Rabu, 30 Mei 2012

SRADHA


SRADHA
Agama Hindu adalah agama tertua di dunia. Agama Hindu dengan kitab sucinya Weda yang merupakan wahyu-wahyu suci dipakai pedoman dan pandangan hidup bagi umat Hindu.
Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan jasmani. Dalam pustaka suci Weda disebutkan dengan istilah " Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma " yang artinya, agama atau Dharma itu ialah untuk mencapai Moksa (kebahagiaan rohani) dan Jagadhita (kesejahteraan hidup lahariah).
Untuk mencapai tujuan tersebut, agama Hindu menjabarkan ajarannya menjadi tiga bagian yang sering disebut Tiga Kerangka agama Hindu, atau Tiga Kerangka Dasar agama Hindu. Adapun ketiga bagian kerangka dasar agama Hindu tersebut ialah :
1. Tattwa = Filsafat
2. Susila = Etika
3. Upacara = Ritual
Yang mana ketiga-tiganya itu merupakan tiga serangkai. Berkaitan yang satu dengan yang lainya tidak dapat dipisah-pisahkan. Ketiga-tiganya itu tidak berdiri sendri. Namun ketiganya merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan, misalnya jika filsafat agama saja diketahui tanpa melaksanakan ajaran susila dan upacara tidaklah sempurna. Demikian pula sebaliknya, jika hanya melaksanakan upacara saja tanpa filsafat dan etika.
Ketiga kerangka dasar itu ibaratnya seperti sebuah telur.
- Kuningnya adalah filsafat.
- Putihnya adalah susila agama, dan
- Kulitnya adalah upacara agama.
Adapun Tattwa (filsafat) agama Hindu meliputi lima keyakinan yang disebut "Panca Sradha". Jadi arti dari Panca Sradha adalah lima kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh agama Hindu.

B. Bagian-Bagian Panca Sradha
Panca Sradha berarti lima dasar kepercayaan atau keyakinan umat Hindu. Adapun bagian-bagian dari Panca Sradha adalah:
1.      Percaya terhadap adanya Sang Hyang Widhi (Tuhan / Brahma).
2.      Percaya terhadap adanya Atman (Atma).
3.      Percaya terhadap adanya Karma Phala Karman ).
4.      Percaya terhadap adanya Punarbhawa Samsara ).
5.      Percaya terhadap adanya Moksa ( Bebas dari penjelmaan )

C. Penjelasan Masing-Masing Bagian Panca Sradha
Agama Hindu meyakini bahwa alam semesta ini beserta dengan segala isinya diciptakan oleh Sang Hyang Widhi. Beliau Maha Esa, Maha Kuasa dan berada di mana - mana. Sang Hyang Widhi menciptakan segala yang ada di dunia. Tidak ada benda-benda di dunia ini yang kekal adanya, kecuali Sang Hyang Widhi yang kekal abadi. Sang Hyang Widhi yang kekal, tidak berawal dan tidak berakhir (Anadi dan Ananta), tidak ada yang melahirkan, melainkan selalu ada tetap ada (Nyata). Sang Hyang Widhi menciptakan dan melahirkan dirinya sendiri. Oleh karena itu Sang Hyang Widhi disebut " Swayambhu". Swayam artinya sendiri. Bhu artinya lahir atau menjadi. Jadi Swayambhu artinya melahirkan dirinya sendiri.
Sang Hyang Widhi berada di mana - mana. Beliau bersifat Wyapi - Wyapaka, meresapi segala. Kegaiban wujud Tuhan, sering disebut wujud " Hana tan Hana " yaitu wujud yang ada tetapi tidak ada. Karena kita tidak mampu melihat wujud Tuhan, namun sebenarnya Tuhan itu ada dan tetap ada. Beliau dikatakan bersifat Acintya artinya tidak terjangkau oleh pikian.
Sebutan Sang Hyang Widhi sebagai Tri Murti dalarn ajaran Tri Kona:
a.       Brahma bertugas menciptakan (Utpati).
b.      Wisnu bertugas memelihara (Sthiti).
c.       Siwa bertugas melebur (Pralina).

Sebutan Sang Hyang Widhi sebagai Panca Dewata:
a.    Iswara           :    menguasai arah timur.
b.    Brahma          :    menguasai arah selatan.
c.    Mahadewa    :    menguasai arah barat.
d.   Wisnu            :    menguasai arah utara.
e.    Siwa               :    menguasai arah tengah.
Di dalam pustaka - pustaka suci Weda dan pustaka - pustaka suci lainnya banyak menyebutkan bukti - bukti tentang keesaan Sang Hyang Widhi di antaranya adalah:
1.      Di dalam matram Tri Sandhya disebut :
" Eko Narayanah na Dwityo sti Kascit”.
Artinya :
Hanya satu Tuhan yang disebut Narayana, sama sekali tidak ada duanya.
2.      Di dalam Chandogya Upanisad menyebutkan :
" Ekam Eva A dwityam Brahman.”
Artinya:
Hanya satu ( Ekam Eva ), tidak ada duanya (Adwityam ), Sang Hyang Widhi itu (Brahman)
3.      Di dalam Reg Weda Samhita mneyebutkan :
" Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti, Agnim Yamam, Matriswanan.
Artinya :
Hanya terdapat satu kebenaran yang mutlak, orang bijaksana menyebutkan dengan banyak nama, seperti : Agni, Yama, Matriswan.
4.      Pustaka Sutasoma menyebutkan :
" Bhinneka Tunggai Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.”
Artinya :
Berbeda - beda tetapi tetap satu tidak ada Dharma yang kedua.
Demikianlah Tuhan Yang Maha Esa itu dipuja dalam berbagai manifestasi-Nya.
2. Percaya terhadap adanya Atma
Atman adalah percikan-percikan terkecil dari Paramaatma yang memberikan hidup kepada semua makhluk.
Agama Hindu meyakini bahwa yang menyebabkan benda itu dapat bergerak, tumbuh dan berkembang karena mempunyai roh atau jiwa. Roh atau jiwa menghidupi inilah disebut Atmasiwa.
Badan dengan Atma ini bagaikan kusir dengan kereta. Kusir adalah Atma dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada Atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan untuk penglihatan jika tidak dijiwai oleh Atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh Atma.

Dalam kitab Bhagwadgita disebut sifat - sifat Atma sebagai berikut :
-          Achodya artinya tak terlukai oleh senjata
-          Adahya artinya tak terbakar oleh api
-          Akleda artinya tak terkeringkan oleh angin
-          Acesyah artinya tak terbasahkan oleh air
-          Nitya artinya abadi, kekal
-          Sarwagatah artinya di mana – mana
-          Sthanu artinya berpindah - pindah
-          Acala artinya tak bergerak
-          Sanatana artinya selalu sama
-          Adhyakta artinya tak terlahirkan
-          Achintya artinya tak terpikirkan
-          Awikara artinya tak berjenis kelamin
3. Percaya terhadap Karma Phala
Karmaphala berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Karma dan Phala. Karma berarti perbuatan atau kerja, sedangkan Phala artinya buah atau hasil. Jadi Karma Phala artinya adalah hasil dari segala perbuatan dan kegiatan yang kita lakukan tanpa kecuali, baik secara sadar maupun yang dilaksanakan dengan tidak sadar.
Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha Karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau Asubha Karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.
Jika dilihat dari suclut waktu, Karma Phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
-          Sancita Karma Phala
Adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila Karma kita pada kehidupan yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula (senang, sejahtera, bahagia).
-          Prarabda Karma Phala
Adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala berupa kebahagiaan.
-          Kriyamana Karma Phala
Adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang dan diterima pada kehidupan yang akan clatang, setelah orangnya mengalai proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya.
4. Percaya terhadap Punarbhawa (Samsara)
Punarbhawa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Punaryang berarti kembali dan Bhawa berarti lahir, sehingga Punarbhawa berarti lahir kembali atau lahir berulang - ulang. Punarbhawa itu terjadi karena Atman atau jiwa manusia masih diliputi oleh kemauan yang berhubungan dengan keduniawian.
Kita telah mengetahui bahwaAtman itu tidak bisa mati. la tetap hidup kekal abadi, yang mati dan hancur adalah badan jasmani. Dalam pustaka suci dikatakan, bahwa orang yang meninggal itu sesungguhnya sama seperti orang yang ganti baju. Kita akan membuka pakaian kita yang kotor itu kemudian kita pakai atau ganti dengan pakaian yang barn dan bersih.
Demikian terus teriadi, terjadi berulang-ulang selama belum mencapai Moksa.
5.        Percaya terhadap Adanya Moksa
Moksa adalah tujuan akhir daripada umat beragama Hindu. Kata Moksa ini berasal dari kata muc (bahasa Sansekerta) yang berarti membebaskan, mengeluarkan atau melepaskan. Dari urat kata ini kemudian menjadi mukta / Moksa yang berarti kelepasan atau kebebasan.
Moksa juga disebut Mukti, Nirwana atau Nirbana yang berarti kebebasan atau kemerdekaan. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah kebebasan atau kemerdekaan atau terlepasnya Atman dari ikatan Karma, kelahiran, kematian, dan penderitaan keduniawian.
Moksa sangat sulit dicapai, mengapa demikian ? Karena Moksa itu tercapai bile Atma kite telah lepas dari sutra dan duke, lepas dari pengaruh duniawi. Sedangkan Atma yang masih dibelenggu sifat duniawi tidak bisa menuju ke asalnya, ibarat air yang ada dalam botol itu tidak dapat mengalir menuju sungai dan laut, karena dibelenggu oleh botol yang sangat tebal. Selama air itu berada dalam botol selama itu pule die tidak dapat kembali kepada asalnya.
Dalam kaftan penyatuan antara Atman dengan Brahman ( Sang Hang Widhi ), maka dapat dibedakan 3 jenis, yakni :
a.       Moksa artinya bersatunyaAtman dengan Paramatman ( Sang Hyang Widhi ) dengan meninggalkan badan wadag (Sthula Sarira )
b.      Adi Moksa artinya mencapai penyatuan dengan membakar badan wadagnya yang telah rusak dengan api suci Yoganya. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi yang berhasil membangkitkan api rahasia dalam tubuhnya.
c.       Parama Moksa yaitu Moksa yang tertinggi, dimana para Yogi dapat menguraikan tubuhnya dan mengembalikan ke sumber asalnya yaitu Panca Maha Bhuta (terdiri dari Akasa, Bayu, Teja, Apah dan Pertiwi). Setelah tubuhnya kembali, hilang tanpa bekas maka Atmanya bersatu dengan asalnya yaitu Sang Hyang Widhi wasa, untuk menikmati kebahagian yang kekal abadi.
Jalan untuk mencapai Moksa didalam kitab suci atau Putaka suci "Manawa D harm asastra"antara lain sebagai berikut :
1.      Mempelajari kitab suci Weda dan mengamalkan.
2.      Melakukan tapa, yoga, semadi yang sempurna.
3.      Mempelajari dan mengamalkan ajaran Dharma.
4.      Mengendalikan Panca Indra.
5.      Tidak menyiksa, menyakiti dan membunuh makhluk.
6.      Selalu hormat bakti dan taat pada ajaran guru.
Disamping hal di atas juga mengenal cara atau jalan untuk menghubungkan diri kepada Tuhan ( Sang Hyang Widhi) yang disebut dengan " CATUR YOGA" yang berarti empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi. Catur berarti empat sedangkan Yoga berasal dari kata Yuj, yang artinya menghubungkan diri. Jadi Catur Yoga artinya empat cara atau jalan untuk menghubungkan diri kepada Tuhan (Brahman). Catur Yoga itu sebagai berikut :
-          Karma Yoga
Adalah jalan atau cara untuk mempersatukan Atman dengan Brahman dengan cara berbuat kebajikan (Subha Karma) untuk membebaskan diri dari ikatan keduniawian. Contohnya adalah " Bekerja tanpa pamrih" artinya bekerja tanpa mengharap imbalan. Orang yang melakukan Karma Yoga disebut Karmin.
-          Bhakti Yoga
Adalah jalan atau cara untuk mempersatukan Atman dengan Brahman ( Sang Hyang Widhi ) dengan berlanclaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Orang yang melakukan Bhakti Yoga disebut Bhakta. Contoh : Orang yang senang melakukan sembahyang untuk Tuhan.
-          Jnana Yoga
Adalah jalan atau cara untuk mempersatukan Atman dengan Brahman (Sang Hyang Widhi) dengan jalan mempelajari pengetahuan suci tentang Ketuhanan. Orang yang melakukan Jnana Yoga disebut Jnanin.
-          Raja Yoga
Adalah jalan atau cara untuk mempersatukan Atman dengan Brahman (Sang Hyang Widhi) dengan cara pengendalian dan penggemblengan diri yaitu tapa brata dan semadi. Orang yang melakukan Raja Yoga disebut Yogin.
Demikianlah jalan atau cara untuk dapat mencapai moksa yang dilaksanakan dengan mempelajari Yoga.



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar