskan lebih lanjur hubungan interferensi dan
integrasi.
1.2 RUMUSAM MASALAH
a. Apakah
penyimpangan dari interferensi merugikan atau menguntungkan bagi para penutur
resepien?, dan mungkin interferensi tidak akan terjadi pada penutur bilingual
yang mempunyai kemampuan berbahasa sejajar, dan dapat terjadi pada para penutur
yang berbahasa majemuk.
b. Bagaimanakah
Perkembangan rumusan interferensi menurut para pakar sosiolinguistik?
c. Bagaimana
batasan konsep interferensi dan campur kode secara kuantitatif, dan batas
antara peristiwa interferensi da peristiwa integrasi?
d. Bagaimana
pendapat Haryono tentang percakapan bahasa Indonesia yang menggunakan serpihan
bahasa Cina?
e. Apa
saja kemungkinan yang dialami oleh bahasa resepien akibat adanya peristiwa
interferensi dan integrasi?
1.3 TUJUAN
a. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik yang diberikan oleh dosen, dan agar
pembaca memahami tentang interferensi dan integrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyimpangan interferensi yang
menguntungkan atau merugikan bagi bahasa resepien dan interferensi tidak
terjadi pada para penutur bahasa yang sejajar dan bisa terjadi pada penutur
bahasa yang majemuk.
Disini
bahasa resepien adalah bahasa yang menerima atau penyerap. Dikatakan menguntungkan
bagi bahasa resepien karena, bahasa resepien tidak mengalami pengaruh apa-apa
yang sifatnya mengubah system apabila tidak ada kemungkinan untuk mengadakan pembaruan
atau pengembangan di dalam bahasa resepien.
Dikatakan merugikan bagi bahasa resepien
karena, bahasa resepien mengalami perubahan system baik pada subsistem
fonologi, morfologo, maupun sintaksis. Misalnya dalam bahasa Indonesia yang
sedang berkembang banyak terjadinya perubahan akibat peristiwa interferensi dan
integrasi.
Interferensi tidak terjadi pada
penutur bahasa yang sejajar karena penutur yang bilingual yang mempunyai
kemampuan terhadap B1 dan B2 sama baiknya, tentu tidak akan mengalami kesulitan
untuk menggunakan bahasa itu kapan saja diperlukan. Karena tindak laku kedua
bahasa itu terpisah dan bekerla sendiri-sendiri. Sedangkan interferensi dapat
terjadi pada penutur bahasa yang majemuk karena, kemampuan terhadap B2-nya jauh
lebih rendah atau tidak sama terhadap B1-nya, maka dari itu penutur yang
mempunyai kemampuan majemuk biasanya kesulitan menggunakan B2-nya, karena
akan dipengaruhi oleh B1-nya.
2.2 Perkembangan
rumusan interferensi menurut para pakar sosiolinguistik.
Menurut Weinreich (1953), Interferensi
pertama kali digunakan untuk menyebut adanya perubahan system suatu bahasa
sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa
lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Menurut Hockett (1958), mengatakan
bahwa interferensi merupakan suatu gejala terbesar, terpenting, dan paling
dominan dalam bahasa. Dimana kontribusi terutama dari interferensi itu adalah
dalam bidang kosakata. Bahasa-bahasa yang mempunyai latar belakang sosial
budaya dan pemakaian yang luas, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab, dan
kedua bahasa ini memiliki kosakata yang relative sangat banyak, dan akan banyak
memberi kontribusi kosa kata terhadap bahasa –bahasa yang berkembang dan yang
mempunyai kontak dengan kedua bahasa tersebut.
Dalam proses ini bahasa yang memberi
dan mempengaruhi itu disebut bahasa sumber atau bahasa donor , dan bahasa yang menerima disebut bahasa penyerap
atau bahasa resepien.
Menurut
Soewito (1983:59), Interferensi dalam bahasa Indonesiadan bahasa-bahasa
Nusantara berlaku bolak-balik, artinya unsur bahasa daerah bisa memasuki bahasa
Indonesia dan bahsa Indonesia banyak memasuki bahasa-bahasa daerah. Tetapi
dengan bahasa asing, bahasa Indinesia hanya menjadi penerima dan tidak pernah
menjadi pemberi.
2.3 Batasan antara konsep interferensi dan
campur kode secara kuantitatif, dan batas antara peristiwa interfernsi dan
integrasi.
Batasan
antara konsep interferensi dan campur kode adalah dimana campur kode adalah digunakannya serpihan-serpihan
bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang mungkin memang diperlukan.
Mengacu pada digunakannya serpihan bahasa lain dalam menggunakan suatu bahas
tertentu. Sedangkan interferensi mengacu pada digunakannya unsur-unsur bahasa
lain dalam menggunakan suatu bahasa tertentu, sehingga dianggap sebagai suatu
kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.
Batas antara peristiwa interferensi
dan integrasi adalah dimana peristiwa interferensi dipandang sebagai pengacau
karena merusak system suatu bahasa, tetap disisi lain dipandang sebagai suatu
mekanisme yang paling penting dan dominan untuk mengembangkan suatu bahasa yang
masih perlu pengembangan. Sedangkan peristiwa integrasi menurut Mackey (1968),
adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sedah menjadi warga bahasa tersebut. Sehingga tidak dianggap lagi
sebagai unsure pinjaman atau pungutan.
Secara kuantitatif unsure bahasa
lain digunakan di dalam menggunakan suatu bahasa tertentu baik dalam batasan
konsep interferensi maupun konsep campur kode.
2.4 Menurut
Haryono (1990), percakapan yang dilakukan pada buku halaman 133.
Menurut
Haryono, percakapan itu dilakukan dalam bahasa Indonesia, sedangkan bahasa Cina
hanya merupaka serpihan-serpihan yang dimasukkan ke dalammya. Tetapi kalau
diperhatikan, secara kuantitatif unsur bahasa Cina lebih banyak daripada unsur
bahasa Indonesia, bahkan setiap kalimat dimulai dengan klausa bahasa Cina.
2.5
Kemungkinan yang akan terjadi pada pada
bahasa resepien akibat terjadinya peristiwa interferensi dan integrasi.
Kemungkinan
pertama, bahasa resepien tidak mengalami pengaruh apa-apa yang sifatnya
mengubah system apabila tidak ada kemungkinan untuk mengadakan pembaruan atau
pengembangan di dalam bahasa resepien itu.
Kemungkinan
kedua, bahasa resepien mengalami perubahan system, baik pada subsistem
fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, maupun subsistem lainnya.
Dalam subsistem fonologi biasanya terjadi pada pengucapan fonem yang berbeda di
setiap daerah. Dalam subsistem morfologi biasanya terdapat dalam pembentukan
kata dengan afiks (sufiks, infiks, dan prefiks). Dalam subsistem sintaksis biasanya
terjadi dalam pengucapan kalimat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAM
a. Interferensi
bisa menguntungkan bagi bahasa resepien karena tidak mengalami pengaruh apa-apa
yang bisa merubah system bahasa resepien itu dan merugikan jika mengalami
perubahan system baik dari segi fonologi, morfologi maupu sintaksis.
b. Menurut
para pakar sosiolinguistik pada umumnya perkembangan rumusan interferensi adalah
masuknya bahasa lain (B2) yang mempengaruhi bahasa sumber (B1), dimana bisa
terjadinya penutur yang bilingual atau multilingual.
c. Batasan
antara konsep interferensi dan campur kode secara kuantitatif, dan batas antara
peristiwa interfernsi dan integrasi adalah menggunakan unsur bahasa lain
kedalam bahasa tertentu
d. Menurut
Haryono, percakapan itu dilakukan dalam bahasa Indonesia, sedangkan bahasa Cina
hanya merupaka serpihan-serpihan yang dimasukkan ke dalammya.
e. Kemungkinan
yang akan terjadi pada pada bahasa resepien akibat terjadinya peristiwa
interferensi dan integrasi adalah bahasa resepien bisa mengalami perubahan dan
bisa juga tidak mengalami perubahan baik pada system morfologi, fonologi maupun
sintaksis.
3.2 SARAN
a. Dengan dibuatnya paper ini, mahasiswa
di harapkan bisa memahami tentang apa itu Interferensi dan Integrasi.
b. Diharapkan dengan membaca paper ini
para pembaca diharapkan bisa memahami hubungan Interferensi dan Integrasi dengan
bahasa.
yg dapat tugas dari prof. i nyoman budiarta.... pstnya ngambil paper ini
BalasHapus